blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Minggu, 03 Februari 2013

BAB 8 BERCAKAP-CAKAP SECARA SOPAN DENGAN MITRA BICARA DALAM KONTEKS BEKERJA

A. Pilihan Kata atau Ungkapan untuk Memulai Percakapan Proses penyampaian bahasa Indonesia dalam berkomunikasi secara lisan dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung maksudnya berhadapan atau bertatap muka dengan mitra bicara dan tidak langsung ialah dengan menggunakan sarana seperti telepon atau media komunikasi yang lainnya. Apa pun caranya, yang jelas setiap proses komunikasi dilakukan dengan tujuan agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh kedua pihak sehingga terjadi hasil yang efektif dan memuaskan. Agar dapat terjadi hubungan komunikasi timbal balik yang sesuai dengan tujuan komunikasi, segala hal yang berkaitan dengan proses komunikasi harus diperhatikan. Unsur utama dalam komunikasi adalah bagaimana seseorang dapat menggunakan bahasa yang baik dan tepat. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula aspek situasi, waktu, tempat, dan hubungan pembicara mitra atau kawan bicaranya, misalnya, saat membuka percakapan, saat menyampaikan pesan, dan ketika akan menutup pembicaraan. Hal ini biasanya memengaruhi pilihan kata dan ungkapan yang digunakan dalam percakapan. Untuk memulai percakapan dalam situasi formal biasanya menggunakan ungkapan sebagai berikut. 1. Selamat pagi. 2. Selamat siang. 3. Selamat malam. 4. Assalamu’alaikum pemirsa di mana saja Anda berada. 5. Salam sejahtera bagi kita semua. 6. Selamat malam para pendengar radio. 7. Selamat datang. Atau ucapan pembuka dengan sapaan: 1. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu serta hadirin ... selamat malam. 2. Para tamu undangan yang kami muliakan. 3. Assalamu ‘alaikum, Saudara-saudaraku .... 4. Yang terhormat dewan guru .... 5. Yang saya hormati Kepala Sekolah .... 6. Teman-teman yang saya cintai, selamat pagi .... 7. Siswa-siswi yang saya sayangi .... 8. Para pendengar setia radio Sonora, selamat berjumpa. 9. Hadirin yang berbahagia, selamat datang, selamat malam .... 10. Para karyawan PT. Sejahtera, selamat siang .... 11. Sahabat yang dimuliakan Allah, Assalamu’alaikum .... 12. Para pemirsa, kita berjumpa lagi selama tiga puluh menit ke depan .... 13. Selamat malam, Pak, saya Ardi. Bisa bertemu dengan .... 14. Selamat pagi, apakah saya bisa bertemu dengan Bapak .... Ungkapan pembuka lewat telepon dalam ragam formal: 1. Assalamu’alaikum… 2. Selamat pagi. Bisa bicara dengan… saya dari… 3. Selamat sore, ada yang bisa saya bantu? 4. Halo, selamat siang… 5. Selamat pagi. Saya Ahmad. Bisa bicara dengan... 6. Wa’alaikum salam, Yayasan Restu Ibu, ada yang bisa kami bantu? 7. PT. Rahmat, Assalamu’alaikum, ada yang bisa dibantu? 8. Cafe Halal, Selamat Malam... 9. Selamat sore. Maaf mengganggu, bisa bicara dengan... Ungkapan atau salam pembuka pada percakapan di telepon dalam situasi nonformal: 1. Halo, gimana kabarnya? 2. Halo, Rahmatnya ada? 3. Halo, ada Wiwin, Bu? 4. Halo, Pak. Bisa dengan Zulkifli? B. Salam dan Ungkapan dalam Mengakhiri Percakapan Ketika akan mengakhiri percakapan biasanya seseorang akan menegaskan kembali hal-hal pokok yang berkaitan dengan materi pembicaraan yang dianggap penting untuk diingat atau dilakukan kepada kawan bicaranya. Selanjutnya baru menyampaikan ucapan penutup pembicaraan. Saat akan mengakhiri percakapan, biasanya pembicara mengucapkan hal-hal seperti di bawah ini. 1. Menegaskan kembali yang hal penting dari apa yang telah dibicarakan agar tetap diingat atau tak lupa untuk dilakukan. Dalam situasi formal Contoh: 1. Baiklah, jangan lupa datang di acara wisudaku. 