blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Kamis, 30 Agustus 2012

JENIS PUISI

- Puisi merupakan pancaran kehidupan dan gejolak kejiwaan yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung yang terikat oleh syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tersebut antara lain: • Rima akhir atau sajak, yaitu persamaan bunyi di akhir baris, • Larik atau baris, yaitu banyaknya baris pada setiap bait, • Bait, yaitu banyaknya larik pada setiap untai (Sulhan, 2006:57). Jenis Puisi Ditinjau dari jenisnya, puisi atau sajak dapat dibedakan menjadi tiga yaitu 1. Puisi lama, 2. Puisi baru, 3. Puisi modern dan 4. Puisi kontemporer. Masing-masing jenis puisi tersebut diuraikan sebagai berikut a. Puisi Lama b. PuisiBaru Puisi baru sering juga disebut sebagai sajak. Puisi baru lebih menekankan pada isi yang terkandung di dalamnya. Puisi baru merupakan pancaran masyarakat baru dan banyak dihasilkan oleh para sastrawan angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru. Menurut bentuknya, puisi terdiri dari : 1. Distikhon (sajak dua seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas dua baris, 2. Tersina (sajak dua seuntai), Yaitu tiap bait terdiri atas tiga baris, 3. Quantrin (sajak empat seuntai), yaitu tiap bait terdiri empat baris, 4. Quin (sajak lima seuntai), yaitu tiap bait terdiri dari lima baris, 5. Sextet (sajak enam seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas enam baris, 6. Septima (sajak tujuh seuntai), yaitu tiap bait terdiri atas tujuh baris, 7. Stanza atau octaf (sajak delapan seuntai), Yaitu tiap bait terdiri atas delapan baris, dan 8. Sonata (sajak empat belas seuntai) c. PuisiModern Menurut Jalil (1990) puisi modern ini muncul, sejak kehadiran Jepang di Indonesia. Walaupun kehadiran Jepang di Indonesia memberikan kesengsaraan bagi masyarakat, namun bagi penyair memberikan kandungan keuntungan yang sangat besar, yaitu adanya kebebasan menggunakan bahasa indonesia. Kebebasan menggunakan bahasa indonesia oleh penyair, digunakan sebagai alat untuk menghembuskan napas kebencian pada Jepang. Penyair angkatan ini dikategorikan sebagai penyair angkatan 1945, dan karya-karya puisinya termasuk dalam kelompok puisi modern. Diantara puisi modern; (1) berjudul “Aku” karya Chairil Anwar, (2) berjudul “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah. Jenis Puisi d. Puisi Kontemporer Sesungguhnya bagi angkatan pujangga baru yang masih hidup antara tahun 1966-1970, kehadiran puisi kontemporer pada mulanya tidak diakuinya, karena mereka menganggap bahwa puisi dari jaman revolusi ini bukan lahir dari penyair yang benar-benar penyair, karena tokoh dari puisi ini dianggap brengsek, namun sebenarnya tidaklah demikian. Kehadiran puisi kontemporer merupakan perkembangan puisi Indonesia. Tahapan dari karya puisi kontemporer tidah hanya mementingkan diri si penyair, tetapi tuntutan keharusan, kemestian dan kebenaran menjadi tahap yang utama dalam menciptakan sebuah puisi. Tokoh puisi kontemporer adalah Taufik Ismail, Darmanto Jatman, Rendra, Sutarji Calzoum Bachri. Di antara puisi kontemporer yaitu; berjudul: Malam Sebelum Badai karya Taufik Ismail. Ditinjau dari bentuk dan isinya, puisi dapat dibedakan menjadi: 1. Puisi epic, yaitu suatu puisi yang didalamnya mangandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan maupun sejarah. Puisi epic dibedakan menjadi folk epic, yakni jika nilai akhir puisi itu dinyanyikan, dan literary epic, yakni jika nilai akhir puisi untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. 2. Puisi naratif, Yakni puisi yang didalamnya mengandung suatu cerita, mejadi pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Jenis puisi yang termasuk dalam jenis puisi naratif adalah balada yang dibedakan menjadi folk ballad dan literary ballad. Ini adalah ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedenkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangan. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale, yaitu puisi yan berisi dongeng-dongeng rakyat. 3. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat dalam khazanah sastra modern Indonesia. Misalnya, dalam puisi-puisi Chairil Anwar, Sapardi Djoko Darmono, dan lain-lain. 4. Puisi dramatic, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisan tertentu. Dalam puisi dramatic dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog. 5. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya ditampilkan secara eksplisit. 6. Puisi satiric, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidak beresan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat. 7. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih. 8. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih dan kedukaan seseorang. 9. Ode, yakni puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan. 10. Hymne, yakni puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bansa dan tanah air. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia, Adi Abdul Samad, Aminudin, Yudi Irawan, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Senin, 06 Agustus 2012

RIWAYAT TARI SAMAN

TARI SAMAN
Di antara beraneka ragam tarian dari pelosok Indonesia, tari saman termasuk dalam kategori seni tari yang sangat menarik. Keunikan tari saman ini terletak pada kekompakan gerakannya yang sangat menakjubkan. Para penari saman dapat bergerak serentak mengikuti irama musik yang harmonis. Gerakan-gerakan teratur itu seolah digerakkan satu tubuh, terus menari dengan kompak, mengikuti dendang lagu yang dinamis. Sungguh menarik, bukan? Tak salah jika tari saman banyak memikat hati para penikmat seni tari. Bukan hanya dari Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Sekarang, mari kita ulas lebih dalam lagi mengenai tarian unik ini. Sejarah Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung). Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu, peristiwa atau upacara tertentu. Tari Saman dapat ditampilkan pada setiap kesempatan yang bersifat keramaian dan kegembiraan, seperti pesta ulang tahun, pesta pernikahan, atau perayaan-perayaan lainnya. Untuk tempatnya, tari Saman biasa dilakukan di rumah, lapangan, dan ada juga yang menggunakan panggung. Tari Saman biasanya ditampilkan dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syekh. Penari Saman dan Syekh harus bisa bekerja sama dengan baik agar tercipta gerakan yang kompak dan harmonis. Makna dan Fungsi Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman juga berisi petuah-petuah dan dakwah. Berikut contoh sepenggal syair dalam tari S aman: Reno tewa ni beras padi, manuk kedidi mulu menjadi rempulis bunge. Artinya: Betapa indahnya padi di sawah dihembus angin yang lemah gemulai. Namun begitu, burung kedidi yang lebih dulu sebagai calon pengantin serta membawa nama yang harum. Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain. Nyanyian Pada tari Saman, terdapat 5 macam nyanyian : 1. Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman (yaitu setelah dilakukan sebelumnya keketar pidato pembukaan). Rengum ini adalah tiruan bunyi. Begitu berakhir langsung disambung secara bersamaan dengan kalimat yang terdapat didalamnya, antara lain berupa pujian kepada seseorang yang diumpamakan, bisa kepada benda, atau kepada tumbuh-tumbuhan. 2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari. 3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari. 4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak. 5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo. Gerakan Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, syeikh saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan. Tarian Saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan dan gerakan-gerakan lainnya, seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo). Selain itu, ada 2 baris orang yang menyanyi sambil bertepuk tangan dan semua penari Tari Saman harus menari dengan harmonis. Dalam Tari Saman biasanya, temponya makin lama akan makin cepat supaya Tari Saman menarik. Penari Pada umumnya, tari Saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki. tetapi jumlahnya harus ganjil. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum perempuan. Pendapat Lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, perkembangan di era modern menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Di sinilah peran Syeikh, ia harus mengatur gerakan dan menyanyikan syair-syair tari Saman. Kostum atau busana khusus saman terbagi dari tiga bagian yaitu: • Pada kepala: bulung teleng atau tengkuluk dasar kain hitam empat persegi. Dua segi disulam dengan benang seperti baju, sunting kepies. • Pada badan: baju pokok/ baju kerawang (baju dasar warna hitam, disulam benang putih, hijau dan merah, bahagian pinggang disulam dengan kedawek dan kekait, baju bertangan pendek) celana dan kain sarung. • Pada tangan: topeng gelang, sapu tangan. Begitu pula halnya dalam penggunaan warna, menurut tradisi mengandung nilai-nilai tertentu, karena melalui warna menunjukkan identitas para pemakainya. Warna-warna tersebut mencerminkan kekompakan, kebijaksanaan, keperkasaan, keberanian dan keharmonisan. Tari saman memang sangat menarik. Pertunjukkan tari Saman tidak hanya populer di negeri kita sendiri, namun juga populer di mancanegara seperti di Australia dan Eropa. Baru-baru ini tari saman di pertunjukkan di Australia untuk memperingati bencana besar tsunami pada 26 Desember 2006 silam. Maka dari itu, kita harus bangga dengan kesenian yang kita miliki, dan melestarikannya agar tidak punah. Sumber :http://ensiklopedi-budaya-indonesia.blogspot.com

Rabu, 01 Agustus 2012

RINGKASAN MATERI BAB1

BAB 1 MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana A. Hakikat Apresiasi Apresiasi dapat diartikan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjek apresiator dapat menghargai karya sastra yang dinikmatinya secara sadar. Karya sastra dapat dikenal atau dipahami melalui unsur-unsur yang membangunnya atau disebut dengan unsur intrinsik. Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, plot/alur, tokoh, watak tokoh, latar, setting, amanat/pesan, sudut pandang, dan gaya bahasa. Selain dari unsur intrinsik dan teks seni berbahasa, juga dapat diapresiasi dengan menelaah penggunaan atau pilihan kata serta istilah yang terdapat dalam teks tersebut. Termasuk dalam hal ini, mencari kata-kata kunci yang menjadi penanda tema teks yang bersangkutan. Pengamatan terhadap unsurunsur ekstrinsik, yaitu hal-hal yang melatar belakangi terciptanya teks seni berbahasa tersebut. Hal-hal tersebut antara lain latar belakang pengarang, tujuan penulisan, latar sosial-budaya, lingkungan kehidupan pengarang, serta latar belakang pendidikan. B. Proses Apresiasi Sebelum melakukan apresiasi, umumnya seseorang memilih bentuk karya sastra atau jenis teks seni berbahasa yang disukai, misalnya bentuk karya sastra prosa, puisi, drama, atau film. Kesukaan itu akan melangkah pada upaya seseorang untuk mengetahui atau memahami lebih dalam karya yang dipilihnya. Sebuah karya sastra dapat disukai dan digemari oleh seseorang oleh karena karya tersebut dapat memberi kesan tersendiri yang menimbulkan empati bagi penggemarnya. Hal itu disebabkan proses penciptaan karya sastra meliputi hal-hal berikut ini. 1. Upaya mengeksplorasi jiwa pengarangnya yang diejawantahkan ke dalam bentuk bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. 2. Upaya menjadikan sastra media komunikasi antara pengarang atau pencipta dan peminat sastra. 3. Upaya menjadikan sastra sebagai alat penghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra. 4. Upaya menjadikan isi karya sastra merupakan satu bentuk ekspresi yang mendalam dari pengarang atau sastrawan terhadap unsur-unsur kehidupan. Dengan kata lain, merupakan hasil proses yang matang bukan sekadar diciptakan. Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra atau teks seni berbahasa, perlu dilakukan aktivitas berupa: (1) mendengarkan/menyimak (2) membaca (3) menonton (4) mempelajari bagian-bagiannya (5) menceritakan kembali (6) mengomentari (7) meresensi (8) membuat parafrasa (9) menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan karya tersebut (10) merasakan seperti: mendeklamasikan (untuk puisi ) atau melakonkan (untuk drama ) (11) membuat sinopsis untuk cerita, dan sebagainya Selain aktivitas merespons karya sastra seperti disebutkan di atas, langkah-langkah mengapresiasi sebuah karya sastra yang diminati secara umum meliputi hal-hal berikut 1. Menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra tersebut 2. Menganalisis atau menguraikan unsur-unsur karya sastra tersebut, baik unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya 3. Menikmati atau merasakan karya sastra berdasarkan pemahaman untuk mendapatkan penghayatan 4. Mengevaluasi atau menilai karya sastra dalam rangka mengukur kualitas karya tersebut 5. Memberikan penghargaan kepada karya sastra berdasarkan tingkat kualitasnya C. Jenis Apresiasi Setelah melakukan pilihan kepada sebuah bentuk karya sastra yang menarik pikiran dan perasaan atau jiwa seninya, seseorang akan merespons karya tersebut dengan dua bentuk sikap atau jenis apresiatif, yaitu ; 1. apresiasi yang bersifat kinetik atau sikap tindakan dan apresiasi yang bersifat verbalitas Apresiasi bersifat kinetik, yaitu sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu berlanjut pada keseriusan untuk melakukan langkah langkah apresiatif secara aktif. Misalnya, untuk bentuk karya sastra berupa prosa fiksi seperti cerpen dan novel, tindakan apresiatifnya ialah memilih cerpen atau novel yang sesuai kehendaknya. Selanjutnya, membaca dan menyenangi novel sejenis, menyenangi tema atau pengarangnya, memahami pesan-pesannya, jalan ceritanya, serta mengenal tokoh-tokoh dan watak tokohnya, bahkan secara ekstrim ada yang berkeinginan mengindentifikasi diri menjadi tokoh yang digemari dalam karya prosa tersebut. Puncak dari sikap apresiasinya ialah ingin dapat membuat karya cerpen atau novel seperti itu. Setidak-tidaknya dapat memberikan komentar atau tanggapan tentang hal yang berhubungan dengan novel yang digemari. Untuk karya puisi, memerhatikan pembacaan puisi, menyukai puisi-puisi tertentu, berusaha memahami makna puisi yang disukai, mengenal para penyair jenis puisi yang disukai, berusaha dapat membaca puisi dengan baik, dan puncaknya berkeinginan dapat membuat puisi sejenis serta menulis tanggapan atau ulasan mengenai puisi itu. Untuk karya sastra drama apresiasif kinetiknya menyukai pementasan drama, tertentu, mengenal karakter tokohnya, para kru di belakangnya, dan ingin melakonkan tokoh tertentu pada drama sejenis. Sekarang mungkin objeknya lebih kepada bentuk tayangan film yang memiliki unsur-unsur yang sama dengan drama. 