blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Senin, 24 September 2012

MATERI TES UJI SERTIFIKASI BAHASA INDONESIA TINGKAT SMK

1. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca cepat teks nonsastra? Jelaskan cara menerapkannya! Jawab; Membaca Cepat Teks Nonsastra Membaca merupakan sebuah keterampilan yang bergantung pada penentuan teknik membaca dan tujuannya. Salah satu teknik membaca yang sering digunakan adalah membaca cepat. Membaca cepat adalah teknik membaca dengan tujuan untuk menemukan dan mendapatkan ide pokok bacaan, serta memahami isi bacaan dengan cepat. Teknik ini dilakukan tanpa membaca secara keseluruhan tetapi hanya sekilas. Hal yang terpenting pada saat membaca adalah konsentarasi.. Usahakan untuk menciptakan suasana membaca yang menyenangkan. Suasana membaca yang menenangkan adalah suasana yang tenang. Selain itu, hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan saat membaca adalah pemahaman terhadap isi. Jika saat membaca menemukan istilah “asing”, sebaiknya kamu jangan berhenti membaca. Teruskan membaca, tafsirkan makna kata “asing” berdasarkan konteks kalimat. 2. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca memindai buku? Jelaskan cara menerapkannya! Jawab; Cara membaca memindai atau Scanning adalah cara membaca yang berguna untuk mencari bahan, data, atau kata yang hendak diketahui. Misalnya Kita hendak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh seorang tokoh sejarah dalam satu buku yang menceritakan sejarah. Maka kita mencari nama tokoh sejarah tersebut dalam buku tersebut secara cepat. Cara membaca Memindai adalah cara membaca secara cepat dari atas halaman hingga kebawah tanpa memperhatikan makna kalimat yang terkandung dalam baris-baris atau paragraf tersebut. Yang penting tujuannya tercapai yaitu mencari kata atau penggalan kata kalam satu tulisan yang panjang. Cara kerja cara membaca memindai ini mirip jika kita menggunakan perintah “find” di komputer. Cara kerja membaca memindai ini dilakukan dengan cara membaca dari atas tetapi pusat pandangan tidak boleh berpindah-pindah dari kiri kekanan. Tetapi usahakan selalu terpusat ditengah-tengah bagian atas. Dengan melebarkan sudut pandangan kita maka kita akan dapat melihat semua kata dihalaman mulai dari kiri sampai yang paling kanan. Sehingga kita dapat membaca sekaligus seluruh kalimat dalam waktu kira-kira seperempat detik dalam satu baris. Artinya kita akan dapat membaca empat bari dalam satu detik atau mungkin kurang dari satu detik. Kita tentukan apa kata yang hendak kita cari dari buku tersebut, dan kita mulai membaca seperti yang diterangkan diatas mulai dari baris yang paling atas sampai yang paling bawah mencari kata yang telah ditentukan. Setelah bertemu dengan kata yang dicari maka ditandai. Kalau perlu catat no halamannya dan paragraf keberapa ini penting untuk mencari ulang, kita akan dengan mudah dapat menemukan kata yang dimaksud. 3. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca memindai grafik? Jelaskan cara menerapkannya! Jawab; Membaca tatap (scanning) atau disebut juga membaca memindai adalah membaca sangat cepat. Ketika seseorang membaca memindai, dia akan melampaui banyak kata. Menurut Mikulecky & Jeffries (dalam Farida Rahim, 2005), membaca memindai penting untuk meningkatkan kemampuan membaca. Teknik membaca ini berguna untuk mencari beberapa informasi secepat mungkin. Biasanya kita membaca kata per kata dari setiap kalimat yang dibacanya. Dengan berlatih teknik membaca memindai, seseorang bisa belajar membaca untuk memahami teks bacaan dengan cara yang lebih cepat. Tapi, membaca dengan cara memindai ini tidak asal digunakan. Jika untuk keperluan untuk membaca buku teks, puisi, surat penting dari ahli hukum, dan sebagainya, perlu lebih detil membacanya. Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan. Scanning berkaitan dengan menggerakan mata secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa tertentu. Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata. 2. Langkah-langkah Scanning • Perhatikan penggunaan urutan seperti ‘angka’, ‘huruf’, ‘langkah’, ‘pertama’, ‘kedua’, atau ‘selanjutnya’. • Carilah kata yang dicetak tebal, miring atau yang dicetak berbeda dengan teks lainnya. • Terkadang penulis menempatkan kata kunci di batas paragraph Langkah atau proses scanning yang lain yakni: Scanning dilakukan dengan cara: (1) Menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan, (2) Setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) Pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). 3. Tujuan Adapun tujuan dari membaca scanning yaitu: • Mencari informasi dalam buku secara cepat, • Scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, • Pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari. • Mendapatkan informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari jawaban yang spesifik. 4. Contoh Membaca scanning/memindai misalnya membaca mencari arti kta di kamus, menbaca acara siaran di Telivisi, membaca daftar pejalanan, memcari nomor telepon di buku telepon,membaca daftar menu makan di rumah makan, membaca jadwal pelajaran,mencari pada papan pengumuman, mencari topik pada daftar isi sebuah buku dll Membaca-layap (skimming) adalah membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum atau bagian suatu bacaan. (Farida Rahim, 2005). Membaca layap dibutuhkan untuk mengetahui sudut pandang penulis tentang sesuatu, menemukan pola organisasi paragraf, dan menemukan gagasan umum dengan cepat (Mikulecky & Jeffries dalam Farida Rahim, 2005). Pengertian lain dari membaca skimming adalah membaca sekilas atau membaca cepat untuk mendapatkan suatu informasi dari yang kita baca. Skimming dilakukan untuk melakukan pembacaan cepat secara umum dalam suatu bahan bacaan. Dalam skimming, proses membaca dilakukan secara melompat-lompat dengan melihat pokok-pokok pikiran utama dalam bahan bacaan sambil memahami tema besarnya. Selain untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah teks. Untuk mengetahui apakah suatu artikel sesuai dengan apa yang kita cari. Untuk menilai artikel tersebut, apakah menarik untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail. Kecepatan membaca secara skimming biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari membaca biasa. 2. Langkah-langkah Skimming • Baca judul, sub judul dan subheading untuk mencari tahu apa yang dibicarakan teks tersebut. • Perhatikan ilustrasi (gambar atau foto) agar Anda mendapatkan informasi lebih jauh tentang topik tersebut. • Baca awal dan akhir kalimat setiap paragraph • Jangan membaca kata per kata. Biarkan mata Anda melakukan skimming kulit luar sebuah teks. Carilah kata kunci atau keyword-nya • Lanjutkan dengan berpikir mengenai arti teks tersebut 3. Tujuan Banyak yang mengartikan skimming sebagai sekedar menyapu halaman, sedangkan pengertian yang sebenarnya adalah suatu ketrampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan, seperti hal berikut: 1. Untuk mengenali topik bacaan. Apabila anda pergi ke toko buku atau perpustakaan dan ingin mengetahui pembahasan apa dalam buku yang anda pilih itu, anda melakukan skimming beberapa menit (atau browsing). Skimming untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekadar untuk mengetahui bahan tersebut, juga dilakukan orang untuk memilih artikel di majalah dan surat kabar (kliping) 2. Untuk mengetahui pendapat orang (opini). Disini anda sudah mengetahui topik yang dibahas, yang anda butuhkan adalah pendapat penulis itu terhadap masalah tersebut. Misalnya, tulisan tajuk surat kabar; anda mungkin cukup membaca paragraf pertama atau akhir yang biasanya memuat kesimpulan yang dibuat oleh penulisnya (redaksi). 3. Untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca seluruhnya. Anda perlu melihat semua bahan itu untuk memilih ide yang bagus, tetapi tidak membaca secara lengkap 1. Untuk mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok dan cara semua itu disusun dalam kesatuan pikiran dan mencari hubungan antarbagian bacaan itu. Mungkin secara kronologi, membandingkan, atau bentuk lain. Skimming berguna untuk memilih bahan yang perlu dipelajari dan didingat. Skimming berguna untuk survei buku sebelum dibaca, seperti dapat dilihat pada uraian SQ3R sebelum ini. 1. Untuk penyegaran yang pernah dibaca, misalnya dalam mempersiapkan ujian atau sebelum menyampaikan ceramah. Skimming ini juga disebut sebagai review (tinjau balik). 4. Contoh skimming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah halaman buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail. 4. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca pemahaman teks sastra? Jelaskan cara menerapkannya! 5. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca kritis teks sastra? Jelaskan cara menerapkannya! 6. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca paragrafaf? Jelaskan cara menerapkannya! 7. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca artikel? Jelaskan cara menerapkannya! 8. Model , metode, dan teknik membaca apakah yang dapat digunakan untuk membaca buku biografi? Jelaskan cara menerapkannya! 9. Jelaskan ciri-ciri puisi! Ciri-ciri Puisi Lama: 1. Anonim (pengarangnya tidak diketahui) 2. Terikat jumlah baris, rima, dan irama 3. Merupakan kesusastraan lisan 4. Gaya bahasanya statis (tetap) dan klise 5. Isinya fantastis dan istanasentris Ciri-ciri Puisi Baru: 1. Pengarangnya diketahui 2. Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama 3. Berkembang secara lisan dan tertulis 4. Gaya bahasanya dinamis (berubah-ubah) 5. Isinya tentang kehidupan pada umumnya 10. Jelaskan unsur-unsur puisi! Jawab; Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa UNSUR-UNSUR PUISI , yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan. Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. (2) Rasa (feeling) yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya. (3) Nada (tone) yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. (4) Amanat/tujuan/maksud (itention) sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya. Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut. (1) Perwajahan puisi (tipografi) yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. (2) Diksi yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. (3) Imaji yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. (4) Kata kongkret yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll. (5) Bahasa figuratif yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83). Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks. (6) Versifikasi yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.) (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]) (3) pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi. 11. Jelaskan pengertian drama sebagai karya dalam dua dimensi! 