2. Baiklah pemirsa di rumah, jika ada saran dan kritik, kirimkan ke ... 3. Jadi, jangan sampai lupa rencana kita. 4. Baiklah, sampai bertemu besok di rapat. 5. Sebelum mengakhiri diskusi ini, saya ingatkan kembali .... 6. Sebelum menutup rapat ini, saya tegaskan kembali .... 7. Demikian yang bisa saya sampaikan, ingat .... 8. Sekian saja pertemuan kita hari ini, jangan lupa .... 9. Sebelum ditutup, saya ingatkan kembali .... 10. Sebagai penutup, kita simpulkan bahwa .... 11. Insya Allah, kita akan mengadakan pertemuan kembali .... Dalam situasi nonformal Contoh: 1. Oke, jangan lupa besok ketemu .... 2. Udah dulu, ya, pokoknya besok .... 3. Oke, jadi, kan besok? 4. Sampai minggu depan, ingat kita masih ada urusan 5. Sip deh, jadi kita besok berangkat .... 2. Mengucapkan terima kasih Dalam situasi formal Contoh: 1. Atas perhatian Bapak dan Ibu sekalian, kami mengucapkan terima kasih. 2. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya. 3. Terima kasih atas kesedian waktunya. 4. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 5. Terima kasih untuk pesan-pesannya. Dalam situasi nonformal Contoh: a. Makasih banyak! b. Makasih, ya! c. Trims, yuk! d. Thanks sudah mau kasih saran! 3. Permintaan maaf Dalam situasi formal Contoh: 1. Kami mohon maaf jika ada pelayanan yang tak berkenan. 2. Mohon maaf jika ada kata-kata yang tak pantas. 3. Sebelumnya kami mohon maaf bila tak berkenan .... 4. Mohon maaf atas keterlambatan .... 5. mohon dibukakan pintu maaf jika ada kesalahan ucapan .... Dalam situasi nonformal Contoh: 1. Maaf, ya, kalau ada salah ucap. 2. Maafin ya, kalau ada salah kata. 3. Maaf, ya! 4. Ungkapan perpisahan serta harapan Dalam situasi formal Contoh: 1. Selamat jalan semoga sampai ditujuan. 2. Semoga berhasil, sampai jumpa. 3. Selamat berpisah, semoga kita bertemu lagi. 4. Sampai berjumpa dalam kesempatan yang lain. 5. Sampai di sini dulu pertemuan kita, semoga sukses. Ucapan perpisahan nonformal Contoh: 1. Dada ... 2. Bye ... 3. Goodbye .. 4. Sampai nanti,ya .. 5. Dah, yuk! 6. Sampai nanti, ya! 7. Salam buat keluarga, ya! 5. Menutup percakapan dengan salam penutup. Salam penutup biasanya disesuaikan dengan salam pembuka atau berdasarkan waktu. Dalam situasi formal Contoh: 1. Assalamu’alaikum. 2. Selamat malam. 3. Selamat siang. Salam penutup dalam situasi nonformal Contoh: 1. Met malam! 2. Malam. 3. Assalamu’alaikum. 4. Siang. C. Penerapan Pola gilir dalam Percakapan secara Aktif Dalam percakapan terkadang terjadi pola satu arah diakibatkan oleh seseorang mendominasi pembicaraan. Agar percakapan dapat berlangsung dengan merata dalam arti setiap orang yang terlibat percakapan mendapat giliran yang sama dalam berbicara, dapat diterapkan sistem pola gilir. Penerapan pola gilir dapat dilakukan dengan cara melemparkan pertanyaan. Apalagi jika Anda moderator atau pemimpin dalam diskusi, Anda bisa meminta anggota lainnya memberikan pendapat, gagasan, atau penilaian. Di bawah ini, beberapa contoh ungkapannya. 1. Bagaimana menurut pendapat Anda? 2. Mungkin di antara kalian ada yang berpendapat lain? 3. Menurut pandanganmu gimana? 