2. Apresiasi bersifat verbal, yaitu pemberian penafsiran, penilaian, dan penghargaan yang berbentuk penjelasan, tanggapan, komentar, kritik, dan saran serta pujian baik secara lisan maupun tulisan. Dalam kaitannya dengan aspek kompetensi menyimak, apresiasi bermula pada proses mendengarkan penyampaian karya sastra secara lisan dengan serius dan saksama, kemudian berlanjut pada pencapaian langkah-langkah apresiasi yang telah dijelaskan di atas. Untuk pembelajaran tentang apresiasi sastra, semua bentuk karya sastra yang dapat diperdengarkan harus dipelajari. Bentuk karya sastra tersebut berjenis prosa dan puisi. D. Pengertian Prosa Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya, prosa terdiri atas prosa fiksi dan nonfiksi. 1. Prosa Fiksi Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan dongeng. 1. Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya berisi pengisahan dengan fokus pada satu konflik saja dengan tokohtokoh yang terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita sederhana hanya memaparkan penyelesaian konflik yang diungkapkan. 2. Novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Kemudian, kata tersebut menjadi istilah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya dari pada cerpen. Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para tokoh dan watak tokoh pun lebih berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail. Bersamaan dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan. 3. Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan cerpen atau novel. Hanya di dongeng, cerita yang dikisahkan adalah tentang hal-hal yang tak masuk akal atau tak mungkin terjadi. Misalnya, orang dapat menjelma jadi binatang, binatang dapat berkata-kata, dan sebagainya. Dongeng biasanya menjadi sarana penyampaian nasihat tentang moral atau bersifat alegoris. Contoh dongeng: Kancil dan Buaya, Jaka dan Pohon Kacang Ajaib, Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, dan lain-lain. Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa. a. Tema Tema ialah inti atau landasan utama pengembangan cerita. Hal yang sedang diungkapakan oleh pengarang dalam ceritanya. Tema dapat bersumber pada pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan sebagainya. Misalnya, tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan, korupsi, perjuangan mencapai keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya. b. Alur/Plot Alur ialah jalan cerita atau cara pengarang bercerita. Alur dapat disebut juga rangkaian atau tahapan serta pengembangan cerita. Dari mana pengarang memulai cerita mengembangkan dan mengakhirinya. Alur terdiri atas alur maju, alur mundur (flash back), alur melingkar, dan alur campuran. Tahapan-tahapan alur yaitu: (1) pengenalan (2) pengungkapan masalah (3) menuju konflik (4) ketegangan (5) penyelesaian Perhatikan skema berikut: (4) (1) (3) (2) (5) c. Penokohan Penokohan ialah cara pengarang mengambarkan para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung sebagai pemeran sekaligus penggerak cerita dan orang-orang yang hanya disertakan di dalam cerita. Dan watak tokoh, yaitu penggambaran karakter serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik, biasanya di dalam cerita ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang menyenangkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh utama disebut dengan tokoh protagonis dan lawannya adalah tokoh antagonis. Cara pengarang menggambarkan para tokoh cerita ialah dengan secara langsung dijelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi masalah. d. Latar/Setting Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang digunakan dalam suatu cerita. Latar merupakan sarana memperkuat serta menghidupkan jalan cerita. e. Amanat Amanat cerita adalah pesan moral atau nasehat yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang dikarangnya. Pesan atau nasehat disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yakni dijelaskan oleh pengarang langsung atau melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru akan dapat menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi cerita. f. Sudut Pandang Pengarang Sudut pandang pengarang atau point of view ialah posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang dalam cerita terbagai menjadi dua, terlibat dalam cerita dan berada di luar cerita. a. Pengarang terlibat di dalam cerita. Terdiri atas pengarang sebagai pemeran utama (orang pertama), isi cerita bagaikan mengisahkan pengalaman pengarang. Selain itu, keterlibatan pengarang dalam cerita juga dapat memosisikan pengarang hanya pemeran pembantu. Artinya, pengarang bukan tokoh utama atau sentral namun ia ikut menjadi tokoh, misalnya cerita tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang, ayah, ibu, adik, atau sahabat seperti roman sastra berjudul “Ayahku” yang dikarang oleh HAMKA. b. Pengarang berada di luar cerita, terdiri atas pengarang serbatahu. Ia yang menciptakan tokoh, menjelaskan jalan pikiran tokoh, mengatur dan mereka semua unsur yang ada di dalam cerita. Selain itu, pengarang berada di luar cerita dapat hanya menjadikan pengarang sebagai pengamat atau disebut sudut pandang panoramik. Pengarang menceritakan apa yang dilihatnya, sebatas yang dilihatnya. Ia tidak mengetahui secara bathin tokoh-tokoh cerita. Posisi pengarang seperti ini biasanya terdapat pada cerita narasi yang berupa kisah perjalanan. g. Gaya Bahasa Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus, menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan bahasa ini sangat membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat bagi pengembangan tema serta alur cerita. Setiap pengarang besar biasanya sudah memiliki ciri khas penggunaan bahasa dalam ceritanya. 2. Prosa Nonfiksi Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang, tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi factual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Karangan ini diungkapkan secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan menggunakan bahasa semiformal. Karangan ini berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, atau campuran. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semiilmiah. Yang termasuk karangan semi ilmiah ialah : artikel, tajuk rencana, opini, feature, tips, biografi, reportase, iklan, pidato, dan sebagainya. a. Artikel Artikel ialah karangan yang berisi uraian atau pemaparan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) isi karangan bersumber pada fakta bukan sekadar realita (2) bersifat faktual dengan mengungkapkan data-data yang diketahui pengarang bukan yang sudah umum diketahui (realita) (3) uraian tidak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran pengarang, tapi mengungkapakan fakta sesuai objek atau narasumbernya a. isi artikel dapat memaparkan hal apa saja seperti, pariwisata, kisah perjalanan, profil tokoh, kisah pengalaman orang lain, satir, atau humor. b. Tajuk Rencana Tajuk rencana atau editorial adalah karangan yang bersifat argumentative yang ditulis oleh redaktur media massa mengenai hal-hal yang factual dan aktual (sedang terjadi atau banyak dibicarakan orang). Isi tajuk merupakan pandangan atau tanggapan dari penulisnya mengenai suatu permasalahan atau peristiwa. Tajuk rencana juga diistilahkan dengan editorial. c. Opini Opini adalah tulisan berisi pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Opini termasuk bentuk prosa faktual karena meskipun masih bersifat pendapat penulisnya, namun tetap dalam opini diungkapkan berbagai alasan yang dapat menguatkan pendapat tersebut. d. Feature Feature atau ficer ialah sejenis artikel eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu yang dianggap menarik atau perlu ditonjolkan dari suatu objek atau peristiwa yang memiliki daya tarik secara emosional, pribadi, atau bersifat humor. Isi feature bukan berita yang aktual, tapi kejadian yang sudah berlalu. e. Biografi Biografi adalah kisah atau riwayat kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain. Biografi ditulis dengan berbagai tujuan. Salah satunya untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang kehidupan seorang tokoh dari sejak kecil hingga mencapai karir di kehidupannya kemudian. Jika tokoh itu sendiri yang menulisnya disebut otobiografi. Biografi termasuk prosa naratif ekspositoris atau prosa faktual yang mengungkapkan fakta-fakta nyata. f. Tips Tips ialah karangan yang berisi uraian tentang tata cara atau langkahlangkah operasional dalam melakukan atau membuat sesuatu. Disajikan dengan ringan, sederhana, dan bahasa yang populer. Karangan ini termasuk jenis artikel ekspositoris. g. Reportase Reportase ialah karangan yang berupa hasil laporan dari liputan suatu peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung atau belum lama berlangsung untuk keperluan berita di media massa. Bersifat informasi aktual. Contoh reportase, yaitu berita langsung tentang kejadian bencana alam gempa jogja, atau janjir di Jakarta. h. Jurnalisme Baru (New Journalism) Jurnalisme Baru (new journalism) ialah semacam berita yang dituliskan ke dalam bentuk novel atau cerita pendek. Karena berbentuk cerita, unsur-unsur pembangun sebuah cerita seperti, alur, tokohtokoh, latar, dan konflik, dipenuhi meskipun isinya merupakan fakta atau kejadian yang sebenarnya. Isi jurnalisme baru merupakan hal-hal kejadian luar biasa yang menghebohkan atau menggemparkan seperti kejahatan sadis, peperangan, dan musibah besar yang menarik perhatian masyarakat atau dunia. Dalam jurnalisme baru, diungkapkan hal-hal dari peristiwa tersebut yang belum terungkap ialah pemberitaan media massa, seperti latar belakang, motif, tujuan, jalan pikiran, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penulis jurnalisme baru harus berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dari narasumber, tokoh yang terlibat atau para saksi dari kejadian yang akan diungkapkan. Contoh tulisan jurnalisme baru, yaitu perang Vietnam, Perlharbour, In Cold Blood (peristiwa pembunuhan sadis–berdarah dingin–terhadap empat keluarga petani di Kansas Amerika Serikat), atau kisah Kusni Kasdut, penjahat besar di era tahun 60-an di Indonesia, dan sebagainya. i. Iklan Iklan ialah informasi yang disajikan lewat media massa, bulletin atau surat edaran yang ertujuan untuk memberitahukan atau mempromosikan suatu barang atau jasa kepada khalayak untuk kepentingan bisnis, pengumuman, atau pelayanan publik. Iklan terdiri atas iklan keluarga, undangan, pengumuman, penerangan, niaga, lowongan pekerjaan, dan sebagainya. Ciri-ciri bahasa iklan: (1) Kalimatnya singkat; hanya menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan, (2) Uraian bersifat informatif dan persuasif, (3) Menggunakan kata-kata yang terpilih dan menarik perhatian orang untuk mengetahui, mencoba, atau ingin memiliki, j. Pidato atau khotbah. Pidato ialah aktivitas mengungkapkan pikiran, ide, gagasan secara lisan dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kalimat kepada orang banyak dengan tujuan tertentu. Pidato biasanya dilakukan dalam acaraacara resmi, seremonial, dan pertemuan-pertemuan ilmiah. Pidato merupakan bentuk komunikasi satu arah karena terdiri atas pemberi pidato satu orang dan orang banyak sebagai pendengar. Bahasa dan isi pidato disesuaikan dengan pendengar (audience) berdasarkan, tingkat pemikiran atau pendidikan, usia, dan topic pembicaraan. Bagian-bagian pidato ialah seperti berikut. 1. Bagian pembukaan berisi: (1) salam pembuka (2) ungkapan sapaan (3) puji syukur kepada Tuhan (4) penegasan konteks pertemuan atau acara 2. Bagian isi berisi uraian pidato sesuai dengan yang telah direncanakan atau ingin disampaikan. 3. Penutup pidato, berisi: (1) kesimpulan isi pidato (2) harapan-harapan atau himbauan (3) ucapan terima kasih dan permohonan maaf (4) salam penutup Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam menyimak pidato. 1. Simaklah isi pidato dengan saksama dari awal hingga akhir. 2. Pahami gagasan, pendapat, atau pesan yang disampaikan dalam pidato. 3. Ingatlah atau catatlah hal-hal penting yang terdapat dalam uraian pidato dan beri komentar. H. RESENSI Resensi jika dari bahasa Latin, revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.” Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah. Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku. Apa sih tujuan Resensi Buku itu? Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya. Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi. Ada beberapa syarat untuk meresensi (membuat resensi) buku 1. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku. 2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi. 3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut. 4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan. I. RINGKASAN Ringkasan (Precis) merupakan suatu cara yang efektif untuk mengungkapkan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Ringkasan bertolak dari suatu naskah asli, secara singkat.Maka dari itu ringkasan disebut reproduksi. Kata précis berarti ‘memotong atau memangkas.’ Oleh karena itu membuat ringkasan dari sebuah karangan yang panjang dapat diumpamakan seperti memotong atau memangkas batang pohon, sehingga tinggal batang, cabang-cabang, dan ranting-ranting, serta daun-daun yang diperlukan. Jadi esensi dari pohon tersebut tetap dipertahankan. Dalam ringkasan, gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan yang rinci dihilangkan. Sari karangan dibiarkan tanpa hiasan. Walaupun bentuknya ringkas, précis tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli. Seorang pengarang atau penulis sebuah ringkasan, berbicara dengan suara pengarang/penulis asli. Oleh sebab itu, ia tidak boleh memulai ringkasannya, misalnya dengan mengatakan: Dalam karangan ini pengarang berkata … tetapi ia harus langsung mulai dengan membuat ringkasan karangan itu, berupa meringkaskan kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, bagian-bagian, dst. Selain tetap mempertahankan keaslian sudut pandang pengarang/penulis, ringkasan juga tetap mempertahankan urutan isi karangan tersebut. Dengan kata lain, ringkasan tetap sesuai dengan urutan isi dari pengarang asli, hanya saja dipersingkat. Adapun cara membuat ringkasan ialah sebagai berikut: 1.Membaca naskah asli beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang/penulis. 2.Mencatat gagasan utama atau gagasan yang penting atau menggarisbawahinya. 3.Membuat reproduksi atau menyusun kembali suatu karangan singkat, berdasarkan gagasan-gagasan utama seperti yang dicatat atau digarisbawahi di atas. Berbeda dengan ringkasan, ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan isi karangan asli. Selain itu ikhtisar juga tidak perlu memberikan isi dari karangan secara profesional. Penulis ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematika pemecahannya. Sebagai ilustrasi, beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk menjelaskan inti atau pokok masalah tersebut. Sementara bagian atau pokok yang kurang penting dapat dihilangkan. Bentuk ikhtisar lebih bebas daripada ringkasan. Tujuan membuat sinopsis, ikhtisiar, dan ringkasan adalah sebagai suatu usaha bagaimana cara meningkatkan minat pembaca dalam membaca buku, karena dengan begitu dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Sinopsis Menurut Moeliono (1988) sinopsis adalah karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli. Yang menjadi dasar sinopsis itu adalah ringkasan dan abstrak. Cara membuat sinopsis adalah sebagai berikut : a) Membaca naskah asli terlebih dahulu untuk mengetahui kesan umum penulis. b) Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan yang penting. c) Mmenulis ringkasan cerdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana dicatat pada langkah kedua. Gunakanlah kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli. d) dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau garis besarnya saja. e) synopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan karya yang asli. Ikhtisiar Menurut Juhara (2003). Ikhtisiar adalah penulisan pokok-pokok masalah penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema sebuah wacana. Ikhtisiar berfungsi sebagai garis-garis besar masalah dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang. Ikhtisiar yaitu penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Cara membuat ikhtisiar adalah sebagai berikut : a) Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya dua kali). b) Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokokj yang terdapat dalam naskah. c) Menulis ihtisiar. Ringkasan Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap di pertahankan dalam bentuknya yang singkat. Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Kata précis berarti memotong atau memangkas. a) Membaca naskah asli b) Kalau perlu diulang beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tantang karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang. c) Mencatat gagasan utama d) Pencatatan itu dilakukan dengan tujuan. Pertama, untuk tujuan pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya. Tujuan terpenting dari pencatatan ini adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali untuk menyusun kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dengan mempergunakan pokok-pokok yang telah dicatat. e) Mengadakan reproduksi f) hal yang harus diperhatikan bahwa dengan catatan tadi, ia harus menyusun suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya. g) Ketentuan tambahan h) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik. => A). Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal dari pada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat paralel. Bila kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat tunggal. => B). Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja. => C). Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting. => D). Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang. Kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah. E. Memahami Puisi 1. Pengertian Puisi Belum ada definisi yang baku untuk memaparkan pengertian puisi. Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dari bentuk sastra lain seperti prosa dan drama. Puisi terikat oleh (1) baris dalam tiap bait, (2), banyak kata atau suku kata dalam setiap baris, (3) rima, dan (4) Irama. Bahkan pada jenis puisi tertentu ada keterikatan pada persajakan seperti, a,a,a,a atau a,b,a,b, misalnya pantun dan syair. Puisi dengan persyaratan seperti di atas merupakan bentuk puisi lama. Puisi yang berkembang saat ini tidaklah lagi mematuhi persyaratan atau keterikatan pada hal-hal tersebut. Puisi lebih diartikan pada wujud ekspresi pikiran dan batin seseorang melalui kata-kata yang terpilih dan dapat mewakili berbagai ungkapan makna sehingga menimbulkan tanggapan khusus, keindahan, dan penafsiran beragam. Dalam pengertian bebas yang lain, puisi disebut juga ucapan atau ekspresi tidak langsung atau ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (Pradopo, 2005: 314). Pemilihan kata dan penataan kalimat yang terdapat dalam puisi bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan atau pengalaman bathin yang utuh. Hal itu menjadikan puisi mengandung unsure kepadatan, keselarasan, dan keterpaduan. Puisi yang hanya terdiri atas beberapa baris atau satu bait jika mengungkapkan makna yang utuh dan selaras mungkin lebih bernilai daripada sajak yang panjang namun tak utuh dan selaras. Perhatikan contoh puisi di bawah ini. SENYUM DAN TAWAMU Dalam senyummu yang khas ternyata pikiranmu seperti benang kusut Dalam tawamu yang riang ternyata pikiranmu penuh berbagai urusan Oh .....Papa, jangan bohongi aku. (Anita, Jakarta Jakarta. Jakarta : Anita Marta, 1980) Bandingkanlah dengan puisi berikut ini: ANGIN Ketika aku kecil aku hanya tahu angin yang suka menerbangkan kertas-kertasku Mama bilang, itu angin nakal Dan aku tidak boleh seperti angin itu Lalu mama bercerita tentang angin yang meniup bunga-bunga mawar di kebunku Sekarang aku sudah tahu angin dapat juga membuat aku sakit Kalau aku berangin-angin dan badanku sedang berkeringat Kemarin, papa bercerita tentang angin yang sangat nakal angin itu bernama angin topan Papa bilang, angin itu dapat merobohkan rumah-rumah Oh ..... aku takut sekali Papa membelaiku kau tidak usah takut jika kau rajin berdoa dan tidak nakal Papa aku berjanji tidak nakal dan rajin berdoa Agar Tuhan tidak meniup angin yang sangat menakutkan itu (Sumber Tugas Siswa Lucia Marian Djunjung, SMP Ricci kelas 2A Jakarta Barat) Puisi modern tidak terlalu mementingkan bentuk fisik atau tipografi tertentu. Sebuah uraian disebut puisi meskipun bentuknya mirip prosa tidak berbentuk bait atau baris, tetapi mengandung pengertian yang dalam dari sekadar ungkapan bahasanya, seperti contoh puisi atau sajak Sapardi Djoko Damono di bawah ini. AIR SELOKAN “Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada suatu hari Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu. Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya. Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati. * Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tetapi kau tak mungkin lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang anyir baunya itu, sayang sekali, 2. Hakikat Puisi Puisi bukan lagi sebuah bentuk karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan. Puisi dalam pengertian modern adalah puisi yang bebas. Puisi merupakan aktualisasi ekspresi dan ungkapan jiwa penulisnya. Oleh sebab itu, siapa saja dapat membuat puisi, meskipun tentu tetap ada bentuk khas sebuah puisi sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain. Artinya setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana kepuitisan seperti rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan menjadikannya syarat pengikat. Sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus memiliki kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung. 3. Unsur-Unsur di dalam Puisi Selain memiliki unsur-unsur yang tampak seperti diksi (penggunaan ungkapan, majas, peribahasa), tipografi (pola susunan puisi seperti larik, bait) dan rima/ritme (persamaan bunyi), puisi juga memiliki unsur batin. Unsur batin di dalam puisi meliputi: tema, rasa (feeling), nada ,dan amanat. a. Tema Tema adalah landasan atau dasar pijakan bagi penyair untuk mengembangkan puisi. Tema juga merupakan gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Jika tema mengenai Tuhan, untaian kata-kata, majas, serta idiom yang digunakan mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Begitu pula bila temanya tentang cinta, pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penyair berkaitan dengan permasalahan cinta. Contoh: PADAMU JUA Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Rinda rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku gula sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu-bukan giliranku Mati hari-bukan kawanku.... Karya: Amir Hamzah b. Perasaan /Rasa Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa juga merupakan cara bagaimana penyair mengejawantahkan bentuk perasaan dan pengalaman batinnya kepada keahlian untuk memilih kata-kata figuratif yang dianggap dapat mewakili perasan atau ekspresinya terhadap sesuatu. Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk ungkapan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menjadikan puisi makin terasa indah dan punya kedalaman makna. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh lariklarik penggalan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini. Hanyut aku Tuhanku Dalam lautan kasih-Mu Tuhan bawalah aku Meninggi ke langit ruhani c. Nada dan Suasana Nada adalah bentuk sikap atau keinginan penyair terhadap pembaca. Apakah penyair lewat puisinya ingin memberikan nasihat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana memiliki kaitan yang erat. Nada puisi yang bersifat kesedihan dapat membuat perasaan pembaca merasa iba. Nada yang mengandung kritikan membuat suasana hati pembaca merasa ingin memberontak dan sebagainya. d. Pesan atau Amanat Pesan atau amanat adalah hal yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat kata-kata dalam puisinya. Makna dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat juga dapat tersirat dari susunan kata-kata yang dibuat oleh penyair. Perhatikan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, di bawah ini. DIPONEGORO Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi rapi Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselimpang semangat yang tak bisa mati Maju Ini barisan tak bergenderang bertalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti Sudah itu mati Maju Bagimu negeri Menyediakan api Punah di atas menghamba Binasa di atas di tinda Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju Serbu Serang Terjang Amanat atau pesan yang tersirat dari puisi ini ialah bagaimana semangat Pangeran Diponegoro dapat hadir pada jiwa-jiwa manusia modern yang hidup di zaman sekarang. Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan berbagai masalah yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang seperti masalah pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran khususnya bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah. D. Pengertian Prosa Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya prosa terdiri atas prosa fiksi dan nonfiksi. I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar! 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Prosa? 2. Sebutkan bentuk-bentuk karya sastra! 3. Apa perbedaan prosa dan puisi? 4. Sebutkan macam-macam prosa fiksi! 5. Sebutkan jenis-jenis prosa nonfiksi! 6. Sebutkan unsur-unsur intrinsik karya sastra! 7. Apa yang dimaksud dengan ficer atau featur? 8. Jelaskan ciri bahasa iklan! 9. Sebutkan sistematika pidato! 10. Sebutkan unsur-unsur batin yang ada di dalam puisi! II. TUGAS Carilah satu buah novel, baca novel tersebut, lalu buat resensi buku tersebut. Waktu penyerahan tugas dua minggu dari waktu pemberian tugas ini.