12. Jelaskan unsur-unsur drama dalam dimensi sastra! Jawab; Sebagai sebuah karya, drama mempunyai karakteristik kuhusus, yaitu berdimensi sastra pada satu sisi dan berdimensi seni pertunjukkan pada sisi yang lain (Damono, 1983, bdk hasanuddin, 1996 : 7). Selama ini, hiruk-pikuk pembicaraan tentang drama biasanya lebih banyak terfokus pada produk pementasan atau pertunjukannya. Resensi dan kritik di media massa rata-rata hanya berhenti pada pemaknaan terhadap nilai estetika drama ketika dieksekusi di atas panggung. Dengan demikian, keberhasilan drama seolah-olah hanya digenggaman para aktor, sutradara, dan penata pentas sebagai eksekutornya. Padahal, selain action, ”nyawa” drama juga terdapat pada text play atau teks dramanya. Sebuah drama diciptakan selain bertujuan untuk menghibur juga memberikan kegunaan kepada pembaca (jika drama tersebut ditulis) dan kepada penonton (jika drama tersebut dipentaskan). Sayangnya, hingga kini, kritik teks drama sebagai bagian kritik sastra tidak begitu popular, terkesan jalan di tempat, dan terkurung di ranah akademik. Di sisi lain, pada dasarnya, genre puisi, prosa, dan dramamempunyai kedududkan yang sama penting dalam jagad kesusastraan. Plato dan Aristoteles membagi genre sastra itu pada tiga kelompok utama, yakni lirik, epic, dan dramatik (Frey, 1957 : 299 ; Welek dan Warren, 1968 : 325). Oleh karena itu, pembicaraan mengenai ketiga genre itu seharusnya berimbang. Selama ini, penelitian mengenai drama sebagai genre sastra masih tidak memadai jika dibandingkan dengan kedua genre lainnya. Hal ini dapat dibuktikan pada jumlah penelitian terhadap genre drama yang sangat terbatas jumlahnya. Selain itu, pembicaraan tentang drama yang muncul di tengah masyarakat lebih banyak terfokus pada pementasan atau seni lakonnya. Padahal, sesungguhnya drama sendiri mempunyai dua dimensi, yakni dimensi sastra dan dimensi pemanggungan. Masing-masing dimensi dalam drama tersebut dapat dibicarakan secara terpisah untuk kepentingan analisis (Hassanudin, 1996:9). Sejalan dengan itu, Damono dalam Kesusastraan Indonesia modern (1983) mengemukakan bahwa drama mempunyai 3 unsur yang sangat penting yakni unsur teks drama, unsur pementasan, dan unsur penonton. 13. Kemukakan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian kelas! 14. Kemukakan dan jelaskan manfaat penilaian kelas! 15. Kemukakan dan jelaskan fungsi penilaian kelas! 16. Coba Anda kemukakan dan jelaskan kriteria penilaian kelas! 17. Coba jelaskan prinsip-prinsip penilaian kelas! 18. Jelaskan ranah yang dinilai dalam penilaian kelas! 19. Jelaskan bagaimana pelaksanaan penilaian kelas! Jawab; Terdapat tiga komponen utama dalam proses pembelajaran yang merupakan satu kesatua, yaitu tujuan pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran tersebut saling bergantung. Oleh karena itu ketiga komponen harus senantiasa sesuai satu sama lainnya. Menteri pendidikan nasional (permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian, yaitu berupa tes, observasi, penugasan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok, dan atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan siswa. Ada keterkaitan antara tujuan, metode, serta evaluasi pembelajaran. Tujuan merupakan ppedoman pembelajaran yang dalam tujuan tersurat kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa pada akhir pembelajaran. Tujuan juga mencerminkan target kurikulum yang harus dicapai dalam pembelajaran. Komponen kedua, yaitu proses pembelajaran, dalam komponen ini tersurat pemilihan strategi, alat/bahan/sumber belajar dan penerapannya dalam kelas untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan evaluasi diigunakan untuk mengukur apakah tujuan yang telah dirumuskan dan diajarkan melalui Better Education Through Reformed Management Universal Teacher Upgrading bermutu 1. B. Macam-Macam Teknik Penilaian Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, dan penilaian antar teman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. 1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang menjawabnya dapat benar atau salah. Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa prancis kuno: testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes yang berarti ujian atau percobaan. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Dalam rancangan penelitian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian akhir terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah. 2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan atau diluar kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal.Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat ketrampilan atau skill. Misalnya untuk mengadakan penilaian terhadap siswa tentang bagaimana cara mengelas, membubut, menjahit pakaian, mengetik, membuat sambungan kusen pintu, ataupun menyambung kabel dan memasang alat-alat listrik. Dalam observasi ini guru menggunakan blangko daftar isian yang didalamnya telah tercantum aspek-aspek kegiatan dari ketrampilan itu yang harus dinilai, dan kolom-kolom tempat membutuhkan check atau skor menurut standar yang telah ditentukan. 3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik dilaboratorium, tugas rumah, portofolio, projek dan atau produk. 4. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif. 5. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi dan kreativitas peserta didik (popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan untuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang menentukan yang dikerjakannya. 6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produk dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil. 7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis. 8. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta pelaporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil. 9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya secara jujur. 10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam berbagai hal secara jujur. C. Prosedur-prosedur Penilaian PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Permendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa penilaian pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh: pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. 1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Berbagai macam ulangan dilaksanakan dengan menggunakan teknik dan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan. Penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus terencana, terpadu, menyeluruh, dan berskesinambungan. Dengan penilaian ini diharapkan pendidik dapat (a) mengetahui kompetensi yang telah dicapai peserta didik, (b) meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (c) mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan, (d) memperbaiki strategi pembelajaran, dan (e) meningkatkan akuntabilitas sekolah. Ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan. 2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran. Penilaian ini meliputi: a. Penilaian akhir untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Penilaian akhir digunakan sebagai salah satu persyaratan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan harus mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik; b. Ujian Sekolah untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi (yang tidak dinilai melalui Ujian Nasional) dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Ujian Sekolah juga merupakan salah satu persyaratan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. 3. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN). Pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan UN, dan dalam penyelenggaraannya BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan. 20. Jelaskan teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan untuk penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA/MA! 21. Sebutkan salah satu tes keterampilan berbicara yang dapat menghemat waktu pelaksanaannya? 22. Buatlah salah satu bentuk daftar cek yang berisikan skill-skill yang menurut anda layak dikuasai oleh siswa setelah tamat kelas XII SMA/MA? 23. Dari beberapa tes pengetahuan dan sikap, cara mana yang menurut anda paling cocok buat anda sendiri? 24. Selain bentuk yang sudah diuraikan di atas, coba anda diskusikan salah satu bentuk tes pengetahuan dan sikap yang berhubungan dengan materi kesegaran jasmani? Perhatikan pelaksanaan tes tersebut harus menghemat waktu! 25. Jelaskan cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data informasi hasil belajar Bahasa dan Sastra Indonesia peserta didik di SMA? 26. Jelaskan bagaimana cara pengolahan data cara-cara penilaian berikut ini. a. tertulis, b. lisan, c. unjuk kerja, d. produk, e. porfolio, f. observas, dan . g. penilaian diri 27. Jelaskan apa saja yang harus diperhatikan dalam menentukan KKM! 28. Jelaskan bagaimana seorang anak dikatakan telah menuntaskan hasil belajar KD! 29. Sebutkan aspek-aspek yang dapat menggambarkan karakteristik suatu karya tulis ilmiahdan berikan penjelasan singkat untuk setiap aspek. Berdasarkan uraian itu, coba simpulkan karakteristik karya tulis ilmiah! 30. Secara umum, struktur sajian suatu karya tulis ilmiah terdiri dari bagian awal, inti, dan bagian penutup. Coba jelaskan deskripsi masing-masing bagian dan apa bedanya dengan struktur sajian karya non ilmiah? 31. Jelaskan mengapa abstrak merupakan bagian terpenting dalam laporan dan artikel penelitian 32. Sebut dan jelaskan perbedaan karya tulis ilmiah hasil pemikian dan hasil penelitian!

SEPULUH KEMAMPUAN DASAR GURU

10 Kemampuan Dasar Guru Yang Harus Dipenuhi - Guru adalah patokan dalam maju mundurnya pendidikan di Indonesia. Jadi agar kualitas pendidikan tinggi, maka akhirnya dibuatlah yang dinamakan 10 kemampuan dasar guru. 10 kemampuan dasar guru dibawah ini bersii 10 point penting yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam menjalankan aktifitas pendidikan karena dengan guru yang berkualitas akan dihasilkan murid yang berkualitas pula Baiklah, berikut ini adalah 10 kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru: I. MENGEMBANGKAN KEPRIBADIAN BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA. BERPERAN DALAM MASYARAKAT SEBAGAI WARGA YANG BERJIWA PANCASILA. MENGEMBANGKAN SIFAT-SIFAT TERPUJI YANG DIPERSYARATKAN BAGI JABATAN GURU II. MENGUASAI LANDASAN PENDIDIKAN MENGENAL TUJUAN PENDIDIKAN UNTUK PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL. MENGENAL SEKOLAH DALAM MASYARAKAT. MENGENAL PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI YANG DAPAT DIMANFAATKAN DALAM PEMBELAJARAN III. MENGUASAI BAHAN PENGAJARAN MENGUASAI BAHAN PENGAJARAN KURIKULUM. MENGUASAI BAHAN PENGAYAAN. IV. MENYUSUN PROGRAM PENGAJARAN MENETAPKAN TUJUAN PENGAJARAN. MEMILIH DAN MENETAPKAN BAHAN PENGAJARAN. MEMILIH DAN MENGEMBANGKAN STRATEGI PENGAJARAN. MEMILIH DAN MENGEMBANGKAN MEDIA PENGAJARAN YANG SESUAI. MEMILIH DAN MEMANFAATKAN SUMBER BELAJAR. V. MELAKSANAKAN PROGRAM PENGAJARAN MENCIPTAKAN IKLIM BELAJAR MENGAJAR YANG SEHAT. MENGATUR RUANG BELAJAR. MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR. VI. MENILAI HASIL DAN PROSES BELAJAR MENGAJAR YANG TELAH DILAKSANAKAN MENILAI PRESTASI MURID UNTUK KEPENTINGAN PENGAJARAN. MENILAI PROSES BELAJAR MENGAJAR YANG TELAH DILAKSANAKAN. VII. MENYELENGGARAKAN PROGRAM BIMBINGAN MEMBIMBING SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR. MEMBIMBING SISWA YANG BERKELAINAN DAN BERBAKAT KHUSUS. MEMBIMBING SISWA UNTUK MENGHARGAI PEKERJAAN DI MASYARAKAT. VIII. MENYELENGGARAKAN ADMINISTRASI SEKOLAH MENGENAL PENGADMINISTRASIAN KEGIATAN MADRASAH. MELAKSANAKAN KEGIATAN ADMINISTRASI MADRASAH. IX. BERINTERAKSI DENGAN SEJAWAT DAN MASYARAKAT BERINTERAKSI DENGAN SEJAWAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROFESIONAL. BERINTERAKSI DENGAN MASYARAKAT UNTUK PENUAIAN MISI PENDIDIKAN. X. MENYELENGGARAKAN PENELITIAN SEDERHANA UNTUK KEPERLUAN PENGAJARAN MENGKAJI KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH. MELAKSANAKAN PENELITIAN SEDERHANA. Jika artikel berjudul 10 Kemampuan Dasar Guru Yang Harus Dipenuhi ini anda rasa bermanfaat dan cukup layak untuk dishare. Anda bisa menginformasikan artikel ini kepada teman-teman anda dengan mengeklik tombol share dibawah ini. Sekian, dan selamat membaca artikel 10 Kemampuan Dasar Guru