4. Adakah yang memiliki pendapat lain? 5. Mungkin ada yang mempunyai gagasan lain? 6. Saya yakin ada yang mempunyai pendapat yang lebih baik. D. Mengalihkan Topik Pembicaraan secara Halus Dalam suatu percakapan baik formal, semi formal, maupun nonformal, pengalihan pembicaraan ke topik lain biasa terjadi. Hal ini bisa diakibatkan karena adanya keterkaitan antara satu masalah terhadap masalah lainnya atau satu topik terhadap topik lainnya. Dalam suatu pembicaraan, pengembangan gagasan atau meluasnya pembicaraan kepada pokok pembicaraan yang lain masih dianggap wajar jika tetap pada pokok persoalan yang sedang dibahas. Proses pengalihan topik pembicaraan bisa disadari dan juga tidak disadari. Jika memang harus dilakukan, pengalihan topik dapat dilakukan secara halus dan santun agar tak mengganggu kenyamanan proses percakapan yang tengah berlangsung. Pengalihan topik dapat dilakukan dengan ungkapan berikut. 1. Mungkin ada kaitannya dengan .... 2. Mungkin menyimpang sedikit, tapi .... 3. Bagaimana menurut Anda mengenai faktor lain seperti .... 4. Maaf, saya dengar Ibu suka juga pada .... 5. Bagaimana jika kita meninjau sisi lain misalnya .... 6. Persoalan ini berkaitan juga dengan masalah... Dalam situasi nonformal, pengalihan topik pembicaraan dapat dilakukan dengan menyatakan ungkapan: 1. Saya dengar Bapak bisa melakukan hal lain, seperti .... 2. Wah, makin seru kalau kita bicara soal .... 3. Boleh tau pandangan Ibu tentang .... Pengalihan topik dalam suatu diskusi bisa saja menyimpang dari pokok persoalan semula. Hal ini tidak boleh dibiarkan. Jika Anda moderator, Anda harus bisa mengembalikan pembicaraan yang menyimpang tersebut kembali pada topik pembicaraan yang sebenarnya, dengan mengucapkan: 1. Maaf, pertanyaan agar dipersingkat. 2. Maaf, pertanyaan langsung ke pokok permasalahan. 3. Pertanyaan agar terfokus pada topik pembicaraan .... 4. Saya ingatkan kembali bahwa topik pembicaraan kita adalah .... E. Menggungkapkan Perbedaan Pendapat secara Halus Perbedaan pendapat di antara pembicara baik pada forum diskusi atau situasi semiformal sudah biasa terjadi. Tidak setiap orang selalu menyetujui pendapat mitra bicaranya. Masing-masing orang memiliki pandangan atau pemikirannya sendiri. Tetapi, perbedaan pendapat itu tak boleh menjadi pemicu konflik. Perbedaan pendapat dapat semakin member wawasan yang lebih luas tentang suatu pokok permasalahan. Mencari solusinya bisa lebih variatif. Segala unsur yang berbeda dicarikan sudut persamaannya atau disinergikan untuk mengarah pada satu kesimpulan atau penyelesaian. Bukan hanya itu saja, setiap perbedaan pendapat harus dihormati dan disikapi secara santun. Ungkapan seperti, mustahil, itu tidak benar, pendapatnya tidak masuk akal, dan itu gagasan orang bodoh harus dihindari. Ungkapan itu bukan saja dapat menyinggung mitra bicara, tetapi juga bisa merendahkan harga diri orang. Menyampaikan pendapat yang berbeda atau menyanggah pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita dapat dilakukan secara halus dengan mempertimbangkan hal-hal berikut. (1) Nyatakan permohonan “maaf” dahulu. (2) Berikan kesan mendukung gagasan yang akan disanggah sebelum menyertakan kurangannya. (3) Ungkapkan kekurangan dengan perkataan yang halus seperti, “kurang” atau “belum,” bukan kata-kata “tidak”. (4) Ungkapkan kekurangan pendapat mitra bicara dengan alasan yang logis.