TINJAUAN INTRISIK DAN EKSTRINSIK

TINJAUAN INTRINSIK A. Tema Tema cerita pendek Jalan Lain ke Roma karya Idrus dapat dibedakan menjadi : 1. Tema mayor : Sifat keterus terangan yang kurang pada tempatnya 2. Tema minor : a. Keluguan sifat yang bukan pada tempatnya ( dari segi moral atau budi pekerti) b. Cita-cita yang kurang kokoh (dari segi idealisme) c. Kurangnya kematang jiwa (dari segi kejiwaan) d. Terlalu menurutkan kata hati sendiri (dari segi sosial/kemasyarakatan) B. Amanat Amanat atau tujuan pengarang yang disampaikan kepada pembaca dalam cerpennya adalah : 1. Hendaknya dapat menempatkan sifat keterusterangan dengan baik. 2. Pahamilah semua perkataan orang jangan diterima mentah-mentah saja. 3. Hendaknya cita-cita atau suatu pekerjaan diperjuangkan atau ditekuni baik-baik. 4. Jangan cepat putus asa, kalau memang tidak cocok, banyak jalan menuju roma. 5. Jangan terlalu menurutkan kata hati sendiri, sering-sering jelek akibatnya. 6. Hendaknya dapat memahami jiwa orang yang diajak bergaul dalam masyarakat. C. Plot atau Alur Plot digunakan pengarang adalah alur maju karena semua cerita pokoknya dikisahkan secara urut, sesuai dengan kejadian yang awal diceritakan di awal dan yang akhir juga diceritakan di akhir. Hal ini nampak dari asal-usul nama Open. Open menjadi guru kemudian menjadi mualim, pengarang, dan akhirnya menjadi seorang penjahit. Walaupun cerita menikahnya Open dengan istrinya yang pertama dan kisah diperolehnya sepeda Open dikisahkan setelah si Open menjadi guru, tetapi tidak mengubah alur maju tersebut menjadi alur sorot balik ataupun alur mundur sebab kedua kisah tersebut hanya sebagai penjelas, bukan cerita yang pokok. D. Setting atau Latar Cerita Setelah kita baca cerpen Jalan Lain ke Roma dapatlah disebutkan settingnya sebagai berikut : No. Setting Tempat Setting Waktu Setting Suasana Setting Alat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kelas/sekolah Rumah Pasar loak Sawah & rumah Surau/masjid Di kota Di kota Di kota, penjara Di rumah Jam-jam sekolah Pulang Kerja --- Saat buang air besar Saat mengajar santri kecil Saat bertemu mualim kota Setelah santrinya tidak belajar lagi Saat jadi pengarang Saat jadi penjahit Lucu, tegang, marah Pertengkaran Menjengkelkan Malu Menjengkelkan, marah Bimbang, percaya Kecewa Sedih semangat Tenang Kelas & sarana Quran Api Sepeda --- Buku/papan tulis Pidato --- Alat tulis Mesin jahit Secara garis besarnya kisah tersebut terjadi pada zaman penjajahan Jepang. Mengenai setting tempatnya tidak disebutkan secara jelas di kota mana dan desa mana. E. Penokohan dan Perwatakan Tokoh dan wataknya secara singkat dapat diungkapkan dalam kesatuan berikut ini : 1. Tokoh utama Tokoh utamanya adalah Openhartig (Open) yakni tipe orang lekaki yang selalu berterus terang dalam segala hal sesuai dengan namanya dan cita-cita ibunya memberi nama tersebut. Namun karena kurangnya dapat menempatkan keterusterangan dia selalu gagal dalam pekerjaan dan selalu pindah-pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lainnya. 2. Tokoh-tokoh tambahan a. Ayah, ibu dan istrinya (tak disebutkan namanya dan sifatnya lebih jauh) b. Surtiah, istri Open kedua setelah cerai dengan istrinya pertamanya, tipe gadis desa yang rajin bekerja di sawah, setia terhadap suami c. Mualim di kota, tipe mualim yang tidak suka terhadap adat yang kolot, tidak mau bekerja sama dengan Jepang. Tidak disebutkan nama mualim dan nama istrinya d. Siswa-siswi di sekolah, guru kepala, para santri kecil, dsb. F. Point of View Si pengarang menggunakan point of view orang ketiga dan si pengarang sendiri atau Idrus menyumbangkan pikirannya kepada tokoh utamanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan digunakannya kata “dia” untuk tokoh utamanya dan segala perilaku beserta isi hati tokoh utama diceritakan secara leluasa oleh si Idrus. Secara singkat point of viewnya adalah author omniscient. G. Suspense dan Foreshadowing Setelah kita membaca konflik-konflik yang dialami para tokohnya, kita merasa tegang mengikuti cerita itu dan timbul pembayangan dalam angan-angan kita apa yang terjadi pada diri tokoh-tokohnya. Itu semua adalah suspense dan foreshadowing. Cerpen Jalan Lain ke Roma cukup memikat perhatian pembaca. Apa yang anda bayangkan pada saat membaca kisah berikut ini : 1. Asal-usul nama Openhartig (Apa yang terjadi dengan diri si Open?) 2. Open dicaci oleh muridnya dengan cacian “guru goblok”, kemudian memukulnya sampai berdarah (Apa yang anda bayangkan kejadian selanjutnya?) 3. Open bertengkar dengan istrinya yang dipegang Open dirobek-robek dan dibakar oleh istrinya (Bagaimana sikap Open terhadap istrinya?) 4. Open merasa malu terhadap Surtiah saat mengeluarkan isi perutnya. (Benarkah Anda pernah berfikir tentang apa yang akan terjadi pada keduanya?) 5. Open jadi mualim dan ahli filsafat. (Apa yang akan diajarkan oleh Open kepada santri-santrinya?) 6. Para santrinya sama tertawa saat menghafal sifat Alllah yang dua puluh, merah muka Open karena marah (Apakah Open juga akan berhenti jadi mualim?) 7. Open bertemu dengan mualim yang mengenakan pantalon. (Apa yang Anda pikirkan tentang sikap Open terhadap mualim itu?) 8. Apa yang dilakukan Open setelah tidak dapat bertemu dengan mualim untuk berbicara tentang mengarang? (Benarkah terkaan Anda dengan apa yang diceritakan si pengarang?) 9. Sempat singgahkah di benak Anda bahwa si Open akan betah jadi seorang pengarang? 10. Apa pula kata hati Anda ketika si Open sudah jadi penjahit? (Open akan jadi penjahit terkenal ataukah alih profesi lagi?) Acapkali kita di pancing pengarang dengan konflik-konflik yang terjadi pada diri tokoh utama, dan saat itu pulalah kita membayangkan sesuatu yang akan terjadi. Semua itu kita baca tanpa bosan. Benarkah kata hati Anda? H. Limited Fokus dan Unity Dalam cerpen Jalan Lain ke Roma banyak konflik atau masalah yang dihadapi oleh pelaku utamanya. Tetapi, kalau kita amati dengan seksama kesemuanya itu tampak adanya pembatasan masalah atau konflik yang dititikberatkan pada kepribadian si Open. Lagi pula semua masalah melukiskan dan mengacu pada tema cerita yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal demikian menyebabkan mudahnya isi cerita dipahami oleh pembaca. Itulah limited fokus dan unity yang baik dari cerita si Idrus. I. Bahasa Hampir semua kata yang digunakan pengarang sekitar tahun ’45-an dalam cerita ini masih segar dan nikmat dibaca dan didengar. Bahasa yang digunakannya adalah bahasa Indonesia. Hanya ada beberapa kata yang jumlahnya tidak banyak, yang berasal dari bahasa asing atau kata yang sudah jarang dipergunakan dalam percakapan, seperti : a. Guru kepala : Kepala guru b. Pantalon : Celana panajng c. Klerek : Pegawai d. Studen : murid, siswa e. Topo : kain tua, buruk, lusuh f. Tenno Heika : nama kaisar Jepang g. Penjara Kenpeitai : penjara milik Polisi Militer Jepang untuk menghukum orang-orang yang tidak taat kepada Jepang h. Belanda indo : keturunan Indonesia - Belanda i. Serdadu Gurkha : orang Nepal yang dididik Inggris untuk dijadikan pasukan bayaran inggris j. Serdadu Inlander : pasukan Irlandia (Inggris Utara) k. Anasir egoisme : unsur-unsur pembentuk paham atau Sifat mementingkan diri sendiri l. Evolusi : perubahan secara lambat m. Revolusi : perubahan secara cepat n. Tuhan Subhanahu wa : Tuhan Yang Mahasuci dan Mahatinggi Ta’ala J. Gaya Bahasa Walapun cerita tersebut sudah berusia sekitar 45 tahun, tetapi gaya bahasanya tetap memikat perhatian pembaca, segar saja adanya. Gaya bahasa memancing perhatian pembaca, misalnya, meskipun baru maksud si tokoh belum terjadi sudah diungkapkan agak panjang, padahal tidak demikian halnya. Contoh : a. Maksud ibu Open mengabulkannya permintaan Open untuk membuatkan kamar kecil (Anda ingat, apa tujuan ibunya? Apakah demikian halnya dengan diri si Open?) b. Surtiah seorang gadi desa betul-betul. (Seperti apakah cirinya dan sifatnya? Cantikkah si Surtiah?) c. Si Open merah mukanya karena marah kepada santrinya. (Apakah si Open juga akan lari dari mualimnya?) d. Open dan Surtiah pergi ke kota, orang yang pertama kali dikunjunginya ialah mualim yang selalu memakai pantalon. (Bertemukah dia dengan mualim tersebut?) e. Karangan Open tentang orang Papua penyembah berhala akan diberi hadiah nomor I (Apakah hadiahnya?Penjara?) f. Dan apakah sifat keteruterangan Open akan tetap begitu? Ataukah si Open akan semakin sadar dengan maksud ibunya?) Ditinjau dari gaya atau teknik berceritanya, cerpen Jalan Lain ke Roma berbentuk cerita berbingkai. Hal ini tampak dari cerita-cerita yang ditulis oleh Open, antara lain, Cerita orang Papua penyembah berhala yang sempat membuat Open sendiri masuk penjara. TINJAUAN EKSTRINSIK DAN SINOPSIS A. Tinjauan Ekstrinsik Cerpen Jalan Lain ke Roma karya Idrus mengandung nilai-nilai kehidupan yang besar artinya bagi pembaca yang mau memahami secara intensif. Nilai-nilai kehidupan itu adalah nilai sosial, moral, ekonomi, kejiwaan, politik atau perjuangan, dan nilai filosofis. 1. Nilai sosial a. Sifat terus terang adalah baik, tetapi jika salah menempatkan, seperti si Open, yang jelek diceritakan, maka akan jadi olok-olokan, tak dipercaya. Salah-salah dicontoh anak. Hilanglah harga diri di mata masyarakat. b. Sesuatu yang baik untuk diceritakan kepada orang tua belum tentu baik untuk diceritakan kepada anak-anak. Berhati-hatilah hendaknya hidup bermasyarakat. c. Adat yang hidup dalam kelompok masyarakat belum tentu tepat untuk diterapkan di masyarakat kita. Adat atau kebiasaan mualim yang memakai pantalon, tanpa pikir panjang ditiru oleh Open. Apa yang terjadi. 2. Nilai kejiwaan a. Open adalah tipe orang yang kematangan jiwanya sangat lamban. Yang demikian dapat digunakan cermin buat kita untuk tidak dicontoh. b. Mendalami jiwa orang lain adalah penting, untuk dapat bergaul dengan masyarakat secara baik. c. Revolusi jiwa Open berkembang baik dan sangat cepat setelah dia dihukum oleh Jepang akibat karangannya. Dia mengetahui makna terus terang yang sebenarnya. 3. Nilai moral a. Orang bertipe Open adalah tak mudah putus asa, gagal satu pekerjaan cari pekerjaan yang lain. Ini adalah bagus. b. Sayang, satu pekerjaan tidak kurang diperjuangkan sungguh-sungguh, sehingga belum tampak hasilnya ditinggal pergi. 4. Nilai politik atau perjuangan a. Open juga sosok manusia yang tak suka terhadap penjajah dan ketidakadilan. Jiwanya yang berontak terhadap Jepang terluap dalam karangan-karangannya. b. Karena perjuangan membela rakyat, walaupun melalui penanya, si Open sempat pula dimasukkan ke dalam penjara oleh Jepang. 