Minggu, 09 September 2012

IKRAR PENGURUS OSIS BARU

IKRAR PENGURUS OSIS SMKN 20 JAKARTA Tahun 2012 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa 2. Menjalankan tugas sebagai pengurus OSIS SMKN 20 Jakarta masa bakti 2012-2013 dengan baik dan bersungguh-sungguh 3. Menjaga nama baik sekolah, OSIS, Guru dan orang tua baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah 4. Menjunjung tinggi persaudaraan antarsesama siswa dan hubungan baik dengan guru. 5. Melaksanakan program OSIS dan program sekolah S U R A T K E P U T U S A N KEPALA SMK N 20 JAKARTA Nomor : T e n t a n g SUSUNAN PENGURUS DAN PEMBINA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) SMKN 20 JAKARTA PERIODE 2012/2013 Kepala SMK 20 JAKARTA MENIMBANG : a Bahwa untuk lebih mengefektifkan serta memudahkan program kesiswaan, maka perlu dibentuk pengurus dan pembina OSIS ; b Bahwa penanggung jawab pembina OSIS di sekolah adalah kepala sekolah; c Bahwa dengan berakhirnya kepengurusan OSIS SMK 20 jakarta periode 2012-2013; d Bahwa agar OSIS dapat melaksanakan tugas dan fungsinya maka perlu mengesahkan dan melantik pengurus OSIS SMKN 20 Jakarta periode 2012/2013. MENGINGAT : 1 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 j.o. Nomor 29 Tahun 1990; 3 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1994; 4 Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 201/C.Kep/0/1999. MEMPERHATIKAN Hasil rapat anggota OSIS pada tanggal ... MEMUTUSKAN MENETAPKAN : 1. Memberhentikan susunan Pengurus dan Pembina OSIS SMK 20 Jakarta periode 2012-2013; 2. Mengangkat susunan Pengurus dan Pembina OSIS SMKN 20 Jakarta periode 2012-2013; 3. Mengamanatkan nama-nama tersebut untuk melaksanakan tugas sebaik-baiknya dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab; 4. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan dibenarkan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : Kepala Sekolah,

Senin, 03 September 2012

BAB 6 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 6 MEMBUAT PARAFRASA LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA A. Pengertian Parafrasa Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut. (1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya. (2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi. Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya. Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan. Memparafrasakan suatu tuturan atau karangan secara lisan bias dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu. Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahasa sendiri, bukan dengan bahasa asli penulis. B. Cara Membuat Parafrasa Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa dari sebuah bacaan. (1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan. (2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan. (3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut. (4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik bacaan. (5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa sendiri. Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini. Wacana asli Masalah-masalah yang dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I adalah sangat berat dan mendesak. Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara berbagai jenis pendidikan. Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan. Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga ataupun laboratorium dan tempat praktik. Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah. Wacana di atas dapat diparafrasakan sebagai berikut. Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I: masalah kurikulum, ketidak-seimbangan tingkat dan jenis pendidikan; penampungan murid dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga pendidikan, kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; kurangnya kerja sama dan tiada sistem informasi. Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di atas. Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut. (1) Membaca informasi secara cermat. (2) Memahami isi informasi secara umum. (3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri. (4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut. (5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokokpokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber. (6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri. (7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu: (a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya. (b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya. (c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif. (d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga. C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut. (1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama. (2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh. (3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi. (4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri. (5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan. Menyesal Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Ah... apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang Bakti Puisi Baru, Ali Hasyimi Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita parafrasa sebagai berikut. Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta (tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke arah padang bakti. D. Pola Penyajian Informasi Lisan Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan adalah seperti berikut. 1. Pola Contoh Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau memberikan ilustrasi untuk menjelaskan ide pokoknya. Contoh: Pohon pisang merupakan pohon yang banyak fungsinya. Selain buahnya, daun dan batangnya dapat dimanfaatkan. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus, sedangkan batangnya dimanfaatkan untuk membuat perhiasan dalam pernikahan. 2. Pola Proses Parafrasa diuraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja, langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini berbentuk uraian ekspositoris. Contoh: Berikut ini adalah proses pembuatan lumpia. Pertama, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum. Kedua, masukkan daun bawang dan ayam cincang, masak selama kurang lebih tiga menit. Ketiga, masukkan jagung manis, jamur kancing, bayam, lada, gula pasir, dan bumbu penyedap secukupnya. Keempat, aduk sampai rata jagung dan bumbu-bumbu tersebut sampai layu. Terakhir, masukkan larutan maizena sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kurang lebih lima menit dan sisihkan. 3. Pola Sebab Akibat Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan suatu akibat. Contoh: Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya, banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci pakaian. 4. Pola Urutan/Kronologis Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis bersifat narasi. Contoh: Saya mendengar suara kentongan, sepertinya itu pedagang bakmi lewat. Saya pergi keluar dan membuka pintu pagar, lalu memanggilnya. Ia berhenti. Pedagang itu seorang laki-laki. Dia bertanya, “Mau pesan berapa porsi?” Saya jawab “Satu porsi saja.” Kemudian, laki-laki itu menyiapkan bakmi sesuai pesanan saya. Setelah bakmi selesai dibuat, saya memberikan uang lima ribu rupiah untuk membayar bakmi kepada pedagang keliling itu, kemudian saya masuk ke rumah, dan pedagang berlalu dari depan rumah saya.

BAB 5 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 5 MENGGUNAKAN SECARA LISAN KALIMAT TANYA/PERTANYAAN DALAM KONTEKS BEKERJA A. Pengertian dan Fungsi Kalimat Tanya Kalimat tanya adalah kalimat yang disampaikan dengan maksud mendapat jawaban berupa informasi, penjelasan, atau pernyataan. Jawaban atas kalimat tanya dapat berbentuk jawaban pendek atau panjang. Kalimat tanya berfungsi untuk meminta jawaban berupa penjelasan, untuk menggali informasi, untuk klarifikasi, atau konfirmasi. Kalimat tanya juga digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu yang disebut kalimat tanya tersamar. Selain itu, ada juga kalimat tanya yang diajukan tanpa memerlukan jawaban yang disebut kalimat tanya retoris. Pada pelajaran ini, macam-macam kalimat tanya seperti itu akan kita pelajari kembali. Perhatikan contoh keragaman kalimat tanya berikut. 1. Apakah Anda bersedia ditugaskan di sini? (konfirmasi) 2. Dari semua barang yang ditawarkan ini, mana yang Anda pilih?(pilihan) 3. Di manakah alamat Anda? (menggali informasi tentang tempat) 4. Apakah kita tidak malu menjadi bangsa yang terkenal karena korupsinya?(retorik) 5. Siapa yang tidak hadir hari ini? (menanyakan orang) 6. Bagaimana perasaannya, hanyalah Tuhan yang tahu. (retorik) 7. Diakah orang yang kemarin mencarimu? (klarifikasi) 8. Sudahkah Anda terima kiriman saya kemarin? (konfirmasi) 9. Dapatkah Anda menyelesaikan tugas ini dengan cepat? (menyuruh) 10. Siapakah yang tidak ingin sukses? (retorik) B. Jenis Kalimat Tanya Dilihat dari pemakaian secara lisan maupun kalimat, kalimat Tanya dapat dibedakan menjadi kalimat tanya biasa, tanya retoris, kalimat Tanya bertujuan untuk klarifikasi atau konfirmasi, dan kalimat tanya tersamar. 1. Kalimat Tanya Biasa Salah satu ciri kalimat tanya ialah menggunakan kata tanya. Kata Tanya biasanya digunakan untuk pertanyaan yang bertujuan meminta penjelasan atau menggali informasi. Di bawah ini adalah tabel yang berisi macammacam kata tanya dan tujuan penggunaannya berikut jawaban yang diinginkan oleh penanya. Perhatikan dengan saksama. apa (-kah) ? suatu benda/binatang ya/tidak/bukan bagaimana (-kah) ? cara/proses menjelaskan cara/proses kerja sesuatu berapa (-kah) ? jumlah menjelaskan jumlah tertentu (yang pasti) bilamana (-kah) ? waktu menjelaskan waktu/kurun waktu tertentu dari mana (-kah) ? arah/asal menjelaskan arah/asal muasal sesuatu mana (-kah) ? tempat menjelaskan nama/lokasi/posisi tempat kapan (-kah) ? waktu menjelaskan waktu/kapan peristiwa terjadi keberapa (-kah) ? urutan menjelaskan urutan ke berapa dari sejumlah angka kemana (-kah) ? arah/tujuan menjelaskan arah/tujuan yang dituju mana (-kah) ? pilihan menjelaskan satu/beberapa dari sejumlah pilihan mengapa (-kah) ? alasan menjelaskan alasan/sebab terjadinya sesuatu siapa (-kah) ? orang/manusia menyebutkan nama dan penjelasan seperlunya dengan apa (-kah) ? alat menyebutkan alat yang digunakan Kata Tanya Partikel Menanyakan Jawaban yang di inginkan Kalimat tanya untuk menggali informasi umumnya digunakan pada saat wawancara atau dalam dialog yang membahas tentang suatu hal. Pertanyaan diajukan kepada narasumber yang diharapkan dapat memberikan informasi atau penjelasan yang lebih dalam sesuai dengan yang ditanyakan. 