BAB 7 MENERAPKAN POLA GILIR DALAM BERKOMUNIKASI

A. Menggunakan Kata, Bentukan kata, serta Kalimat yang Santun dalam Berkomunikasi Dalam berkomunikasi yang baik seseorang dituntut untuk mempertimbangkan situasi berbicara. Pertimbangan ini memunculkan bentuk ragam berbahasa. Situasi resmi tentu berbeda dengan situasi tidak resmi. Pembicaraan pada situasi resmi cenderung menggunakan kata, bentukan kata, serta ungkapan yang baku. Berbeda dengan ragam tidak resmi yang digunakan saat santai, saat bergaul, dan dalam suasana akrab (konsultatif) tidaklah harus menggunakan bentukan kata dan susunan kalimat yang baku. Perhatikan contoh berikut! 1. Terima kasih saya ucapkan atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian di tempat ini dalam rangka memenuhi undangan kami 2. Makasih, ya, atas kedatangan kamu semua pada perayaan hari ulang tahunku! 3. Thanks berat, ye! Akhirnya, lu pada dateng juga ke sini tuk Menuhin undangan gue. Kalimat nomor satu sangat berbeda dengan nomor dua dan tiga, baik pada tataran pilihan kata, bentukan kata maupun susunan gramatikal kalimatnya. Kalimat nomor satu digunakan dalam situasi resmi, sedangkan kalimat kedua dan ketiga dalam bentuk situasi umum atau akrab. Pada situasi santai atau akrab, seseorang lebih bebas memilih kata dan bentukannya daripada saat situasi resmi atau formal. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun, yang terpenting adalah bisa menciptakan komunikasi yang efektif dan lancar. Untuk mencapai komunikasi yang efektif proses penyampaian dan etika berbahasa yang santun tetap harus diperhatikan. Kata-kata kasar sebaiknya dihindari. Selain kurang pantas, kata-kata kasar juga menyinggung perasaan orang lain. Di samping itu, dalam situasi komunikasi yang terdiri atas dua atau lebih orang, sikap saling menghargai dan menerapkan pola gilir dengan memberikan kesempatan berbicara akan menciptakan kelancaran serta suasana yang lebih nyaman. B. Memahami Pola Gilir dalam Berkomunikasi Pemahaman terhadap pola gilir sangat penting dalam keberhasilan berkomunikasi. Komunikasi harus berjalan dua arah (ada yang mendengarkan dan ada yang berbicara). Dengan adanya pola gilir diharapkan komunikasi akan seimbang dan berjalan lancar karena adanya proses pergantian bicara sesuai topik pembicaraan atau sesuai keperluan. Beberapa sikap yang harus dimiliki ketika menerapkan pola gilir dalam berkomunikasi antara lain seperti berikut 1. Menghargai mitra bicara. Dalam kegiatan berkomunikasi, kita tidak boleh meremehkan lawan bicara, bagaimanapun keadaan lawan bicara tetap kita hormati dan hargai. 2. Peka terhadap kesempatan Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sering terjadi dominasi satu pihak saat bicara terhadap pihak lain. Kita harus sadar dan mengetahui kapan saatnya kita bicara dan kapan saatnya kita diam untuk mendengarkan sehingga proses komunikasi berlangsung lancer dan nyaman. 3. Sadar akan relevansi pembicaraan. Komunikasi berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan jika pembicaraan sesuai dengan permasalahan sehingga tercipta komunikasi yang efektif dan lancar. 