5. Nilai filosofis a. Si Open adalah seorang yang memeluk agama islam. Dengan kemampuannya pula dia mendakwahkan agamanya, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam karangan. b. Kesengsaraan itu sebenarnya tidak apa-apa. Hanya anggapan yang salah terhadap kesengsaraan itu, itu yang menjadikan orang putus asa dan mereka celaka (kata Boethius kepada Open) B. Sinopis JALAN LAIN KE ROMA Open, yang menjadi pelaku utama dalam cerita ini, mempunyai pengalaman yang bermacam-macam. Mula-mula menjadi guru SD, sudah itu menjadi mualim, lalu menjadi pengarang dan akhirnya menjadi penjahit. Nama Open itu mempunyai riwayat, yakni pada suatu hari ayah Open bermimpi tentang kota New York dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Entah apa sebabnya, di telinganya selalu saja mendengking satu perkataan Belanda: openhartig. Hal ini deceritakan kepada istrinya. Ibu Open tertarik akan perkataan itu. Karenanya sejak itu anaknya diberi nama Open, yakni singkatan dari kata openhartig itu. Maksud ibunya memberi nama itu agar Open dalam hidupnya selalu berterus terang dalam segala hal, karena dengan jalan demikian menurut ibunya Open akandapat memajukan dunia yang penuh dengan kebohongan ini. Maksud ibunya itu dipahami oleh Open. Karena itu ia bemaksud melaksanakan cita-cita ibunya itu. Pada suatu hari Open mendapat pekerjaan sebagai seorang guru SD. Di sekolah ia berterus terang menceritakan keadaan rumah tangganya, lebih-lebih tentang istrinya, sehingga ia diberi nama guru goblok oleh para muridnya. Karena marahnya akibat olok-olok muridnya itu, ia pun menangani salah seorang di antara murid-murid tersebut sehingga menderita luka-luka. Akibatnya orang tua murid itu datang mengadu kepada kepala sekolahnya, yang akhirnya berkeputusan Open dipecat dari jabatannya. Setelah itu, ia pun meninggalkan gedung sekolah dengan menaiki sepeda antiknya yang dibeli dari seorang Belanda seharga seratus rupiah. Sepedanya itu tidak berlampu, tidak berpedal dan tidak pula mempunyai goncengan. Peristiwa Open di sekolah diceritakan kepada istrinya. Hal itu menyebabkan istri Open marah. Perselisihan yang terjadi antara mereka itu tidak dapat didamaikan, sehingga mereka itu terpaksa bercerai. Setelah bercerai Open pergi ke tukang lowak untuk menjual sepeda antiknya. Sepeda itu hanya laku tiga puluh lima rupiah, dan dengan uang itu ia pulang ke desa tempat tinggal orang tuanya. Di desa itu oleh ibunya, Open dinikahkan lagi dengan gadis bernama Surtiah. Setelah itu Open menjadi seorang mualim. Pada suatu hari Open beserta Surtiah pergi ke kota. Di sana ia bertemu dengan seorang mualim kota yang telah berjiwa modern, yakni memakai pantalon, lagi pula suka mengarang, di antaranya ia mengarang roman. Setelah pertemuan itu Open menurut saja akan petunjuk mualim kota itu, yakni memakai pantalon. Akibatnya ia tidak disenangi oleh masyarakat desanya. Para muridnya dilarang oleh orang tua mereka mengaji padanya. Hal itu tak tertahan oleh Open, lebih-lebih oleh Surtiah. Akhirnya mereka itu sepakat hendak pindah ke kota. Open sendiri bermaksud menemui mualim kota tersebut, karena keadanya ia ingin bercakap-cakap tentang pekerjaan mangarang itu. Tetapi maksud itu gagal karena mualim itu telah ditangkap oleh Jepang karena tidak mau membacakan khotbah Jumat yang telah disiapkan oleh Kantor Urusan Agama Jepang. Di kota itu Open melihat keadaan-keadaan yang menyedihkan menimpa manusia-manusia Indonesia pada zaman pendudukan Jepang. Masalah itu dijadikan bahan karangan oleh Open dan hasil karyanya itu dibawa kepada seorang redaktur. Seelah membacanya, redaktur itu mengatakan kepada Open, bahwa karangannya itu sangat berbahaya. Ia mengharapkan agar karangan itu disimpan saja. Diharapkannya pula agar Open lebih baik mengarang tentang pemandangan yang indah-indah saja daripada menggambarkan tahi kebo itu. Open pernah pula di penjara karena karangannya, tapi waktu Indonesia merdeka dia lepas. Dengan penjara itu justru Open mengalami perubahan besar pada jiwanya. Open yang sekarang bukan Open yang suka mengatakan segala sesuatu apa adanya. Ia tahu maksud ibunya memberikan nama Openharitg. Waktu revolusi mulai tenang, Open terpaksa harus mencari pekerjaan untuk hidupnya. Ia mendapat pekerjaan mula-mula sebagai pembantu tukang jahit, tetapi kemudian ia lekas pintar menjahit sendiri. Dan akhirnya, ia pun berkumpul lagi dengan istrinya, Surtiah yang pernah disuruhnya pulang kampung. Surtiah pun merasa gembira melihat perubahan besar pada diri suaminya, Openhartig. Sumber : Himpunan Ringkasan Roman, Drama, Novel Halaman 191 – 192 Oleh : Drs. Soekono Wirjosoedarmo Catatan : Dua paragraf terakhir sinopsis ini tidak disebutkan dalam Buku sumber di atas, dan sengaja ditambahkan sebagai Pelengkap.

CERPEN "

JALAN LAIN KE ROMA karya IDRUS OPEN mula-mula jadi guru sekolah rakyat, sudah itu jadi mualim, lantas jadi pengarang, kemudian jadi tukang jahit. Tentang perawakannya tak banyak yang dapat diceritakan. Ia punya dua kaki, dua tangan, dua telinga, dua mata dan satu hidung. Bahwa lobang hidungnya ada dua, itu sudah sewajarnya. Open seperti manusia lain, lain tidak. Tapi namanya memang mempunyai riwayat. Itu tidak dapat disangkal. Beribu-ribu nama lain ada, Abullah dan Effendi, Al’aut dan binuwak – enak kedengaran dan sedap dilihat jika tertulis. Dan orang-orang yang kritis sudah pasti tidak akan merasa puas, jika tidak diterangkan mengapa Open bernama Open. Open sendiri sudah barang tentu tak ada bagiannya dalam memberi nama itu. Waktu itu ia masih merah : sebentar-sebentar ia berteriak dan buru-buru datang ibunya berbuka dada disodorkannya ke mulut bayi ini sesuatu yang menjulur dari dada terbuka itu. Open menghirup dengan senangnya, berhenti berteriak dan setelah selesai, tidur dengan nyenyaknya. Pekerjaan ayah dan ibunyalah memberikan nama itu dan orang yang pernah mengalami ini, pasti akan mengakui, bahwa pekerjaan itu bukan pekerjaan mudah. Mula-mula ayah dan ibu ini mau menanyakan kepada dukun, apa nama yang terbaik bagi anaknya. Tapi ini segera dibuangnya jauh-jauh. Mereka merasa hina berhubungan dengan dukun, karena di sekolah HIS dulu mereka belajar, bahwa dukun pembohong, tidak pintar dan harus dijauhi, jika hendak selamat. Sudah itu mereka hendak memberikan nama “Ali” saja kepada anaknya, tapi tetangganya juga bernama Ali dan ia ini adalah buaya besar, penjudi, pengadu ayam. Dan mereka tak mau anaknya jadi buaya dan pengadu ayam pula kelak. Pada suatu hari ayah itu bermimpi. Mimpi tentang kota New York dengan gedung-gedungnya yang menjangkau awan, tapi entah karena apa, selalu saja mendengking di telinganya satu perkataan Belanda : openhartig. Waktu ia mandi pagi-pagi keesokan harinya masih kedengaran olehnya, seperti ada orang yang memekikkan kepadanya : openhartig- openhartig- openhartig. Ya, waktu ia di kamar kecil pun, tentang mana orang tak pernah openhartig, di sini pun membisik di telinganya : openhartig- openhartig- openhartig. Dan waktu hal ini diceritakan ayah ini kepada istrinya, istri itu meloncat setinggi langit dan gembira ia berkata, “Ini bisikan Tuhan, tolol. Anak kita harus jadi orang terus terang, openhartig. Mari kita namakan saja – Open.” Ayah itu membelalakan matanya dan katanya, “Apa katamu? Anak kita diberi nama Open? Kau gila!”. Tapi seperti biasanya dalam hal ini, istri mesti dan selalu menang dan begitu Open bernama Open. Apakah ia besarnya betul-betul akan jadi orang terus terang, openhartig, tentu orang lain yang mesti menentukan, bukan Open. Tapi waktu ia dengar dari ibunya tentang riwayat namanya ini, sejak dari itu, Open sungguh-sungguh berniat dalam hatinya akan mengabulkan cita-cita ibunya itu, artinya ia akan berusaha sedapat mungkin dalam kehidupannya akan berterus terang dalam segala hal. Waktu ia jadi guru sekolah rakyat, saban ia hendak masuk kelas untuk memberi pelajaran, ia selalu ingat kepada cita-cita ibunya ini, dan sebab itu ia selalu mulai pelajarannya dengan, “Selamat pagi, Anak-anak. Kemarin aku telah kawin dengan seorang gadis di kota ini.” Aku sengaja tidak mengundang kamu sekalian, karena aku pikir, kamu tokh tak akan dapat memberi apa-apa. Apa pula yang dapat diharapkan dari Anak-anak, bukan? …… eh, amat …… berapa 41X 41!? Atau pada lain kali ia menceritakan panjang lebar tentang perselisihannya dengan istrinya itu. Waktu itu ia pakai celana pendek saja dan istrinya pegang golok. Kata-kata bersahut dengan kata dan tiba-tiba istrinya mengejar dia dengar golok itu dan dia lari puntang-panting. Dan bagaimana ia lari itu, dicobakannya pula di muka kelas. Anak-anak pada tertawa, seorang berkata, “Ah, Pak Guru takut sama iistri.” Yang lain berkata, “Kasihan Pak Guru, dirong-rong terus-terusan oleh istrinya.” Anak-anak yang berpihak pada pendapat pertama lebih banyak dan itu sebabnya sejak dari itu Open bernama : guru golok, dan karena perkataan golok sangat baik bersajak dengan goblok, Open akhirnya bernama : guru goblok. Setiap ia masuk kelas ada saja anak nakal yang berteriak keras-keras : “Selamat pagi, Guru Goblok … blok … blooook.” Atau jika ia pagi-pagi masuk dengan sepeda antiknya ke dalam pekarangan sekolah berteriak dari segala jurusan, “Goblooooook …. Goblooook … goblooooook.” Orang yang sesabar-sabarnya akhirnya marah juga. Dan Open adalah orang yang selalu menurutkan kata hatinya. Jika hati ini berkata : pegang seorang anak dan pukul dia, Dia memegang seorang anak yang terdekat dari dia, lalu dipukulnya. Rasanya pada Open, ia memukul hanya pelan-pelan, tapi dari telinga anak itu ke luar darah. Dan inilah sebabnya datangnya orang tua murid yang kena pukul itu ke sekolah, guru kepala memaki-maki Open dan akhir cerita : Open diberhentikan. Tapi waktu Open mau pergi meninggalkan sekolah celaka itu, ia menentang guru kepala, dan tegas-tegas katanya, “Satu hal Tuan harus akui. Saya tidak goblok. Saya hanya menceritakan kepada anak-anak, bahwa istri saya pernah mengejar saya dengan golok. Saya lari … dan anak-anak menamakan saya dari sejak itu guru goblok. Mengapa, Tuhan saja yang tahu. Saya tidak.” Sudah itu ia pergi, kepala terkulai menghadap ke tanah dan waktu ia baru saja menginjakkan kakinya di atas jalan besar, anak-anak bersorak ramai-ramai dan sekarang lebih keras dari biasa, “Selamat pergi guru goblok … blok … bloook.” Open tidak mau menengok ke belakang lagi. Ini sudah tabiat Open. Jika ia sudah ambil keputusan dengan sesuatu hal, ia tidak mau menengok ke belakang lagi. Dinaikinya sepeda antiknya dan pelan-pelan ia menuju ke rumahnya. Ada baiknya, diceritakan sedikit, bagaimana jadinya sepeda ini jatuh ke tangan Open. Tentu saja bukan boleh dicurinya. Sepeda ini dibelinya dengan uang simpanannya, dibeli