2. Kalimat Tanya Retorik Kalimat tanya retorik ialah kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban atau tidak mengharuskan adanya jawaban. Kalimat tanya retorik cenderung bersifat pernyataan hanya untuk mencari perhatian atau bermaksud memberi semangat, gugahan, atau kritik. Kalimat tanya retorik sering digunakan dalam pidato-pidato atau orasi. Contoh kalimat tanya retorik: 1. Saya tidak habis pikir mengapa dia menolak penugasan itu. 2. Siapa yang bekerja keras, dialah yang akan menjadi orang sukses. 3. Mana mungkin kita mampu membalas jasa kedua orang tua kita. 4. Apakah kita harus kembali dijajah? 5. Bagaimana bisa tugasmu selesai, kerjaanmu hanya bermalas-malasan. Ciri-ciri pertanyaan retorik: (1) berbentuk pertanyaan dan penegasan, (2) terkadang menggunakan kata tanya, (3) tidak memerlukan jawaban, (4) orang yang bertanya dan yang ditanya sama-sama mengetahui jawabannya, 3. Kalimat Tanya untuk Konfirmasi dan Klarifikasi Untuk melakukan klarifikasi (penjernihan) maupun konfirmasi (pembenaran/penegasan), kita perlu mengajukan pertanyaan yang jawabannya cukup perkataan ya atau tidak, atau ya atau bukan. Ada beberapa hal yang menandai bentuk pertanyaan untuk konfirmasi atau klarifikasi, yaitu seperti berikut. 1. Menggunakan informasi tanya dengan menekankan kata-kata yang dipentingkan. Contoh: 1. Dia yang memukulmu kemarin? 2. Kalau begitu, Bapak yang berada di belakang ini semua? 2. Menggunakan partikel –kah. Contoh: 1. Inikah yang dinamakan cinta? 2. Anak itukah yang dicari polisi? 3. Menggunakan kata tanya apa atau apakah. Contoh: 1. Apa Bapak bersedia hadir pada acara peresmian kantor baru? 2. Apakah Anda masih sekolah? 4. Menggunakan kata tidak atau bukan sebagai unsur penegas. Contoh: 1. Kamu jadi berangkat ke Bandung atau tidak? 2. Minuman ini beralkohol atau bukan? 5. Sebagai penegasan benar tidaknya, menggunakan kata bantu: benar, betul, jadi benar, dan jadi. Contoh: 1. Jadi dia yang mendapat rangking satu? 2. Betul kamu yang mengambil uangnya? 3. Jadi benar ayahnya seorang pembunuh bayaran? 4. Benar dia adik kandungmu? 4. Kalimat Tanya Tersamar Kalimat tanya tersamar adalah kalimat yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tidak langsung bukan untuk menggali informasi, klarifikasi, dan konfirmasi melainkan mengandung maksud-maksud lain. Beberapa model kalimat tanya tersamar antara lain seperti berikut. a. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan memohon Contoh: 1. Terima kasih Anda tidak membuang sampah di sini. 2. Tidak keberatan, kan kamu membawa koper ini? 3. Sudikah Anda mampir ke rumahku? b. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meminta Contoh: 1. Masakan Anda kelihatannya lezat sekali? 2. Dapatkah Anda membantu saya hari ini. 3. Bolehkah makanan ini saya cicipi? c. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyeluruh Contoh: 1. Saya sangat senang jika Anda yang mengerjakan proyek ini. 2. Sebaiknya kamu jangan berangkat sekarang. 3. Maukah adik membantu saya menyelesaikan tugas ini? d. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan mengajak Contoh: 1. Bukankah Bapak bersedia untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam kegiatan amal ini? 2. Siapkah Anda berangkat sekarang? 3. Bisakah membuat kopi untuk kakek? e. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan merayu Contoh: 1. Kamu orang yang sangat handal dalam mengatasi berbagai masalah. 2. Tentunya Anda yang pantas menduduki jabatan ini. 3. Siapa yang menolak berteman dengan orang sebaik kamu? f. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyindir (mengkritik, mencela, mengejek) Contoh: Memang ya pekerjaannya luar biasa sulit sehingga kamu bias menyelesaikannya dengan cepat. Pekerjaan semudah ini tidak bisa diselesaikan dengan benar. g. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan meyakinkan Contoh: 1. Saya rasa kamu mampu mengerjakannya hari ini? 2. Haruskah aku bersumpah agar kamu percaya? 3. Inikah hasil usahamu. h. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyetujui Contoh : 1. Saya kira kita sama-sama sependapat bukan? 2. Mana mungkin saya menolak ajakanmu? 3. Anda setuju dengan usulnya, kan? i. Kalimat tanya tersamar untuk tujuan menyanggah Contoh: 1. Apakah tidak lebih baik kita tanyakan dulu masalah yang sebenarnya? 2. Kamu ke sini tidak takut dimarahi ayahmu? 3. Mengapa kamu datang lagi ke sini? j. Kalimat tanya tersamar untuk menawarkan sesuatu Contoh: 1. Boleh saya bantu? 2. Anda membutuhkan bantuan saya? 3. Masih adakah yang perlu saya bawakan? C. Mengutarakan Pendapat dengan Kalimat Tanya yang Santun Dalam melakukan tanya jawab, kita perlu memperhatikan adab bertanya karena hal ini berhubungan dengan si penanya dan pihak yang ditanya. Adab bertanya yang baik menjadi faktor utama sebagai penentu respons pihak yang ditanya. Teknik atau cara mengajukan pertanyaan adalah seperti berikut. (1) Pertanyaan yang diajukan harus relevan dengan topik yang akan ditanyakan. (2) Pertanyaan yang diajukan benar-benar mengesankan keingintahuan terhadap sesuatu yang menjadi topik pertanyaan. (3) Pilihlah kata-kata yang baik dan santun agar mendapat respons yang baik dan mendapatkan jawaban yang memuaskan. (4) Hindari pertanyaan yang bersifat subjektif/pribadi. (5) Pertanyaan yang diajukan harus bersifat menggali informasi sebelum berlanjut ke pertanyaan yang bersifat konfirmasi atau penegasan. (6) Jika pertanyaan menuntut sebuah tanggapan atau penilaian dari narasumber, ada baiknya jika pertanyaan diawali dengan kata ”menurut pendapat ...”. Misalnya, ”Menurut pendapat Bapak, bagaimana peranan pemuda dalam memberantas penyalahgunaan narkoba?” (7) Pertanyaan tidak bersifat memaksa, menekan, atau cenderung bertujuan mencari kesalahan narasumber. Contoh: Berikut ini contoh sebuah wawancara reporter Berita Kota dengan penyanyi dangdut legendaris A. Rafiq seputar keluarga dan rumah tangganya. Wartawan : “Bagaimana Bang Rafiq membina keluarga dan berhasil awet hingga sekarang?” A. Rafiq : “Pertama begini, saya punya satu prinsip dalam mengurus dan memelihara rumah tangga, semua itu konsepnya lain.” Wartawan : “Jadi, bagaimana dulu waktu memilih istri?” A. Rafiq : “Istri saya itu tipe orang yang tidak pernah ke sana kemari, nggak pernah macam-macam. Istri saya orang rumahan, orang pendidikan yang betul-betul dididik oleh keluarga yang baik yang menurut saya cukup terhormat dan dengan landasan agama. Saya menikah dengan jalur agamis.” Wartawan : “Maksudnya?” A. Rafiq : “Sampai saat ini saya dekenal orang. Bahkan katanya, sampai hari ini untuk penyanyi skill on the scope, belum ada yang bisa ngalahin saya. Itu kata orang. Toh orang tidak akan percaya kalau lihat penampilan saya bahwa saya nggak mabuk, bahwa saya nggak doyan perempuan. Orang nggak percaya bahwa sampai hari ini saya nggak penah kenal setetes minuman. Kenapa? Karena faktor agama. Nah itu saya bawa dalam kehidupan saya.”

BAB 4 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 4 MEMBACA UNTUK MEMAHAMI MAKNA KATA, BENTUK KATA UNGKAPAN, DAN KALIMAT DALAM KONTEKS BEKERJA A. Klasifikasi Kata Berdasarkan Kelas Kata Untuk mendayagunakan bahasa secara maksimal, diperlukan kesadaran akan pentingnya pengayaan kosakat. Kesadaran itulah yang memotivasi kita untuk lebih rajin membaca. Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, majalah, dan surat kabar. Aktivitas membaca tidak saja dilakukan untuk menyerap informasi atau pesan yang diuraikan di dalam bacaan, tetapi membaca dapat juga dilakukan dengan tujuan menelaah unsur-unsur kebahasaan yang terkandung di dalamnya. Dalam sebuah bacaan, terkandung banyak unsur bahasa yang berkaitan dengan makna kata dan ruang lingkupnya. Juga penggunaan gaya bahasa yang berhubungan dengan ungkapan dan bentuk-bentuk pemakaiannya. Pada bab ini, kita akan membahas dan menelaah unsur-unsur kebahasaan di dalam bacaan berkaitan dengan kata, bentuk kata, ungkapan, serta kalimat berdasarkan kelas kata dan makna kata. Kata merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun suatu kalimat. Tanpa kata, tidak mungkin ada kalimat. Setiap kata mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan kelas kata atau jenis katanya. Di kelas X, kita sudah mempelajari kelas kata dan pada bab ini akan dibahas kembali tentang kelas kata dan hubungannya dengan kalimat. Secara umum kelas kata terdiri atas 5 macam, yaitu: (1) kata kerja (verba) (2) kata sifat (adjektif ) (3) kata keterangan (adverbia) (4) kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia) (5) kata tugas 1. Kata Kerja (Verba) Kata kerja ialah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Kata kerja biasanya berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata kerja apabila memenuhi persyaratan berikut. (1) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata sifat. Contoh: pergi (Pergi dengan gembira.) tidur (Tidur dengan nyenyak.) jalan (Jalan dengan santai.) (2) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah. Contoh: (akan) mandi (sedang) tidur (telah) pergi (3) Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh: (tidak) makan (tidak) lihat (tidak) pulang (4) Berawalan me- dan ber- Contoh: melatih melihat merakit berdiskusi berpikir berusaha 2. Kata Sifat (Adjektiva) Kata sifat ialah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan sesuatu, misalnya keadaan orang, binatang, benda. Kata sifat berfungsi sebagai predikat. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata sifat apabila memenuhi persyaratan berikut. (1) Dapat diawali dengan kata sangat, paling dan diakhiri dengan kata sekali. Contoh: indah (sangat indah/indah sekali) baik (sangat baik/baik sekali) tinggi (sangat tinggi/tinggi sekali) (2) Dapat diberi awalan se- dan ter-. Contoh: luas (seluas/terluas) bodoh (sebodoh/terbodoh) mudah (semudah/termudah) buruk (seburuk/terburuk) baik (sebaik/terbaik) (3) Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh: murah (tidak murah) sulit (tidak sulit) pahit (tidak pahit) 3. Kata Keterangan (Adverbia) Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Berikut adalah macam-macam adverbia. (1) Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling, pernah, pula, saja, saling. (2) Adverbia turunan terbagi atas 3 bentuk berikut. (a) Adverbia reduplikasi, misalnya ; agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling. (b) Adverbia gabungan, misalnya : belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin. (c) Adverbia yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya, sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya. 4. Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia) 4.1. Kata benda Kata benda ialah kata yang mengacu pada benda, orang, konsep, ataupun pengertian yang berfungsi sebagai objek dan subjek. Suatu kata dapat digolongkan ke dalam kelas kata benda apabila memenuhi persyaratan berikut. (1) Dapat diikuti oleh frasa yang + sangat. Contoh: mobil (mobil yang bagus/mobil yang sangat bagus) pemandangan (pemandangan yang indah/pemandangan yang sangat indah) pemuda (pemuda yang gagah/pemuda yang sangat gagah) (2) Berimbuhan pe-, -an, pe-/-an, per-/-an, ke-/-an. Contoh: permainan pertunjukan kesehatan (3) Dapat diingkari dengan kata bukan. Contoh : saya (bukan saya) roti (bukan roti) gubuk (bukan gubuk) 4.2. Kata Ganti (Pronomina) Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain. Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda atau nomina. Contoh: Aku sudah mencoba membujuknya. Kami sangat berharap kepada kalian. Dia telah meninggalkan kita. Itu memang miliknya. 4.3. Kata Bilangan (Numeralia) Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda. Contoh: Ibu membeli gelas selusin. Ia mendapat peringkat pertama di kelasnya. Bapak Bardi memiliki dua puluh ekor kambing. Sepertiga dari harta warisan itu disumbangkan ke panti asuhan. 5. Kata Tugas Kata tugas dapat dirinci menjadi empat jenis kata, yaitu (1) kata depan, (2) kata sambung, (3) kata sandang, (4) kata seru, dan (5) partikel. (1) Kata Depan (Preposisi) Kata depan adalah kata yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Contoh: di (sebelah) utara = menunjuk arah ke timur = menunjuk arah dari pasar = menunjuk tempat pada hari senin = menunjuk waktu (2) Kata Sambung (Konjungsi) Kata sambung adalah kata yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata; frasa dengan frasa, klausa dengan klausa. Contoh : adik dan kakak makan atau minum tidak makan, tetapi minum ia tidak naik kelas karena bodoh Adi meletakkan tasnya, lalu ia membuka seragamnya. (3) Kata Sandang (Artikula) Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna nomina. Contoh: sang guru (sang bermakna tunggal) para pemimpin (para bermakna jamak) si cantik (si bermakna netral) (4) Kata Seru (Interjeksi) Kata seru adalah tugas yang digunakan untuk mengungkapkan seruan hati. Contoh: Aduh, kakiku sakit sekali. Astaga, mengapa kamu berani mencuri ? Ayo, jangan putus asa. “Wah, mahal sekali!” kata adik. Kata yang dicetak miring adalah kata seru. Contoh lain kata seru adalah hai, nah, oh, celaka, gila, Masya Allah, dan Alhamdulillah. (5) Partikel Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah, dan pernyataan (berita). Contoh partikel: -lah, -kah, -tah, -deh, -dong, -kek, dan -pun Kita baru saja mempelajari kelas kata beserta ciri-cirinya. Dalam suatu wacana, tentu terdapat berbagai kata, frasa, dan kalimat. Kita dapat merinci setiap kata berdasarkan kelas katanya. B. Klasifikasi Kata Berdasarkan Bentuk Kata Dari segi bentuknya, kata dapat dibedakan atas empat macam, yaitu : 1. Kata Dasar 2. Kata Turunan 3. Kata Ulang 4. Kata Majemuk 1. Kata Dasar Kata dasar adalah kata yang tidak berimbuhan atau yang belum diberikan awalan, akhiran, sisipan, dan penggabungan awalan akhiran. Kata-kata seperti baik, getar, kerja, sakit, gunung disebut sebagai kata dasar karena kata-kata itu tidak berimbuhan atau belum diberi imbuhan. Jika katakata itu diberi imbuhan, hasilnya antara lain terbaik, getaran, pekerja, kesakitan, dan pegunungan. Jika sudah mengalami penambahan atau pengimbuhan, kata tersebut sudah dikategorikan ke dalam kata turunan. 2. Kata Turunan Sebuah kata dapat menyampaikan beberapa pengertian melalui bentukan-bentukannya. Dari satu kata pula, kita dapat membuat atau mengembangkannya menjadi beberapa kata turunan. Dari kata turunan tersebut, kita dapat mengungkapkan satu bahkan beberapa ide/perasaan. Pemekaran kata dengan memberi imbuhan itu pun akan membuat kata-kata tersebut mengalami perubahan jenis atau kelas katanya. Coba Anda amati kata satu termasuk kata bilangan/numeralia yang berarti “bilangan asli pertama”. Kata satu diberi awalan ber- menjadi bersatu. Kata tersebut mengalami perubahan arti, meskipun masih memiliki arti dasar yang tetap, yaitu “satu”, bersatu artinya berkumpul atau bergabung menjadi satu. Kata bersatu bukan merupakan kelas kata bilangan lagi, tetapi termasuk kelas kata kerja. Bagaimana pengimbuhannya? Anda telah melihat bahwa dari satu kata (misalnya satu) dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Hal ini dapat berlaku pula pada kata-kata yang lainnya. Perhatikan tabel berikut dengan cermat. asuh pengasuh pengasuhan mengasuh asuhan baca pembaca pembacaan membaca bacaan bangun pembangun pembangunan membangun bangunan buat pembuat pembuatan perbuatan membuat buatan cetak pencetak pencetakan percetakan mencetak cetakan edar pengedar pengedaran pengedaran mengedar edaran potong pemotong pemotongan perpotongan memotong potongan sapu penyapu penyapuan persapuan menyapu sapuan tulis penulis penulisan menulis tulisan ukir pengukir pengukiran mengukir ukiran impor pengimpor pengimporan mengimpor imporan Kata Asal Verba Pelaku Prosesô€ˆ± Hal/Tempat Perbuatan Hasil 3. Kata Ulang Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan bentuk baik seluruh kata maupun sebagian. Semua kata ulang wajib ditulis dengan memakai tanda penghubung (-). Contoh: lauk-pauk mondar-mandir anak-anak porak-poranda berjalan-jalan biri-biri gerak-gerik kupu-kupu dibesar-besarkan laba-laba huru-hara Macam-macam kata ulang 1. Ulangan seluruh kata dasar Contoh: anak-anak meja-meja buku-buku ibu-ibu main-main makan-makan 2. Ulangan kata dengan memberi imbuhan Contoh: berjalan-jalan bermanja-manja dibesar-besarkan dipukul-pukulkan berlari-larian menarik-narik 3. Ulangan seluruh kata, namun terjadi perubahan suara pada kata yang kedua Contoh: gerak-gerik caci-maki mondar-mandir compang-camping huru-hara terang-benderang bolak-balik carut-marut lauk-pauk 4. Ulangan seluruh kata yang dinamakan kata asal Misalnya : anai-anai ubur-ubur kunang-kunang lobi-lobi kupu-kupu mata-mata agar-agar 4. Kata Majemuk Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu pengertian. Contoh: duta besar kereta api senja utama meja tulis guru rumah makan terjun payung buku sejarah baru kereta api cepat luar biasa lapangan udara rumah sakit jiwa siap tempur Contoh di atas menunjukkan bahwa kata dasar majemuk dapat sendiri dari gabungan dua kata, tiga kata, empat kata, lima kata bahkan dapat lebih. Hal yang terpenting adalah gabungan kata-kata itu harus menunjuk kepada satu arti dan tidak melebihi batas fungsi sebagai kata. Cara penulisan kata majemuk ada yang terpisah atas dua kata atau lebih, seperti contoh tadi (duta besar, rumah makan) dan ada yang ditulis serangkai (jika hubungan kedua kata sudah sangat padu). Contoh: matahari kacamata sapu tangan beasiswa olahraga antarkota C. Klasifikasi Kata Berdasarkan Makna Kata Kita sudah mempelajari proses pembentukan kata yang semua itu berpengaruh pada perubahan makna kata dari makna awalnya. Selain proses bentukan kata, makna kata juga dapat ditimbulkan oleh dua hal, yaitu hubungan referensial dan hubungan antarmakna 1. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Referensial Makna kata ini dibedakan menjadi: a. Makna denotatif Makna denotatif ialah makna yang paling dekat dengan bendanya (makna konseptual), atau kata yang mengandung arti sebenarnya. Contoh: 1. Bunga mawar itu dipetik Sita dan disuntingkan di rambutnya. 2. Untuk menafkahi kedua anaknya, ia menjual sayuran di pasar. 3. Penjual menawarkan barang kepada pembeli. 4. Bajunya basah kuyup terkena keringat. b. Makna konotatif Makna konotatif ialah makna kiasan atau diartikan makna yang cenderung lain dengan benda nyata (makna kontekstual) disebut juga makna tambahan. Contoh : 1. Ayahnya mendapat kursi sebagai anggota dewan. kursi artinya jabatan/kekuasaan 2. Hatiku berbunga-bunga setelah anakku mendapat juara pertama. berbunga-bunga artinya gembira 3. Sekarang ia bekerja di tempat yang basah. basah artinya selalu menghasilkan uang Dalam pengertian lain makna konotasi berkaitan dengan cakupan makna halus dan cakupan makna kasar. Contoh cakupan makna halus: 1. Neneknya sudah meninggal dua hari yang lalu. 2. Istri Pak Dadang seorang perawat di rumah sakit pusat. 3. Ibunya Rosita sedang hamil lima bulan. 4. Mari kita doakan para pahlawan yang telah gugur agar arwahnya diterima oleh Allah. Contoh cakupan makna kasar: 1. Pamannya sudah mampus seminggu yang lalu. 2. Kakakku sedang bunting, dia harus berhati-hati. 3. Bininya seorang dokter. 4. Pahlawan telah mati di medan laga. c. Makna idiomatik (ungkapan) Secara umum ungkapan berarti gabungan kata yang memberi arti khusus atau kata-kata yang dipakai dengan arti lain dari arti yang sebenarnya. Ungkapan dapat juga diartikan makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata, yang tidak dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentuknya. Contoh: − ringan tangan = rajin bekerja, suka memukul − gerak langkah = perbuatan − dipeti-eskan = dibekukan atau tidak digunakan − tertangkap basah = terlihat saat melakukan − gali lubang tutup lubang = pinjam sini, pinjam sana − banting stir = mengubah haluan − jantung hati = kekasih Ungkapan berfungsi menghidupkan, melancarkan serta mendorong perkembangan bahasa Indonesia supaya dapat mengimbangi perkembangan kebutuhan bahasa terhadap ilmu pengetahuan dan keindahan sehingga tidak membosankan. Tata bahasa ibarat kebun, ungkapan ibarat kembang-kembangnya. Dilihat dari bentuk dan prosesnya, ungkapan dapat diperinci ke dalam beberapa jenis berikut. 