4. Memilih kata yang tepat Memilih dan menggunakan kata bentukan kata dan ungkapan yang santun sesuai dengan situasi komunikasi, demi kelangsungan dan kenyamanan komunikasi. Berkomunikasi dalam kondisi dan situasi apa pun tetap memperhatikan etika berbahasa yang santun hindari kata-kata kasar, kurang pantas yang dapat menyinggung perasaan pihak yang diajak bicara. C. Penerapan Pola Gilir dalam Berbagai Situasi Menerapkan pola gilir komunikasi dapat terjadi pada situasi-situasi berikut. (1) Suasana kehidupan sehari-hari, seperti di rumah tangga, di sekolah, di pasar, di kantor , di arisan, dan sanggar. (2) Diskusi kelompok, seperti di sekolah dan di kampus, kegiatan pramuka, dan di dunia kerja. (3) Film atau sinetron (4) Naskah drama dan pementasan drama Berikut beberapa contoh penerapan pola gilir dalam berkomunikasi. 1. Penerapan Pola Gilir dalam Diskusi Diskusi adalah bentuk kegiatan berbicara dalam rangka membahas sesuatu masalah secara teratur dan terarah. Diskusi bertujuan mencari jalan keluar, pemecahan masalah, membuat keputusan, atau simpulan. Untuk dapat memahami pola gilir berkomunikasi dalam satu diskusi, kita harus memahami lebih dahulu hal-hal yang berkaitan dengan diskusi. Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan diskusi, antara lain sebagai berikut. a. Unsur-Unsur Diskusi Unsur-unsur yang terlibat dalam diskusi, adalah sebgai berikut. (1) Pemimpin/Moderator, bertugas merencanakan dan memper siapkan dengan teliti topik diskusi, membuka diskusi, mengatur jalannya diskusi, serta menutup diskusi. (2) Sekretaris, bertugas mencatat jalannya diskusi, masalah-masalah yang dilakukan peserta, saran maupun jawaban penyaji dari awal sampai akhir. (3) Penyaji/pemakalah/pemrasaran, bertugas menyampaikan pembahasan dengan sistematis, mudah dipahami, tidak menyinggung peserta, terbuka, dan bersikap objektif dalam meninjau suatu persoalan. (4) Peserta diskusi, bertugas menanggapi, memberi masukan, dan lain-lain. b. Jenis-jenis diskusi Berdasarkan ruang lingkupnya, diskusi dibedakan seperti berikut. (1) Diskusi kelompok, adalah jenis diskusi yang biasa dilakukan di dalam kelas untuk membahas suatu masalah. (2) Diskusi panel, adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang (yang disebut panel) yang membahas suatu topik yang menjadi perhatian umum di hadapan khalayak/ pendengar,penonton. Khalayak diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat. (3) Seminar, adalah pertemuan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ahli (misalnya guru besar atau pakar) (4) Simposium, adalah pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek dari topik yang sama. (5) Kongres, adalah pertemuan wakil organisasi untuk mendiskusikan dan mengambil keputuan mengenai pelbagai masalah. (6) Konferensi adalah rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi bersama. (7) Lokakarya adalah pertemuan antara para ahli atau pakar untuk membahas masalah praktis atau yang bersangkutan dengan pelaksanaan di bidang keahliannya. (8) Sarasehan adalah pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat para ahli mengenai suatu masalah dalam bidang tertentu. c. Teknik dan Tahapan dalam diskusi Teknik diskusi berkaitan dengan bentuk dan jenis diskusi. Untuk tatanan sekolah, bentuk diskusi cukup bersifat umum dan sederhana. Susunan tempat duduk dalam diskusi dapat dilihat pada skema berikut. Keterangan gambar X → Pimpinan Diskusi S → Peserta Diskusi Ada dua tahap dalam pelaksanaan diskusi, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan atau penampilan. 