secara halal. Lagi pula, jika betul-betul dicurinya ini pasti akan dikatakannya kepada siapa pun yang mau mendengarkan. Dan karena ini tidak pernah keluar dari mulutnya, dapatlah dipercayai, bahwa sepeda itu dibelinya dengan cucuran keringatnya. Apa yang keluar dari mulut Open tentang pembelian sepeda itu adalah ini, Ia sudah lama hendak membeli sepeda. Pada suatu hari dating seorang Belanda gemuk padanya membawa sebuah sepeda.” Kata Belanda itu, sepeda ini ia mau jual, apa Open mau beli. Open berpikir sebentar, lalu menjawab, bahwa ia mau beli, tapi uang simpanannya Cuma ada seratus rupiah dan apakah Tuan Belanda itu mau menjualnya seharga segitu. Tuan Belanda itu tidak keberatan, tapi katanya, lampu Berkonya ia harus buka dulu, dan kedua bannya ditukar dengan yang usang, kedua belah pedalnya akan ditanggalkannya. Open tidak keberatan, diberikannya uang yang seratus rupiah itu, dan keesokan harinya Open menerima sepeda, yang hampir telanjang. Tapi sepeda itu jalan dan ini yang penting baginya. Ia bersyukur, karena ia telah mengkarunia dia dengan satu sepeda. Dan dalam keadaan Open seperti sekarang ini, tidak punya pekerjaan lagi, diusir sebagai anjing boleh dikatakan, pada waktu ini lebih-lebih lagi ia bersyukur karena punya sepeda ini. Waktu ia menaiki sepeda itu, terasa kepadanya ia seolah-olah menaiki kuda yang dicintainya dan yang berguna sekali sebagai teman hidup dalam hari-hari kesusahan, ia sebenarnya ingat untuk menjual sepeda itu sewaktu-waktu. Dengan ingatan itu, Open merasa lega sedikit. Dan sekarang dapat ia mempergunakan pikirannya untuk memikirkan hal-hal yang llain. Apa sebenarnya yang terjadi? Anak-anak nakal, ia memukul seorang anak sampai berdarah telinganya. Ia diberhentikan dan anak-anak boleh belajar terus dengan senangnya. Di mana letak keadilan? Ibunya berkata, “Open engkau harus berterus terang dalam segala hal. Dengan jalan begitu engkau dapat memajukan dunia yang penuh dengan kebohongan ini.” Dan perkataan ibunya ini benar seratus persen, pada pendapat Open. Ke mana pun juga ia melihat, selalu ia bertemu dengan kebohongan, kebusukan-kebusukan yang disimpan baik-baik. Kelas sekolah bagi Open adalah tempat yang terbaik untuk menyebarkan benih terus terang ini. Itu sebabnya ia jadi guru, tapi akhirnya itu pula sebabnya yang melemparkan dia dari kelas itu. Buat pertama kali terasa kepada Open, bahwa dunia penuh dengan kurang terima kasih. Yesus kristus disalib, Nabi Muhammad diuber-uber dan diperangi. Dan waktu Open ingat kepada Nabi Muhammad ini, timbul dalam dadanya keinginan yang tak tertahan-tertahankan untuk melemparkan segala keduniawian ini, menukar pantalon dengan kain, topi helm dengan pici. Didorongnya sepedanya masuk toko buku. Dibelinya sebuah Quran terjemahan Moh. Yunus dan inilah permulaan perjalanan kehidupan Open sebagai mualim. Tapi masih ada kesukaran-kesukaran yang harus dilalui Open, sebelum ia sampai kepada maksudnya ini. Kesukaran yang pertama ialah dengan istrinya. Orang perempuan hanya boleh dikagetkan dengan kabar-kabar seperti yang dibawa Open pada hari ini. Apa arti berhenti bekerja bagi seorang istri? Habisnya kesenangan, tidak berasapnya dapur dan malu pada tetangga-tetangga. Perkelahian hebat pada waktu itu. Tapi hal ini tidak akan berakibat apa-apa, jika istri Open tidak bertanyakan, “Apa sebabnya ank-anak menamakan engkau guru goblok?” Dan Open setia akan janjinya kepada ibunya, menceritakan segala-galanya dan waktu istri ini mendengar, bahwa namanya dibawa oleh Open ke muka kelas, ia tak dapat menahan hatinya lagi. Dijangkaunya Quran yang masih dipegang Open, lalu dirobek-robeknya dan dimasukkannya ke dalam api. Jika perkelahian sudah sampai kepada bakar membakari sesuatu yang disenangi oleh salah seorang laki istri, maka segala jalan untuk berbalik lagi semua tertutup rapat, kecuali jalan bercerai. Penuh dengan kemarahan, ditinggalkan Open istrinya itu, pergi ia ke tukang lowak untuk menjual sepedanya. Sepeda yang dibelinya seratus rupiah dulu itu, sekarang tak ada orang yang mau membelinya lebih dari tiga puluh lima rupiah. Tukang lowak yang sseorang mengatakan, bawha ia sebenarnya hanya membeli batang sepeda itu saja, karena bannya telah usang, pedal tak ada, bagase tak ada, roda-rodanya telah karatan. Tukang lowak yang lain kebetulan hanya tertarik kepada roda-rodanya saja, karena batangnya sudah bengkok, bannya telah usang dan segala macam tak ada. Dan ada pulang tukang lowak yang kedorong mulutnya dan berkata, bahwa ia sebenarnya hanya membeli pedalnya. Tapi waktu dilihatnya, bahwa pedal sama sekali tak ada di sepeda itu, lekas-lekas dirobahnya dengan membeli jari-jari saja. Akhirulkalam Open menjual sepeda itu dengan harga tiga puluh lima rupiah dan dengan uang itu ia kembali ke desa orang tuanya. Desa itu seperti desa-desa lainnya tidak punya penerangan, tidak punya took buku, tidak punya kamar kecil. Jika perut Open merasa sakit, ia pergi ke pematang dan samabil memain-mainkan batang padi pula, lalu dekatnya seorang gadis dan Open menjadi demikian malunya, sehingga ia dengan perut sakitnya buru-buru pulang dan tiba di rumah ia mrentak-rentak kepada ibunya, “Kita harus punya kamar kecil. Aku tidak tahan lama-lama begitu. Tadi Surtiah jalan dekatku dan aku malu sangat.” Dan ibu Open mengabulkan permintaannya, karena pikirnya, “kasihan Open.” Ia baru berserai dengan istrinya. Biar kukabulkan segala permintaannya, supaya senang hatinya dan bias lekas melupakan segala yang pahit-pahit dalam kehidupannya dulu. Begitu selalu seorang ibu, selalu kasih saying kepada anak, selalu khawatir akan anak. Tapi dengan Open ini ibu itu sebenarnya tak perlu khawatir. Waktu ia menerima uang tiga puluh lima rupiah dulu, ia sudah tidak ingat lagi kepada kejadian-kejadian yang berlalu : tidak kepada istri yang baru diceraikannya, tidak kepada guru kepala yang memaki-maki, ya juga kepada sepedanya yang sudah menjadi milik tukang lowak dan yang masih di pelupuk matanya. Demikian Open. Ia lekas lupa kepada kejadian-kejadian yang berlalu dan ia tak pernah memikirkan kejadian-kejadian yang akan datang. Ia adalah manusia waktu. Jika waktu berjalan, ia ikut berjalan dengan waktu itu. Dan jika waktu berhenti … Open sudah lama tak ada di dunia ini lagi. Tidak, bukan seperti pikiran ibunya itu pikiran Open. Ia hanya malu sangat kepada Surtiah dan itu sebabnya mendesak menyuruh bikinkan kamar kecil di rumah ibunya itu. Tidakkah ada sebabnya yang lain? Ada, tapi karena ini belum keluar dari mulut Open sendiri, mak ahal itu masih disangsikan. Tidakkah harus dicurigai cara Open melarikan diri dengan sakit perutnya masih di perutnya menuju rumahnya dengan cara ia mendesak kepada ibunya dan cara ia malu kepada Surtiah, sesuatu yang di desa sebenarnya tak perlu dimalukan. Surtiah seorang gadis desa betul-betul. Jari kakinya jarang-jarang dan telapak tangannya bintul,bintul, bukan karena dimakan nyamuk, tapi karena dimakan gagang pacul. Hanya dalam satu hal ia sama dengan gadis-gadis di kota : buah dadanya besar-besar, tapi di sini pun ada perbedaan-perbedaan sebab, dengan gadis-gadis di kota. Jika buah dada gadis-gadis di kota besar-besar karena dansi-dansi dan foya-foya, buah dada Surtiah besar, karena darah sehat mengalir dengan biasa, karena badan bergerak setiap hari, karena memacul dan memotong padi dan menjunjung bakul nasi untuk ayah dan ibunya bekerja di sawah. Manis mukanya, tapi ini tak begitu penting bagi cinta yang mau mekar. Ini tentunya, jika kita dapat berkata “cinta” tentang perasaan Open pada waktu itu. Open sendiri sudah lupa kepada kejadian pertemuan Surtiah. Ia sekarang banyak ngelamun. Pikiran pergi ke alam abstrak. Apa maksud hidup di atas dunia? Terus terang, seperti kata ibunya? Ya, jawabnya. Dengan menjadi guru kembali, menyebarkan benih terus terang di muka kelas? Tidak, jawab Open pula. Apakah agama? Kesucian, jawab Open. Dari mana datang kesucian? Dari kebenaran, jawab Open. Bagaimana menyebarkan benih ini sebaik-baiknya? Dengan jadi mualim, jawab Open. Dan Open bertekuk muka di atas buku-buku agama. Sifat dua puluh diapalnya di uar kepala, ayat Yasin setiap hari diulanginya, sembahyang lima waktu dilakukannya dengan taat dan segera Open terkenal di desa itu sebagai mualim muda yang baru datang dari kota. Orang tidak dapat menjadi besar tiba-tiba. Ia harus mulai dari permulaan dan lama-kelamaan dan setingkat demi setingkat ia dikenal orang dan akhirnya terpancanglah namanya sebagai ahli filsafat besar, pengarang besar, Nabi besar atau pun juga mualim besar. Ini diinsafi Open dengan hati berat dan terpaksa, ia harus mulai dari permulaan, yaitu mengajar anak-anak membaca alif bata, kembali jadi guru, tapi sekarang jadi guru agama. Sungguhpun begitu, kejadian yang berlaku sewaktu ia jadi guru sekolah rakyat duku, sekarang kembali pula, artinya ia kembali berhadapan dengan anak-anak nakal. Bulan-bulan pertama tak ada kejadian apa-apa. Anak-anak menderu alif bata seperti mobil menderu di jalan besar dengan kecepatan enam puluh kilometer sejam. Segera Open dapat menutup kitab permulaannya itu dan sekarang dapat ia mulai dengan mengajar sendi-sendi agama islam. Salah satu dari sendi ini, ialah sifat dua puluh, yaitu dua puluh sifat-sifat Tuhan yang tidak boleh dikomentari atau diragukan. Sifat- sifat ini harus ditelan mentah-mentah, tiada dengan bukti-bukti seperti yang diberikan Spinoza, sama saja dengan menelan pil kinine, biar pun pahit, tapi memberi harapan akan sembuhnya penyakit dalam badan. Dan seperti juga dalam hal lain-lain dalam mempelajari agama Islam di desa-desa atau langgar-langgar, semuanya harus diapal di luar kepala dan dideru sewaktu-waktu, ujud, qidam, baqa …. dan terus sampai sifat yang kedua puluh. Celakanya bagi Open, di antara murid-muridnya ada seorang anak Jawa. Seperti semua orang Jawa totok, mengucapkan a di belakang sesuatu perkataan, adalah sangat susah. Begitu ia ini selalu menderu sifat dua puluhnya seperti ini, ujud, qidam, bako … tiba di sini selalu ditahan Open, anakku sayang, bukan bako tapi baqa …. a … a … Anak Jawa itu menderu lagi, ujud, qidam, bako … ujud, qidam, bako … Seorang murid karena panas hatinya pelajaran begitu lama tertahan oleh murid Jawa ini, menunggu kesempatan baik untuk melepaskan panas hatinya itu. Dan waktu murid Jawa itu hendak menderu pula, ujud … anak yang panas hati ini meneruskan keras-keras, ujud, qidam, bako, sigaret, lisong … Mendengar ini semua murid tertawa keras-keras dan beberapa orang mengulangi, ujud, qidam, bako, sigaret lisong … Muka Open bukan main merahnya karena marah dipukulnya anak nakal itu, tapi syukurlah kejadian itu tidak