1. Menurut jumlah kata a. Dua kata − mencari ilham : berusaha mencari ide baru − bercermin bangkai : menanggung malu b. Tiga kata atau lebih − diam seribu bahasa : membisu − hutangnya setiap helai bulu : tak terhitung banyaknya 2. Menurut zaman a. Ungkapan lama − matanya bagai bintang timur : bersinar, tajam − rambutnya bagai mayang mengurai : ikal, keriting − berminyak air : berpura-pura b. Ungkapan baru − ranjau pers : undang-undang pers − berebut senja : siang berganti malam − ranum dunia : penyebab kesulitan 3. Menurut asalnya a. Ungkapan berasal dari bahasa asing − black sheep : kambing hitam − over nemen : mengambil oper − side effect : akibat samping b. Ungkapan berasal dari bahasa daerah − soko guru : suri tauladan − anak bawang : yang tidak diutamakan 2. Makna Kata Berdasarkan Hubungan Antarmakna Makna kata berdasarkan hubungan antarmakna terdiri atas sinonim, antonim, dan hiponim. a. Sinonim Sinonim ialah pasangan kata atau kelompok kata yang mempunyai arti mirip atau hampir sama. Walaupun sinonim menunjukkan kesamaan arti kata, sesungguhnya arti kata-kata itu tidaklah sama betul. Dalam kalimat tertentu, suatu kata mungkin dapat digunakan tetapi dalam kalimat lain tidak dapat digunakan atau penggunaannya selalu dipertimbangkan oleh unsur nilai rasa atau lingkungan penuturnya (kontekstual). Contoh sinonim dengan kata yang sama maknanya : − Bung Hatta telah wafat. (telah = sudah) − Kita merdeka karena jasa Bung Hatta. (karena = sebab) − Bung Hatta sangat berjasa. (sangat = amat) Contoh beberapa kata yang memiliki kemiripan makna : − Tepat di muka gedung kantor pos Jakarta berdirilah sebuah kompleks bangunan kuno yang kukuh. − Persis di bangunan kantor pos Jakarta kota tertancaplah sebuah kawasan bangunan kolot yang kuat. Makna kalimat 1 dan 2 sama. Namun kalimat 1 lebih jelas isinya, kalimat 2 pilihan katanya kurang tepat sehingga pembaca / pendengar menjadi ragu menafsirkan maknanya. b. Antonim Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya/berlawanan artinya. Contoh: a) Sejak sakit batuk, ia pantang minum es. Ia harus meminum obat itu sesuai yang dianjurkan oleh dokter. b) Aksi penebangan pohon merupakan perusakan hutan. Pemerintah menghimbau agar warga melestarikan hutan. c) Kadang-kadang ia berlatih seminggu sekali. Nasihat orang tuanya seringkali tidak didengarnya. d) Perkembangan anak itu sangat lambat. Dengan tangkasnya, ia menendang bola ke mulut gawang. Terdapat beberapa perbedaan antara kata-kata yang berantonim. Oposisi antarkata dapat berbentuk seperti berikut. a. Oposisi kembar Contoh: − laki-laki-perempuan − jantan–betina − hidup-mati b. Oposisi majemuk Contoh: − baju-merah − sapu- tangan − rumah-makan c. Oposisi gradual Contoh: − kaya- miskin − panjang- pendek d. Oposisi relasional (kebalikan) Contoh: − orangtua-anak − guru-murid − memberi-menerima e. Oposisi inversi Contoh: − Jual-beli − Pulang-pergi f. Oposisi komplementer Contoh: − mur-baut − kompor-minyak g. Oposisi inkompabilitas Contoh: − merah-hijau h. Oposisi hierarki Contoh: - camat lurah. c. Hiponim Hiponim ialah kata yang memiliki hubungan hierarkis dengan beberapa kata yang lain. Hubungan hierarki ini terdiri atas satu kata yang merupakan induk (hipernim), yang memiliki semua komponen makna kata lainnya yang menjadi unsur bawahannya (hiponim). Proses hiponim dan hipernim menimbulkan istilah kata umum dan kata khusus. Kata umum dipakai untuk mengungkapkan gagasan umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk perinciannya. Jadi, kata umum dapat diterapkan untuk semua hal, sedangkan kata khusus diterapkan untuk hal tertentu saja. Contoh penggunaan kata umum dan khusus dalam kalimat seperti berikut. 1. Pukul 07.00 WIB bel berdering cukup keras. Berdering (kata khusus), biasanya digunakan untuk bunyi bel. Kata umumnya ialah bunyi. Kata bunyi bisa digunakan untuk semua suara benda/sesuatu. 2. Untuk menyambut tahun baru, Ibu merangkai melati dan mawar. Kata melati dan mawar merupakan kata khusus. Kata umumnya ialah bunga. Berdasarkan contoh penggunaan kata umum dan kata khusus di atas, cermatilah kata umum dan kata khusus pada tabel berikut ini. Kata Umum Kata Khusus melihat memandang, menonton, meratap, menyaksikan, menengok, mengintip mamalia sapi, kambing, kucing pola hidup berfoya-foya, boros, irit, mewah, sederhana musik jazz, rock, keroncong. kendaraan mobil, motor, bus membawa menjinjing, memikul, memanggul, menenteng, menggendong memotong memenggal, mengiris, menebang, memancung, menggergaji D. Penggunaan Kamus dalam Mencari Bentuk, Kategori, dan Makna Kata Kamus dapat membantu seseorang untuk mencari variasi bentukan kata, kelas kata, dan contoh-contoh pemakaiannya, termasuk pelafalan, pedoman kata, dan bentuk ungkapannya. Kamus disusun berdasarkan abjad yang disertai penjelasan tentang makna dan pemakaiannya. Di dalam kamus, terdapat keterangan tentang hal-hal berikut. (1) Label bidang ilmu, contoh: Adm (administrasi dan kepegawaian), Anat (anatomi) Ark (arkeologi). (2) Dialek, contoh Jw untuk Jawa, BT untuk Batak, Ar untuk Arab, Bld untuk Belanda. (3) Ragam bahasa, contoh cak untuk cakapan, hor untuk ragam hormat, kas untuk ragam kasar. (4) Penjelasan makna, contoh berlari: berjalan kencang, (5) Label kelas kata, contoh a (adjektiva), adv (adverbia), n (nomina), v (verba) Contoh Lembaran Kamus E. Bentukan Kata/Frasa Baru Kata adalah satuan terkecil dari tata bahasa yang bermakna. Makna kata merupakan perwujudan kesatuan perasaan dari pikiran yang disampaikan lewat bahasa. Dari satu kata, dapat kita bentuk belasan kata turunannya. Bentuk berimbuhan tersebut menunjukkan pertalian yang teratur antara bentuk dan maknanya. Dalam perkembangan bahasa Indonesia, kata banyak mengalami penambahan. Hal ini terjadi karena adanya proses asimilasi dan adaptasi dari kosakata asing dan juga akibat paradigma atau proses analogi. Paradigma artinya pembentukan kata mengikuti pola atau contoh yang sudah ada, sedangkan analogi membandingkan pola yang sudah ada. Pada dasarnya keduanya sama. Contoh bentukan kata berdasarkan paradigma: Cuci Mencuci (perbuatan) pencuci (pelaku) pencucian (proses) cucian (hasil) Berlaku pula pada kata-kata di bawah ini. Pelaku Proses Hasil Perbuatan potong pemotong pemotongan potongan memotong cetak pencetak pencetakan cetakan mencetak lukis pelukis pelukisan lukisan melukis tanam penanam penanaman tanaman menanam ajar pelajar pembelajaran ajaran mengajar Bentuk Dasar Makna Contoh pembentukan frasa berdasarkan paradigma atau analogi. 1. Dari frasa rumah produksi, muncul frasa yang sejenis, yaitu: − rumah singgah − rumah potong − rumah duka − rumah industri 2. Dari frasa bawah sadar, muncul frasa baru: − bawah umur − bawah standar − bawah tanah − bawah harga 3. Dari bentukan kata pramugari dan pramuniaga, muncullah bentukan kata: − pramuwisma − pramusiwi − pramusaji − pramuria − pramuwisata − pramujasa 4. Dari frasa alih bahasa, timbul frasa: − alih ragam − alih ilmu − alih kuasa − alih haluan − alih teknologi 5. Dari frasa hari raya muncul frasa baru : − jalan raya − pasar raya − panen raya 6. Dari kata tamu agung muncul − jaksa agung − upacara agung − hakim agung − jumat agung − dewan pertimbangan agung − mahkamah agung − karya agung 7. Dari gabungan kata angkat topi timbul gabungan kata: − angkat diri − angkat bicara − angkat sumpah − angkat sembah − angkat bahu − angkat kaki 8. Dari istilah adipati, timbul istilah: − adibusana − adikuasa − adidaya − adikarya Contoh pembentukan kata yang dipengaruhi oleh imbuhan asing. − -if : aktif, agresif − -er : komplementer, parlementer − -al : struktur, normal − -is : teknis, praktis − -isasi : modernisasi, normalisasi, legalisasi − pasca- : pascapanen, pascasarjana − pra- : prasejarah, prakarsa. F. Pemakaian Kata , Frasa, dan Kalimat yang Kurang Tepat Dalam kegiatan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, adakalanya pemakai bahasa tidak cermat memilih kata yang dituangkannya di dalam kalimat. Akibatnya, kalimat yang diungkapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan kaidah yang benar. Kesalahan itu dapat terjadi pada penggunaan bentuk kata (proses morfologi), pemakaian kelompok kata (frasa), pemilihan ungkapan, atau keefektifan kalimat. Dalam bentuk lisan, kesalahan itu terjadi disebabkan oleh hal-hal berikut. 1. Kesalahan penggunaan imbuhan (bentuk kata). Contoh : a. Pintu masuk SMK 20 akan diperlebarkan. (salah) Pintu masuk SMK 20 akan dilebarkan atau Pintu masuk SMK 20 akan diperlebar. (benar) b. Jangan dibiasakan mengenyampingkan masalah itu. (salah) Jangan dibiasakan mengesampingkan masalah itu. (benar) c. Rudi sedang mencat pagar rumahnya. (salah) Rudi sedang mengecat pagar rumahnya. (benar) 2. Ketidaktepatan pemakaian frasa (kelompok kata). Contoh : a. Untuk sementara waktu, siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedang direnovasi. (salah) Untuk sementara siswa tidak bisa praktik karena ruangan sedang direnovasi. (benar) b. Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik darat. (salah) Bus Parahiyangan sudah dinyatakan laik jalan. (benar) 3. Kesalahan kalimat a. Di dalam darah orang itu mengandung virus HIV. (salah) Darah orang itu mengandung virus HIV. (benar) b. Untuk peningkatan mutu pendidikan dari sekolah swasta dimana memerlukan ketekunan dan keuletan para pamong. (salah) Untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah swasta diperlukan ketekunan dan keuletan para pamongnya. (benar) Kesalahan juga banyak terjadi akibat penggunaan bentukan kata atau frasa yang baru yang tidak lazim atau tidak benar secara kaidah bahasa. Ketidaktepatan bentukan kata atau frasa juga dapat disebabkan kesalahan secara analogi atau paradigma. Perhatikanlah contoh di bawah ini. a. pertanggungan jawab dalam kalimat “Laporan pertanggungan jawab gubernur telah diterima sebagian besar anggota dewan.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim) seharusnya pertanggungjawaban. b. goreng pisang dalam kalimat “Ia membeli goreng pisang untuk adiknya.” (tidak tepat secara kaidah/tidak lazim ) seharusnya pisang goreng. c. pengangguran dalam kalimat “Ia menjadi pengangguran setelah perusahaannya bangkrut.” (salah secara analogi) seharusnya penganggur dari kata menganggur (verba)-penganggur (nomina)-pengangguran (nomina proses) d. ruang rokok untuk ruang khusus merokok (tidak lazim) meskipun dianalogikan kepada ruang tunggu untuk ruang khusus menunggu. e. Bentuk kata pemelajaran, tidak tepat secara analogi, sebab kata tersebut berasal dari kata belajar yang diberi imbuhan pe-an, seperti kata berhenti menjadi pemberhentian. f. Kata penglepasan, pada kalimat “ Penglepasan siswa kelas XII dimeriahkan dengan kegiatan pentas seni dari siswa-siswi.” Tidak tepat secara analogi, sebab kata dasarnya lepas, jika diberi imbuhan pe-an, menjadi pelepasan. Untuk membuat kalimat yang cermat, kita harus memahami ciri kalimat efektif. Kalimat yang baik atau efektif mempunyai ciri-ciri seperti berikut. a. Kepadanan − Memiliki S dan P dengan jelas. (di depan S tidak boleh ada kata depan dan di depan P tidak boleh ada kata penghubung yang) Contoh: (1) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (benar) (2) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (salah) − Tidak terdapat S ganda. Contoh: (1) Dia pulang setelah dia membeli berbagai kebutuhan. (salah) (2) Dia pulang setelah membeli berbagai kebutuhan. (benar) − Kata penghubung intra kalimat tidak dipakai dalam kalimat tunggal. Contoh: (1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (salah) (2) Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. (benar) b. Keparalelan Persamaan bentuk kata digunakan dalam kalimat yang mengandung rincian. Contoh: (1) Harga minyak dibekukan dan dinaikkan secara bertahap (benar) (2) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara bertahap. c. Kehematan Kehematan menggunakan kata atau frasa − Menghindarkan penjamakan bentuk jamak Contoh: (1) Para tamu-tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (salah) (2) Para tamu mencicipi hidangan yang disediakan. (benar) − Penggunaan kata-kata yang berlebihan. Contoh: (1) Ia memakai baju warna merah. (salah) (2) Ia memakai baju merah. (benar) d. Kepaduan (tegas dan lugas) − Hindarkan kalimat bertele-tele. Contoh: (1) Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita, orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. (salah) (2) Kita harus dapat mengembalikan kepribadian kita yang sudah ke luar dari rasa kemanusiaan dan dari kepribadian manusia Indonesia yang adil dan beradab. e. Kecermatan Kecermatan pemakaian kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca. Contoh : Dua puluh lima ribuan. Bisa diartikan dua puluh lima lemar uang ribuan (Rp 25.000,-) Atau Dua puluh lembar uang, lima ribuan.