berakibat berhentinya Open jadi guru agama dan mualim. Hal ini diceritakannya kepada ibunya, Open kelihatannya sangat bersedih hati. Ibunya mula-mula mengeluarkan perkataan-perkataan penghibur, tapi kemudian pikirnya dengan agak gembira, sebenarnya itu bukan pekerjaanmu lagi terhadap anak yang sebesar ini. Yang harus menhibur ialah seorang perempuan, istri Open, dan tiada diketahuinua katanya kepada Open, “Open, bagaimana, kalau engkau mencurahkan perasaanmu. Ibumu ini sudah tua, kadang-kadang banyak tak megerti lagi akan perasaanmu itu. Bagaimana, kalau aku minta Surtiah? Mendengar nama Surtiah ini, Open ingat akan pertemuannya dulu, waktu ia sedang menjongkok mengeluarkan isi perutnya, sambil memain-mainkan batang padi. Bagaimana malunya waktu itu berlari menuju rumahnya, sambil memegang pinggang celananya. Ya, sampai sekarang pun ia merasakan malu itu, dan sebab itu ia menjawab, “Aku malu.” Ibunya yang tak tahu jalan pikiran Open, berkata, “Apa yang kau malukan, Nak.” Bangsa kita lebih tinggi daripada orang tua Surtiah. Engkau mualim dan Surtiah adalah perempuan biasa saja. Tidak, biarlah kubicarakan hal ini dengan orang tua Surtiah. Dan seperti kecepatan dalam dogeng, Surtiah dua minggu setelah itu telah di samping Open. Dan waktu Open membuai, bagaimana harumnya bau mulut Surtiah, tahulah dia, bahwa pilihan ibunya adalah benar adanya. Pada suatu hari dibawa Open Surtiah ke kota. Di sini mereka bertemu dengan seorang mualim pula. Tapi anehnya pada mualim ini, ia tidak pakai kain, tapi pantalon, sama saja dengan seorang klerk di kantor. Pun peci ia tidak pakai, rambutnya pakai 4711 dan disisir rapi-rapi, persis seperti student sekolah tinggi. Mula-mula hal ini agak mengecewakan Open, apalagi Surtiah. Tapi waktu mualim kota ini berkata tentang agama, kebenaran dan tujuan hidup, tabulah Surtiah dan Openpun juga, bahwa cara berpakaian, tidaklah suatu tanda mutlak bagi kepintaran dan kebesaran seorang mualim. Mualim kota ini selanjutnya berkata, “Orang banyak salah faham. Misalnya tentang pakaian saja. Umum mengatakan, bahwa mualim tidak boleh pakai pantalon. Tapi dalam Quran atau kitab-kitab apa pun juga tak ada satu baris pun yang melarang hal ini. Sebab itu aku sengaja pakai pantalon untuk melawan pendapat umum itu. Pun kata umum, mualim tidak boleh mengarang, itu sebabnya akau mengarang.” Mengarang? tanya Open. Sebenarnya Open mengeluarkan pertanyaan itu bukan karena kaget, tapi karena ia pun dalam beberapa hari belakangan ini pernah memikirkan kemungkinan ini. Ia merasa terlalu banyak yang hendak dikatakannya kepada banyak orang. Kelas sekolah hanya berisi tiga atau empat puluh murid. Orang-orang desa yang belajar agama padanya paling banyak tujuh puluh orang. Dan dengan mengarang kita kelas dapat berkata kepada beribu-ribu orang. Sebab itu tanyanya lagi, “Apa yang tuan karangkan?” Mualim kota ini menjawab, “Segala macam, roman pun juga.” Sekali ini Open betul-betul kaget, “Roman?” “Ya,” jawab mualim kota itu. “Percintaan seorang gadis dan seorang pemuda misalnya. Bisa saja, tapi berisi … berisi.” Sekian percakapan itu. Open dan Surtiah pulang ke desanya. Tak lama datang orang-orang sipil berkulit kuning, pendek-pendek, pakai baju kaki, kaplaars tinggi dan segala senjata pembunuh. Semua orang jadi melarat. Kain mualim Open robek-robek sudah. Untuk beli yang baru kainnya dan uangnya tak ada. Dan waktu kain itu sudah jadi topo, kata Surtiah pada suatu mala, “Kak pantalon banyak. Pakai saja pantalon. Ingat mualim kota dulu.” Open memeluk sayang istrinya, dan keesokan harinya, hari keduanya dan hari seterusnya, Open pakai pantalon. Orang-orang desa tercengang. Beberapa orang berbisik-bisik, “Lihat, mualim kita sudah gila.” Ya, ada pula yang berani berkata, “Mualim kita sudah jadi mata-mata Jepang – Awas, jangan didatangi rumahnya lagi. Jangan dibiarkan lagi anak-anak belajar sama dia.” Akhirnya semua ini tak tertahankan lagi, lebih-lebih oleh Surtiah. Pada suatu malam pula, kata Surtiah kepada Open, “Kak, mari kita ke kota. Coba mengarang di sana. Ingat mualim di kota dulu.” Open memeluk sayang istrinya pula dan mereka pergi ke kota. Open jadi pengarang. Open dan Surtiah tiba di kota. Orang yang pertama sekali dikunjunginya ialah mualim dulu yang selalu pakai pantalon itu. Maksud Open hanya untuk bercakap-cakap saja tentang pekerjaan karang mengarang mualim itu. Tapi saying ia tak sampai bertemu, karena kata istri mualim itu, suaminya beberapa bulan yang lalu ditangkap Jepang. Sebabnya ialah, karena ia tak amu bekerja bersama-sama dengan Jepang, tak mau membacakan khotbah Jumat yang telah disiapkan oleh kantor urusan agama Jepang. Setelah mendengar ini, tiba-tiba pandangan Open terhadap segala apa yang dilihatnya berlainan sekali. Jika ia melihat orang di tengah jalan pakai celana karung, timbul pertanyaan padanya, mengapa? Jika ia bertemu dengan orang-orang minta-minta, ia tak lekas memarahi orang itu dengan perkataan : pemalas, kunyuk, tapi ia bertanya dalam hatinya, mengapa? Jika ia melihat orang mati di tepi Kali Ciliwung … mengapa? Dan waktu dilihatnya orang-orang lain yang melewati mait-mait itu, tak sedikit pun mengacuhkan mait-mait itu, timbul dua kali dalam hatinya : mengapa, mengapa? Kembali ia ingat kepada mualim yang ditangkap Jepang dan waktu timbul pula dalam hatinya pertanyaan : mengapa, mengapa, semua segera menjadi terang benderang baginya. Jepang datang bukan untuk kemakmuran, Jepang datang untuk memperkosa kemerdekaan lama, untuk melaparkan dan menelanjangi bangsa Indonesia. Dan orang indonesia sendiri tidur lelap, seperti sejak tiga abad yang lalu. Dan seperti terpedo ke luar dari kapal selam, keluar perkataan dari mulutnya, “Rakyat Indonesia harus dibangunkan, dibangunkan, dibangunkan!” Dan hampir bersamaan terbayang dihadapannya wajah ibunya, “Open, engkau harus berterus terang.” Sudah itu Open menjadi manusia lain, ya bukan manusia lagi, ia adalah ketel kepala kereta api yang berisi uap berlebih-lebihan dan yang sewaktu-waktu akan meletus, menghancurkan segala yang menghalangi, segala kebusukan manusia. Duduk di hadapan meja tulisnya menghadapi kertas-kertas tulis, ia melihat rakyat Indonesia yang tidur nyenyak itu beramai-ramai menanam pohon jarak dan di atas, di udara dilihatnya kapal-kapal terbang yang diminyaki dengan minyak jarak itu, membawa bom-bom dan melepaskan bom-bom itu di tengah-tengah orang-orang menanam jarak itu. Terbayang pula di hadapan matanya petani-petani membungkuk-bungkuk menyabit padi dan tiada seutuhnya mendengking di talinganya perkataan-perkataan Mulatuli, “de rijst is neit voor deenen, die zij geplant hebben.” Timbul pula kejadian sehari-hari di tepi Kali Ciliwung orang-orang telanjang bulat berebut-rebutan bangkai anjing yang kebetulan dibawa oleh arus Kali Ciliwung. Dan segera Open mencatat di atas kertas di hadapnnya, “Bangkai merebut bangkai.” Open melihat di mukanya, bangkai anjing itu dimakan oleh seorang yang beruntung dapat merebutnya dan ditulisnya sebagai catatan, “Bangkai makan bangkai.” Dilihat Open pula yang lain-lain dengan iri hati melihat temannya makan sendirian. Sedikit pun tak ada tegoran makan dari orang yang beruntung ini. Perasaan kemanusiaan sudah hilang seperti hilanya rasa malu. Lalu Open menulis di atas kertasnya, “Anjing makan bangkai.” Sudah kenyang orang makan bersender di batang sebuah pohon yang rindang. Pelan-pelan ditutupnya matanya dan tiba-tiba ia terguling di atas tanah sambil memegang perutnya dengan kedua belah tangannya. Dan Open menulis, “Bangkai jadi bangkai.” Yang lain-lain bersorak kesenangan. Pelancong-pelancong berjalan dengan senangnya, sambil mengisap sigaret “KOOA” Dan Open menulis, Kooa diisap orang tidur.” Akhirnya terbayang pada Open ibunya, “Open engkau harus terus terang dalam segala hal.” Dan Open segera mulai menulis, menulis, tak putus-putusnya. Tangannya terlalu lambat untuk menurutkan jalan pikirannya. Ia menulis, menulis, dan siap sebuah karangan. Open dengan karangan itu pergi kepada seorang redaktur. Ia ini kecil kurus mukanya melihatkan onani dan bajunya melihatkan uang Jepang. Tapi hatinya baik dan katanya, “Tuan, ini berbahaya bagi Tuan sendiri. Lebih baik Tuan simpan saja. Atau bakar. Apa gunanya menggambarkan tai kebo, jika ada pemandangan alam yang indah-indah. Lihat ke Priangan, lihat Selecta dekat Malang, pasti pandangan Tuan terhadap kehidupan akan berlainan sekali. Pasti Tuan akan sedang dan tertawa melihat kehidupan. Kehidupan tidak sejelek yang Tuan gambarkan itu.” Open pulang, tapi dalam hatinya ia berkata : pantas, muka Tuan kurus dan baju tuan bagus. Dan Open pulang dengan kesal hati. Di rumah Open berpikir. Redaktur itu berkata, karanganku tai kebo. Ya, betul tai kebo. Kelihatannya jelek, tapi jika dipakai sebagai pupuk, bisa menyuburkan kehidupan pohon-pohon. Dan pohon-pohon itu, ialah bangsa Indonesia yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Dan Open menulis lagi karangan yang lain, disimpannya baik-baik dalam lipatan kain Surtiah. Kesenangan mengarang terasa segera bagi Open, tapi Surtiah pada suatu hari berkata, “Kak, karangan-karangan itu bagus, tapi kia hampir mati kelaparan. Sebab itu carilah pekerjaan.” Mula-mula perkataan Surtiah ini dijawabnya dengan manis, tapi lama-kelamaan jawaban itu menjadi agak pedas. Dan pada suatu hari, waktu Open sedang mengarang, waktu Surtiah mendesak suruh cari pekerjaan juga, Open melemparkan penanya dan berkata, “Engkau selalu menganggu aku. Kau kira aku tidak bekerja? Nyahlah engkau. Pulang ke desa.” Ini diucapkan seungguh-sungguh oleh Open dan Surtiah merasa; ia memang lebih baik pulang saja ke desa. Mudah-mudahan Open pada suatu ketika memerlukan dia kembali dan ia tentu akan segera kembali ke kota. Tapi sekarang ini, lebih baik ia pulang saja ke desa. Dan Surtiah dengan sedih hati pulang ke rumah orang tuanya. Merasa lega ditinggalkan istrinya. Open terus lagi mengarang. Suatu hari satu cerita pendek. Tidak peduli, tidak diterbitkan. Ia harus menurutkan bisikan kalbunya dan ia harus ingat akan perkataan ibunya. Dan untuk keduanya ia tak peduli ditinggalkan istrinya. Ya, mati sekalipun ia mau. Hanya satu karangan Open diterbitkan orang. Pusat Kebudayaan Jepang mengadakan sayembara dongeng-dongeng, Open ikut menulis. Ia pernah dengar satu dongeng dan sekarang ia mau menuliskannya. Dogeng itu tentang seorang Papua seratus tahun yang lalu. Papua ini, seperti Papua-Papua yang lain menyembah berhala. Tapi ia tak pernah tertolong oleh berhala itu. Selalu saja ia sial, jika menangkap ikan. Berpuluh kali ia menyembah berhala, tapi ia tak pernah dapat ikan banyak. Akhirnya ia