BAB 3 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 3 MEMAHAMI PERINTAH KERJA TERTULIS DALAM KONTEKS BEKERJA A. Mengenal Bentuk Perintah Kerja Tertulis Banyak bentuk aturan atau petunjuk yang dapat ditemukan dalam kehidupan kita. Baik di lingkungan rumah tangga, sekolah, masyarakat, di tempat pekerjaan, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bentuk perintah dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis. Perintah lisan biasanya menuntut respon/tindakan langsung sehingga muncul variasi kalimat perintah, sedangkan bentuk perintah tertulis umumnya bersifat tidak langsung. Dalam dunia kerja, perintah sudah menjadi bagian keseharian dalam proses kerja sekaligus menjadi jaminan keberlangsungan kerja yang diwarnai oleh pola hubungan manusia secara hierarki. Perintah sering menjadi acuan pekerjaan, bahkan roda penggerak agar manusia selalu melakukan pekerjaan karena perintah itu sendiri adalah awal tindakan atau pedoman kerja. Dalam budaya kerja, perintah dapat dimanifestasikan dalam bentuk instruksi, petunjuk, dan pedoman. Karena pekerjaan berkaitan dengan administrasi dan dokumentasi, bentuk petunjuk dan pedoman lebih banyak diwujudkan secara tertulis dalam bentuk surat. Berdasarkan jenisnya, bentuk perintah tertulis dapat dibedakan menjadi: (1) himbauan/larangan, misalnya himbauan menjadi akseptor RB, larangan membuang sampah; (2) petunjuk, misalnya petunjuk penggunaan suatu barang; (3) Peraturan, misalnya peraturan berlalu lintas, peraturan waktu berkunjung; (4) pedoman, misalnya pedoman penulisan karya ilmiah; (5) undang-undang, misalnya undang-undang tentang penyalahgunaan narkoba, undang-undang pendidikan. B. Model-Model Surat Berisi Perintah Kerja Surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu yang khusus berlaku untuk surat menyurat. Persyaratan tertentu untuk surat menyurat adalah: 1. Penggunaan kertas 2. Penggunaan model atau bentuk surat 3. Penggunaan kode 4. Pemakaian bahasa yang khas 5. Pencantuman tanda tangan Surat dipandang sebagai alat komunikasi tertulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis. Selain itu, surat juga berfungsi sebagai: 1. alat bukti tertulis, 2. alat bukti historis, 3. alat pengingat, 4. duta organisasi, 5. dan pedoman kerja. Surat yang berhubungan dengan pekerjaan disebut surat dinas atau surat resmi. Surat ini umumnya berisi informasi, ketentuan, atau perintah kerja yang dapat dijadikan pedoman bagi karyawan pada suatu lembaga, instansi, atau perusahaan. Model surat yang berisi informasi kerja atau perintah kerja, antara lain surat perintah, surat edaran, memorandum, pengumuman, dan disposisi. 1. Surat Perintah Surat perintah adalah surat yang berisi perintah dari pimpinan kepada bawahan yang berisi petunjuk yang harus dilakukannya. Surat perintah berlaku sementara dan berakhir setelah tugas yang diperintahkannya selesai dilaksanakan serta melaporkan hasil pekerjaan tersebut kepada pimpinan. Surat perintah terdiri atas: (1) kepala surat (2) pembukaan (3) isi surat perintah d. kaki surat/bagian akhir surat Contoh surat perintah pada instansi swasta. HARIAN UMUM PEDOMAN Jalan Teratai 13 Bekasi =============================================================== SURAT PERINTAH Nomor : ................... Dasar : 1. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia 2. Surat Pemimpin Redaksi Harian Umum Pedoman No. 346 P-76/KEP/1994 tanggal ........................... Pertimbangan : Untuk peningkatan sumber daya manusia dalam menyongsong era globalissi, untuk hal tersebut di atas perlu dikeluarkan surat perintah. MEMERINTAHKAN : Kepada : Nama : .............................................. Pangkat : .............................................. Jabatan : .............................................. Alamat : .............................................. Untuk : 1. Terhitung tanggal 12 Juni 1996, di samping tugas pokok yang telah ada, Saudara diperintahkan untuk melaksanakan kewajiban/pekerjaan sebagaimana tercantum dalam lampiran surat perintah ini. 2 Agar pelaksanaannya dijalankan dengan sebaik- baiknya dengan penuh rasa tanggungjawab. Dikeluarkan di : Bekasi Pada tanggal : 3 Juni 1996 Pemimpin Redaksi Harian Umum Pedoman ttd Ir. Ereng Sarindat 2. Surat Edaran Surat edaran adalah surat pemberitahuan tertulis yang ditujukan kepada pejabat/pegawai. Surat edaran ini berisi penjelasan mengenai sesuatu hal, misalnya kebijakan pimpinan, petunjuk mengenai tata cara pelaksanaan, atau peraturan perundang-undangan. Ada dua macam bentuk dan sifat surat edaran, yaitu surat edaran umum dan surat edaran khusus. Surat edaran umum ditujukan kepada orang banyak atau umum. Surat edaran khusus ditujukan kepada orang atau pejabat tertentu dan seperti surat dinas biasa. Surat edaran terdiri atas unsur-unsur berikut. (1) Kepala surat edaran bertuliskan nama perusahaan dan identitasnya. (2) No, hal, lampiran, tanggal surat, dan alamat tujuan surat. (3) Perkataan ”Edaran” biasanya ditulis di tengah (4) Isi surat edaran: Salam pembuka, isi surat, dan penutup surat (5) Kaki surat: salam penutup serta nama penanggung jawab surat edaran. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 20 JAKARTA EDARAN 572/33/11 Hal : Pekan Seni 29 Desember 2011 Yth : Para Guru / Karyawan SMK NEGERI 20 JAKARTA Sesuai dengan surat keputusan No. 21/12/05 tertanggal 27 Oktober 2011 tentang Pekan Seni, dengan ini kami beri tahukan bahwa dalam rangka persaudaraan antar SMK maka diadakan Pekan Seni berlangsung pada tanggal 3 Januari sampai dengan 7 Januari 2012. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dengan ini kamu ajukan agar selama Pekan Seni, saudara memakai kemeja batik pada waktu dinas, kecuali bagi petugas keamanan. Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih. Kepala Sekolah, Drs. Thoriq Ramadhan 3. Surat Pengumuman Pengumuman berasal dari kata ”umum”, mendapat konfiks pe-an dan bunyi sengau ng. Kata dasar umum mempunyai arti seluruh atau orang banyak. Mengumumkan berarti memberitahukan atau memaklumkan. Pengumuman berarti pemberitahuan kepada orang banyak tentang sesuatu masalah, agar diketahui dan dilaksanakan oleh orang banyak yang berkepentingan. Berdasarkan sifat dan asalnya, pengumuman dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu seperti berikut. (1) Pengumuman lisan, yaitu disampaikan secara oral komunikasi, penyampaiannya dapat melalui pesawat telepon atau pengeras suara (sound system). (2) Pengumuman tertulis, yaitu pengumuman dalam bentuk tulisan, yang disampaikan melalui telegram, surat kawat, telex, surat kabar, majalah, papan pengumuman, dan lain-lain. (3) Pengumuman dari instansi dan surat pengumuman bukan dari instansi. Surat pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan tentang masalah yang perlu diketahui oleh siapa saja yang berkepentingan sesuai dengan pengumuman tersebut. Surat Pengumuman dapat disebarkan dengan beberapa cara, di antaranya: (1) menyebarkannya sebagai surat edaran, (2) memasangnya di papan-papan pengumuman, dan (3) memasangnya di koran-koran sebagai iklan. Contoh surat pengumuman: PT. Tunjung Mulia Jalan Diponegoro No. 5, Palembang PENGUMUMAN No. 215/033/05 tentang Kesempatan Kerja bagi Para Lulusan SLTA PT. Tunjung Mulia membuka kesempatan bagi para lulusan SLTA untuk diangkat sebagai karyawan/i di perusahaan kami. Lamaran ditulis di atas kertas bermaterai Rp 6000,- dengan dilampiri ijazah (fotokopi), riwayat hidup, foto 3 x 4 = 3 lembar, SKKB dan surat keterangan sehat dari dokter. Pendaftaran dibuka mulai tanggal 3 Januari sampai dengan 7 Januari 2005. Pelamar datang sendiri di kantor kami pukul 08.00 – 12.00 WIB. Demikian pengumuman kami untuk diketahui Palembang, 1 Januari 2005 Direktur PT. Tunjung Mulia Drs. Ir. Anggi Surendra 4. Memo atau Memorandum Memorandum biasa digunakan untuk surat-menyurat secara intern dalam lingkungan kantor. Memo dibuat oleh atasan kepada bawahan atau antara pejabat yang setaraf. Isi memo singkat, sederhana, dan mudah agar cepat dipahami. Memo umumnya berisi peringatan, arahan, penerangan, perintah, pertanyaan, dan lain sebagainya. Penulisan memo dapat ditik atau ditulis tangan. Isi memo umumnya tidak lebih dari 10 baris. Bagian-bagian memorandum meliputi sebagai berikut: a. Ciri Bentuk Terdiri atas dua bagian, yaitu kepala memo dan isi memo. Kepala memo berisi: (1) pihak yang dituju (2) pengirim memo (3) perihal memo (4) tanggal pengirim memo (5) paraf dan nama pengirim b. Ciri Isi Isi memo disampaikan dengan bahasa singkat. Penulisan memo harus langsung menyampaikan pesan atau perintah dengan kalimat pendek dan tegas. Karena peredarannya yang terbatas, memo biasanya tidak mencantumkan identitas kantor. Bacalah contoh memo berikut ini dan perhatikan ciri-cirinya! Contoh 1 Memo Kepada : Manajer Pemasaran Dari : Kasubag. Pengiriman Buku Perihal : Pengiriman Buku Segera kirimkan buku Teori karya Prof. Dr. Hamid Abdul Hadi untuk Bapak Dr. Budi Santoso, Kepala Perpustakaan Kota Bogor, sebanyak 80 eksemplar. Jakarta, 22 Maret 2005 (paraf) Ajun Ginanjar Contoh 2 PT. Angkasa Raya Jalan Pancanaka No. 3 (1)--------------------------- Jakarta – Selatan (2) 30 Desember 2004 (3) Memo (4) Kepada : Bagian Personalia (5) Dari : Direktur PT Angkasa (6) Hal : Pengadaan Pegawai (7) Sesuai dengan perkembangan di perusahaan terutama pada bidang sales, saya meminta Saudara mempersiapkan sarana dan perencanaan guna penerimaan karyawan baru. (penjelasan terlampir) Ttd (8) Dandang Kusuma, S.E. Keterangan: (1) kop surat memo (2) tanggal surat memo (3) judul memo (4) alamat memo (5) pengirim memo (6) perihal pokok memo (7) isi memo (8) tanda tangan dan nama terang pengirim memo 5. Disposisi Lembaran disposisi adalah lembaran kertas yang disediakan oleh agendaris untuk diisi oleh pimpinan tentang tindak lanjut surat yang masuk. Dengan kata lain, disposisi adalah catatan berupa saran /tanggapan/ instruksi setelah surat dibaca oleh pimpinan. Sebagai contoh, suatu intitusi menerima surat penawaran barang oleh bagian administrasi. Surat itu diagendakan, lalu diberi lembar disposisi. Selanjutnya, pimpinan membuat disposisi. Isi disposisi bisa merupakan perintah untuk menolak penawaran tersebut atau memerintahkan staf yang bersangkutan untuk membalas surat yang isinya memesan barang-barang tersebut. Disposisi dibedakan menjadi dua macam: (1) disposisi langsung, yaitu disposisi yang langsung ditulis pada lembaran surat, dan (2) disposisi tidak langsung, yaitu disposisi yang dituliskan pada lembaran tersendiri (lembaran disposisi). Contoh disposisi : Contoh disposisi : Rahasia Penting Rutin No. Agenda : 102/SP/2007………Tgl. Penyelesaian Tanggal : 30 Maret 2007 Perihal : Penawaran Bahan Kain Tanggal : 30 Maret 2007 Asal : PT. Darma Tekstil Instansi/Informasi: Diteruskan kepada: - Harap dipelajari 1. Bagian gudang - Tanyakan bagian pengadaan barang 2. Biro Umum - Jika perlu, segera pesan 3. Bag. Keuangan 4. Jakarta, 30 Maret 2007 Pimpinan, ttd Imam Ahmad, S.E. ô€€¹ C. Perintah Kerja Berbentuk Manual Petunjuk penggunaan yang disebut juga manual kerja merupakan perintah bagaimana melakukan pekerjaan atau perbuatan terhadap suatu objek atau alat. Petunjuk penggunaan umumnya disediakan oleh produsen barang untuk memberi petunjuk penggunaan barang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, petunjuk penggunaan (manual kerja) biasanya menggunakan bahasa lugas dan mudah dipahami. Petunjuk penggunaan dibuat agar pengguna barang/alat dapat menggunakan barang tersebut dengan baik dan bermanfaat sesuai dengan cara kerja dan kegunaan barang tersebut. Barang-barang elektronik, seperti kulkas, televisi, telepon, mesin cuci, VCD/DVD, atau komputer perlu buku petunjuk. Berikut contoh buku petunjuk cara kerja pesawat telepon. Perhatikanlah dengan saksama! IMAGE TOUCH PANEL PHONE LCD KEISTIMEWAAN 1. Tombol tidak perlu ditekan, cukup disentuh. 2. Dilengkapi dengan layar LCD yang dapat menampilkan: a. penunjuk waktu/jam/24 jam b. kalender otomatis yang berlaku sepanjang masa c. Caller id (menampilkan nomor yang masuk) 3. Bisa menyimpan nomor telepon secara otomatis pada saat melakukan telepon keluar maupun telepon masuk. 4. Bisa me-redial nomor-nomor internasional. 5. Ada fasilitas handsfree tanpa harus mengangkat gagang telepon. 6. Bisa mengunci menggunakan password (dengan nomor pin) CARA PAKAI / CARA KERJA: 1. Untuk set tahun/bulan/tanggal dan waktu/jam, tekan SET/SAVE hingga keluar set/date, lalu tekan set/save. Untuk konfirmasi, bisa menggunakan tombol up dan down. Setelah selesai, tekan tombol delete (exit) dan kembali ke menu semula. 2. Untuk mengoperasikan kalkulator, tekan AC dan untuk keluar, tekan delete. 3. Untuk melihat telepon masuk atau keluar tekan dialed lalu tekan down 4. Untuk menggunakan handsfree, tekan tombol handsfree. 5. Untuk menyimpan nomor telepon yang masuk, tekan dialed, lalu pilih nomor telepon dengan up atau down, lalu tekan set/save. Untuk menghapus, tampilkan nomor telepon, tekan delete. Untuk melihat nomor telepon yang masuk, tekan Vip. Untuk memilihnya, tekan up atau down. 6. Untuk mengatur kejelasan layar LCD, tekan set save lalu tekan tombol up/down hingga keluar set 6 lcd, tekan set atau save. Tekan tombol up atau down untuk mengatur tingkat 1 sampai dengan 5, setelah itu tekan set save. Dan untuk keluar, tekan delete. D. Menindak Lanjuti Perintah Kerja Tertulis Pada bab dua, kita telah mempelajari bagaimana menindaklanjuti perintah kerja secara lisan, misalnya instruksi dari Pembina OSIS tentang rencana menyelenggarakan Pentas Seni dalam rangka peringatan HUT sekolah. Ketua OSIS dan pengurusnya segera melakukan langkah langkah seperti membentuk panitia, merencanakan kegiatan, merumuskan agenda kerja, struktur kerja, dan menyusun beberapa pertanyaan untuk konfirmasi. Dalam dunia kerja, seorang pemimpin tentu sering memberikan perintah kerja, baik secara lisan maupun tertulis. Setiap karyawan ,baik sebagai atasan maupun bawahan, harus mampu memahami serta menyikapi dengan baik peraturan atau budaya kerja yang ada pada perusahaan tempat dia bekerja. Setiap menerima perintah kerja secara tertulis dalam bentuk surat atau instruksi kedinasan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan, kita harus dapat menindaklanjutinya. Hal-hal yang perlu dilakukan saat menerima perintah kerja tertulis, ialah seperti berikut. (1) Membaca perintah kerja secara teliti, hati-hati, dan saksama. (2) Membuat catatan informasi penting dari perintah kerja tersebut. (3) Membuat rencana tindak lanjut berdasarkan perintah (4) Merancang bagan atau prosedur kerja yang diperintahkan. (5) Meminta konfirmasi kepada pemberi perintah akan ketepatan rencana kerja.