berpikir, bahwa menyebah berhala itu sebenarnya tak ada gunanya. Buat apa menyembah berhala, jika tak dapat menolong dia? Papua ini lalu pergi dari kampungnya dan tiba di pantai. Disini ia berkenalan dengan manusia yang lain sekali. Manusia ini seluruh badannya ditutupi kain, jadi tidak telanjang bulat seperti dia. Tapi yang mengherankan dia sekali, ialah mengapa orang-orang ini selalu berhasil menangkap ikan banyak-banyak. Pada suatu kali diberanikannya hatinya menanyakan hal ini. Siapa yang memberi mereka ikan sebanyak itu? Semua orang itu menjawab, sambil menunjuk ke langit, Tuhan Allah, Tuhan Allah. Keinginan hendak mengetahui lebih banyak menusuk-menusuk hati Papua ini, dan dari sejak itu mulailah ia mempelajari Tuhan Islam dan akhirnya ia masuk menganut agama Islam, karena sekarang ia yakin, bahwa tak ada suatu apa pun di atas dunia yang dapat menentukan nasib manusia, selain Tuhan Subhanahu Wata’ala. Karangan Open ini diterbitkan, bahkan mula-mula mau diberi hadiah no. 1, tapi kemudian sensur Jepang menyesal telah meluluskan karangan itu. Terlambat sensur ini melihat, bahwa karangan ini sangat berbahaya. Bahwa karangan ini adalah serangan sehebat-hebatnya terhadap Tenno Heika. Terlambat, tapi ada satu yang belum terlambat, yaitu menangkap Open. Open diminta datang di Kenpeitai. Di sini ia tidak ditanyai baik-baik, tapi segera dipukul dan dipaksa mengaku, bahwa karangan itu adalah serangan atas Tenno Heika. Sebenarnya memaksa Open tidak perlu sama sekali, karena ia tokh akan mengatakan dengan terus terang, bahwa karangan itu memang dimaksudkannya begitu. Tapi katanya pula dongeng itu bukan dibikin-bikinnya begitu saja, tapi betul-betul pernah didengarnya dan mungkin sekali betul-betul pernah terjadi. Setelah mengaku Open dipukul lagi. Darah mengalir di seluruh badan. Setelah itu ia disuruh mandi, sampai kaku, lalu disuruh duduk di bawah panas terik. Beberapa hari sudah itu dengan sendirinya luka-luka di badannya baik kembali. Rupanya demikian cara Jepang mengobati luka-luka: dimandikan sampai kaku, dijemur sampai terbakar, dan luka baik dengan sendirinya, tidak dengan jodoform atau jodium tinctuur atau zalf, tapi dengan obat-obat yang disediakan alam. Hampir tidak dapat dipercayai. Sejak itu Open ditutup dalam kamar terkunci. Badannya tambah lama tambah kurus, tapi mujurlah ia tak pernah dipukul-pukul lagi. Dalam kamar tertutup itu, buat pertama kali Open insaf akan harga kemerdekaan. Kemerdekaan ada dua macam : kemerdekaan jasmani dan kemerdekaan rohani. Kemerdekaan jasmani boleh diambil orang lain, seperti halnya dengan dirinya sekarang ini, tapi kemerdekaan rohaninya tiada seorang pun yang bisa mengambilnya. Ia bisa pergi kemana-mana denagn pikirannya, biar pun di sekeliling badannya menjulang tinggi tembok empat persegi. Tapi kemedekaankah tujuan hidup? Tidak kemerdekaan hanya alat untuk mencapai tujuan itu. Dan apakah tujuan itu? Buat orang lain mungkin jawaban ini bermacam-macam, tapi karena Open dididik dalam masyarakat Islam dan pernah menjadi mualim pertanyaan ini lekas terjawab, yaitu : Menjunjung tinggi perintah Allah; agar dapat masuk ke dalam Surga dan di sini dapatlah ia bertemu dengan Allah dan bersatu dengannya. Pada waktu yang lain, ia ingat kepada ibunya: Open, engkau harus terus terang dalam segala hal. Sebenarnya maksud ibunya sama saja Tuhan ... Kesucian ... Terus terang .... Kebenaran. Ibunya memang bukan orang desa lagi, sekolah HIS di kota. Tapi karena selalu bergaul dengan orang-orang sederhana, ia mengucapkan segala-galanya secara sederhana pula, ia bukan mengatakan Tuhan atau Kesucian atau Kebenaran, tapi Terus terang. Ya, sama saja maksud ibunya sebenarnya. Sejak Open menjadi pengarang, ia banyak membaca buku-buku filsafat. Pada waktu ia dalam penjara Kenpeitai ini, dalam mana ia kadang-kadang hampir-hampr menjadi gila dan putus asa, selalu ditutup dalam kamar kecil, buang air besar dan buang air kecil, makan dan minum di tempat itu juga, pada waktu penderitaannya memuncak, hanya satu ahli filsafat yang menemani kesengsaraan: Boethius. Ya, kadang-kadang ia merasa ialah Boethius sendiri. Dipenjarakan, karena hendak berbuat baik kepada manusia sesamanya, ia dipenjarakan oleh kebaikan itu sendiri. Tapi Boethius berkata, kesengsaraan itu sebenarnya tidak apa-apa. Hanya anggapan yang salah terhadap kesengsaraan itu, itu yang menjadikan orang putus asa dan mereka celaka. Perkataan Boethius berkata ini tergores dalam hati Open sebagai suatu kebenaran dan adalah hiburan baginya, setelah ia yakin, bahwa kewajibannya dalam penjara itu ialah menghilangkan anggapan salah tentang kesengsaraan. Kesengsaraan bukan musuh, anggapan itulah yang musuh. Dan setelah ia dapat melepaskan anggapan itu dan dapat melihat kesengsaraan yang dideritanya sebagai sewajarnya, ia mengucap syukur kekpada Tuhan dan terima kasih kepada Boethius. Demikian ia dengan sabar dapat menanggungkan penderitaannya dalam penjara Kenpeitai itu. Dan waktu Republik Indonesia diproklamasikan, ia dilepas. Badannya memang agak kurus sedikit, tapi isi pikirannya bertambah gemuk. Ini bukan Open yang dulu lagi, ini adalah Open yang berlainan sekali, lebih berfaham dan melihat kehidupan secara lebih luas. Itu sebabnya ia tidak ikut-ikutan dengan revolusi membunuh Jepang, Belanda Indo dan Tionghoa. Revolusi baginya baik, tapi segera ia menunjukkan anasir-anasir yang jahat, ia harus dicekek kembali, dialirkan melalui tempat tempat yang baik, menuju cita-cita yang sama juga. Revolusi baik. Dia sendiri mengalami revolusi yang paling hebat dalam dirinya sendiri. Revolusi tidak lain daripada akibat evolusi yang berlaku, evolusi berupa pemerasan perlahan-lahan dan secara teratur. Tapi revolusi tidak membunuh, revolusi hanya berarti menggoncangkan yang ngelamun dan membangunkan yang tidur dan melompat selangkah besar menuju cita-cita. Dalam pada itu karangan-karangan yang dibikinnya dulu diterbitkan orang dan segera nama Open terkenal ke mana-mana. Satu dua kali ia mendapat surat dari pembaca, yang mengancam dia jika berjani juga mengeluarkan karangan-karangan yang kotor itu. Dan ada pula yang menamakan dia pengarang tolol. Tapi ini hanya kekecualian. Biasanya ia dapat penghargaan dari kanan kiri. Open sendiri girang membaca karangan-karangan itu kembali, tapi sesuatu dalam hatinya berkata, bahwa ia rasa tak bisa membikin karangna-karangan seperti itu lagi. Jika ia nanti tokh menulis lagi, pasti akan berlainan sekali, lebih halus barangkali dan mungkin juga lebih berisi. Tapi sekarang ia belum bisa. Ia memang telah banyak memikirkan soal-soal kehidupan yang pelik-pelik, tentang tujuan hidup, kebenaran, kesucian ataupun juga yang disebut ibunya dengan terus terang itu, tapi ia merasa serasa ada lowongan masih dalam kalbunya yang harus diisinya dulu dengan air kefilsafatan yang merupakan pandangan hidup yang lebih tegas. Tidak, sekarang ini biarlah Open mengeluarkan karangan-karangannya yang dulu satu per satu dan tiada menulis yang baru. Ia tahu dan yakin, bahwa pada suatu ketika lowongan dalam kalbunya pasti akan terisi penuh dan barulah tiba waktunya untuk menulis lagi dengan keyakinan yang lebih tegas. Waktu revolusi mulai tenang, Open terpaksa mencari pekerjaan untuk hidupnya. Ia dapat pekerjaan, mula-mula sebagai penolong tukang jahit, tapi kemudian ia kelas pintar menjahit sendiri. Pekerjaan ini membawa dia ke pergaulan dengan sampah-sampah masyarakat segala bangsa: serdadu Inggris, serdadu Belanda, serdadu Gurkha dan serdadu Inlander. Dari sehari ke sehari ia berkenalan rapat dengan segala kejahatan yang ada di dunia, tapi ia sebagai penonton cuma. Jika jiwanya seperti dulu juga, pasti semua ini akan dituliskannya menjadi cerita pendek dan roman. Tapi sekarang ini semua itu dilihatnya belaka, dimasukannya ke dalam hatinya, dianalisirnya, dijadikannya unsur bagi air filsafat yang mengisi lowongan dalam kalbunya itu. Malam-malam, sebelum tidur bayangan-bayangan mengejar dia. Di sana kelihatan olehnya serdadu-serdadu Gurkha sedang membunuh perempuan, merampas barang perhiasan dan kehormatannya, membeli baju dengan uang perempuan itu dan menyuruh bikinkan baju itu kepada Open. Sebentar lagi berdiri di hadapannya serdadu Belanda, yang berkata selalu akan mendatangkan keamanan di Indonesia, yang tak pernah mengganggu orang katanya, ya mengganggu binatang dan hubungan ia ini tak pernah. Datang pula sedadu Inggris yang dengan senang hati mengatakan, bahwa ia baru saja datang dari Bekasi, setelah membakar kampung itu habis-haibsan. Ini bukan manusia yang berdiri di hadapan Open. Manusia ialah pribadi dan orang ini tak ada sedikit pun kepribadiannya. Bersusah payah ia minta pakaian kepada kaptennya dan bersusah payah pula ia minta pada Open supaya upah buat dia diturunkan. Dan waktu Open menolak, ia diancam dengan bayonet. Open tenang saja, membiarkan dirinya ditembak. Di sini Open tertawa. Lalu ia berkata sendiri dengan dirinya, “Orang-orang jahat, biar pun bentuk badan manusianya tetap seperti orang lain, tapi menurut isi kalbunya mereka sebenearnya telah berubah jadi binatang buas.” Demikian Open saban malam sampai kepada sesuatu kesimpulan dan ia percaya dan yakin, bahwa semua kesimpulan itu pada suatu waktu akan mendekatkan ia kepada terus terang yang sebenarnya, tidak terus terang seperti yang diamalkanya, waktu ia jadi guru sekolah rakyat dulu. Dan lama kelamaan, bersamaan dengan bertambah penuhnya lowongan dalam kalbunya, bertambah terasa kepadanya, bahwa kehendak menyendiri seperti dulu, egoisme dulu, bertambah lama bertambah jauh daripadanya. Apa sebabnya ia menyuruh Surtiah pulang dulu itu? Karena ia tak mau diganggu dalam jalan pikirannya dengan soal-soal cari pekerjaan. Ini adalah anasir egoisme. Sekarang semuanya ini tak terasa lagi padanya. Bahkan sebaliknya dari sehari ke sehari bertambah keyakinannya, bahwa Surtiah berguna sekali bagi kehidupan rohaninya. Surtiah tidak akan menjadi gangguan lagi baginya. Tidak, tidak Surtiah adalah tulang punggungnya. Secara Open menulis surat kepada Surtiah dan tiga hari sudah itu Surtiah datang bersama ayah dan ibunya. Pun ibu Open datang pula. Rumah Open seketika menjadi ramai. Buat seketika itu Open memang tidak bisa mempergunakan pikirannya untuk memikirkan hal-hal yang selama ini dipikirkannya. Tapi ia tidak merasa jengkel. Ia merasa perlu adanya selingan ini sekali-sekali dan waktu orang-orang tua itu kembali ke desanya, Open merasa ditinggalkan oleh orang-orang yang dikasihinya dan dicintainya dan yang mengasihi dan mencintai dia. Surtiah melihat perubahan besar ini pada suaminya dan ia gembira seperti belum pernah sebelumnya.