BAB 2 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 2 MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI PERINTAH YANG DIUNGKAPKAN ATAU YANG TIDAK DALAM KONTEKS BEKERJA. A. Pengertian dan Ciri Kalimat Perintah Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu atau kalimat yang dipakai untuk mendapatkan tanggapan sesuai dengan kehendak penuturnya. Ciri-ciri kalimat perintah adalah seperti berikut. 1. Menggunakan partikel –lah. Contoh: 1. Pergilah dari sini! 2. Cepatlah kamu mandi! 3. Bantulah adikmu! 2. Berpola kalimat inversi (PS). Contoh : 1. Ambilkan buku itu! 2. Santaplah makanan itu! 3. Menggunakan tanda seru (!) bila digunakan dalam bahasa tulis. Contoh: 1. Pergilah dari sini! 2. Ayo masuk! 3. Pulanglah! 4. Kalimat perintah jika dilisankan berintonasi menaik di awal dan berintonasi rendah di akhir. Contoh: 1. Bawa barang-barang itu kemari! 2. Selesaikan tugasmu! B. Jenis-Jenis Kalimat Perintah 1. Kalimat Perintah Biasa Contoh. 1. Masukkan barang-barang ini ke dalam bagasi mobil! 2. Antarkan surat ini kepada Pak RT sekarang juga! 2. Kalimat Perintah Ajakan Contoh: 1. Marilah kita gunakan tekstil buatan dalam negeri demi menyukseskan program pemerintah. 2. Ayolah bersenam pagi setiap hari agar badan kita menjadi sehat. 3. Kalimat Perintah Larangan Contoh: 1. Jangan membuang sampah di sini. 2. Jangan dekati tempat itu. 4. Kalimat Perintah Permintaan/Larangan Contoh: 1. Saya berharap Anda hadir di acara itu. 2. Saya minta kerjakan tugasmu tepat waktu. 5. Kalimat Perintah Permohonan Contoh: 1. Saya mohon kamu bisa datang di acara pesta ulang tahunku. 2. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, tunjukkanlah jalan yang lurus yang Engkau ridhoi. 6. Kalimat Perintah Pembiaran Contoh: 1. Biarlah aku yang membawa barang itu. 2. Biarkan dia pergi sendiri. 7. Kalimat Perintah Sindiran Contoh: 1. Maju kalau kamu berani. 2. Ambil saja kado yang kauberikan kalau kau tidak malu terhadapnya. 8. Kalimat Perintah yang Menuntut Proses atau Langkah Kerja Contoh: 1. Urutlah dari nomor kecil hingga nomor yang besar. 2. Susunlah sehingga membentuk lingkaran penuh. 9. Kalimat Perintah yang Berbentuk Kalimat Berita Contoh: 1. Hendaknya Anda bersedia menjadi pengurus kegiatan itu. 2. Terima kasih Anda tidak menolak untuk menjadi pembawa acara pada malam reuni nanti. Kalimat perintah beragam jenisnya mulai dari yang kasar sampai yang halus. Bahkan karena halusnya sering orang tidak menyadari bahwa hal tersebut berupa perintah. Kalimat perintah dapat diperhalus dengan menggunakan unsur-unsur berikut. 1. Menggunakan kata-kata seperti mohon, tolong, sudilah, harap, silakan, hendaknya, sebaiknya. Contoh: 1. Mohon kembalikan buku itu di meja saya. 2. Silakan masuk. 3. Tolong buatkan kopi untuk Ayah. 4. Hendaknya kamu pulang sekarang. 5. Harap datang tepat waktu 6. Sebaiknya cepat bawa adikmu ke rumah sakit. 7. Sudilah Anda membantu saya menyelesaikan tugas ini. 2. Menggunakan partikel –lah. Contoh: 1. Berangkatlah lebih halus daripada berangkat. 3. Pengubahan ke struktur tanya. Contoh: − Apakah tidak ada petugas piket yang menghapus papan tulis? 4. Pengubahan ke struktur berita. Contoh: − Panitia sangat gembira jika Bapak/Ibu berkenan hadir pada acara perpisahan. C. Berbagai Respons terhadap Perintah Sejalan dengan bervariasinya kepentingan manusia terhadap manusia yang lain sebagai wujud dinamika hubungan antar–manusia, bentuk-bentuk perintah pun sudah menjadi suatu hal yang pasti dan selalu ditemui. Hanya dalam skala umum perintah yang biasa yang langsung bisa ditanggapi. Namun, sebenarnya pada lingkungan kalangan tertentu, bahasa perintah perlu dicermati karena belum tentu dipahami sebagai perintah biasa, seperti di dunia kerja. Dalam dunia kerja, bentuk-bentuk perintah umumnya bersifat operasional kerja sehingga perintah tidak sertamerta bisa secara langsung dilaksanakan. Banyak ragam kalimat perintah menunjukkan banyaknya bentuk perintah yang diwujudkan melalui symbol bahasa. Sebagai alat komunikasi, tentu bahasa harus dapat menerjemahkan segala bentuk keinginan dan pilihan pemakainya, termasuk keinginan mendapatkan respons dari sebuah perintah yang disampaikan baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, kita perlu mencermati dan mengenal bentuk-bentuk perintah agar respons yang dilakukan tidak menyimpang dari isi perintah. Langkah yang perlu kita tempuh dalam menanggapi perintah adalah sebagai berikut. (1) Membaca kembali isi perintah secara hati-hati, teliti, dan saksama. (2) Merumuskan/menuliskan kembali isi perintah. (3) Isi perintah ditulis dalam bentuk kerangka/bagan sehingga mudah dipahami. (4) Membuat perencanaan dalam bentuk kerangka/tabel/bagan segala kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka memenuhi perintah. (5.) Meminta konfirmasi kepada pemberi perintah akan ketepatan rencana kegiatan yang telah disusun. (6) Melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemberi perintah Perhatikan dengan cermat proses menerima perintah kerja di bawah ini dan respons yang dilakukan. Dalam rangka memperingati HUT SMK N 20 Jakarta, Pembina OSIS mengumpulkan beberapa pengurus OSIS. Kemudian, beliau menjelaskan bahwa OSIS akan mengadakan pentas seni dan bazar untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke-20 Sekolah. Beliau melanjutkan: ”Dalam rangka HUT sekolah kita, OSIS akan mengadakan kegiatan Pentas Seni dan Bazar. Saya minta seluruh pengurus OSIS terlibat menyukseskan acara ini. Berhubung masih ada waktu satu bulan, saya ingin Ketua OSIS dan pengurus seksi mulai mempersiapkan segala sesuatunya, seperti membuat kepanitiaan lalu menyusun rencana kerja dan struktur kerja. Saya berharap seminggu sebelum acara, semuanya sudah siap. Jika diperlukan, kalian bisa bekerja sama dengan sponsor atau dunia usaha yang menjadi anggota majelis sekolah kita untuk membantu pendanaan dan penyediaan barang buat bazar. Segala hal yang masih belum jelas dapat dikonfirmasikan kepada saya. Mulai saat ini, kita saling berkomunikasi untuk mempersiapkan segalanya hingga menjelang pelaksanaan acara. Demikian pertemuan kita, selamat bekerja! 1. Pengurus OSIS mencatat isi instruksi/perintah Pembina OSIS sebagai berikut. a. Membuat kepanitiaan kegiatan bazar-amal. b. Membuat proposal kegiatan. c. Membuat jadwal kegiatan. d. Membuat bagan atau struktur kerja. e. Menghubungi pihak yang terkait dengan kegiatan. f. Menggalang dana dengan menghubungi sponsor untuk meminta dukungan. g. Sosialisasi kegiatan kepada siswa dan komite sekolah. h. Klarifikasi dan konfirmasi. 2. Ketua OSIS dan sekretaris menyusun jadwal kerja. No Nama Kegiatan Minggu Keterangan 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 Rapat pembentukan panitia Pembuatan proposal Sosialisasi ke seluruh siswa Menghubungi sponsor Pertemuan dengan sponsor Evaluasi 3. Agar proses kerja berjalan lancar, dibuat pula struktur atau prosedur kerja yang mengatur: (1) siapa mengerjakan apa, (2) siapa bekerja sama dengan siapa, (3) siapa bertanggung jawab terhadap pekerjaan apa dan kepada siapa, dan (4) garis hubungan kerja dan wewenang yang jelas. Semua hal tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan seperti di bawah ini. d. Ketua OSIS beserta panitia kegiatan mengkonfirmasikan Ketua OSIS beserta panitia kegiatan mengonfirmasikan informasi perintah kepada pembina OSIS dengan mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan persiapan dan perencanaan yang sudah dan akan dilakukan agar langkah kerja tidak menyimpang. Pertanyaan untuk konfirmasi dapat seperti berikut. (1) Apakah yang sudah dilakukan sesuai dengan perintah? (2) Apakah semua rencana sesuai dengan harapan? (3) Siapa saja yang akan diundang? (4) Berapa banyak sponsor yang akan dilibatkan? (5) Biaya yang disiapkan sudah cukup atau kurang? (6) Acara sesuai dengan tema? (7) Dan sebagainya.