1) Tahapan Persiapan a. Tahap persiapan dilaksanakan dengan tujuan memperoleh kesepakatan mengenai hal yang akan dibicarakan. b. Membagikan tugas kepada para calon pembicara atau penyaji jika pembicara lebih dari satu. 2) Tahap Pelaksanaan Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pelaksanaan diskusi. a) Pembukaan Pimpinan diskusi mengemukakan pokok masalah yang akan disampaikan dan memperkenalkan calon pembicara. Contoh ucapan moderator: 1. Dalam diskusi kali ini, kita akan membicarakan .... 2. Marilah kita buka diskusi ini dengan membaca/berdoa .... 3. Saya perkenalkan pembicara dalam diskusi ini ialah Saudara ... notulis Saudara .... b) Pelaksanaan diskusi Pemimpin diskusi mempersilakan para pembicara menyampaikan pandangannya. Selanjutnya sanggahan atau dukungan dari pembicara disampaikan sesuai dengan aturan yang telah disepakati. Contoh ucapan moderator: 1. Saya persilahkan Sdr ... menyajikan makalahnya. Contoh Ucapan penyaji : 1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator kepada saya untuk .... c) Acara tanya jawab Pemimpin diskusi mempersilakan para pendengar/peserta mengajukan pertanyaan kepada pembicara dipandu oleh pemimpin diskusi, pembicara/penyaji. Contoh ucapan moderator: 1. Saya beri kesempatan 3 orang peserta mengajukan pertanyaan, pendapat atau tanggapannya. 2. Penanya pertama silakan .... 3. Penyaji silahkan memberikan jawaban atau tanggapan balik (peserta yang mengacungkan jari lebih dahulu yang diberikan kesempatan pertama dan bergilir selanjutnya) Contoh ucapan peserta : 1. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan moderator. Pertanyaan saya yaitu .... 2. Tadi saudara pembicara menjelaskan ... menurut pendapat saya .... 3. Saya mohon kepada pembicara pertama untuk menjelaskan .... 4. ... demikian usulan dari saya. Contoh ucapan penyaji: 1. Terima kasih atas pertanyaan Saudara ... dan jawaban saya sebagai berikut ..... 2. Terima kasih atas tanggapan Saudara ..... tentang .... d) Penutup Pembacaan simpulan pembahasan diskusi yang telah berlangsung oleh pemimpin diskusi. 2. Penerapan Pola Gilir dalam Pementasan Drama Naskah drama dipersiapkan sebelum drama diperankan atau dipentaskan. Naskah drama adalah cerita yang ditulis dalam bentuk dialog disertai gerak-gerik dan tingkah laku para tokoh dalam drama. Dalam sebuah drama, kedudukan pelaku sangat penting. Untuk mementaskan sebuah drama, seorang pemain harus memahami isi drama termasuk proses dialog. Dalam dialog, telah diatur penggiliran pembicaraan diantara para tokoh. Setiap tokoh telah diatur kapan saat menjawab, menanggapi, merespons tokoh lainnya. Meskipun unsur spontan (improvisasi) ada dalam dialog drama, namun tokoh yang berimprovisasi tetap harus memerhatikan dengan cermat saat melakukan improvisasi dialog agar tidak bertabrakan dengan perkataan tokoh lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan jika memerankan tokoh dalam drama adalah seperti berikut. a. Teknik Berdialog Agar penonton menangkap jalan cerita drama, para pelaku harus menyampaikan dialog dengan jelas, ucapan harus wajar, tidak dibuat-buat. b. Mimik Mimik merupakan perubahan raut muka, misalnya tersenyum karena senang, mengerutkan dahi ketika sedang berpikir, atau menegang saat marah. c. Intonasi Intonasi ialah lagu atau irama dalam mengucapkan kalimat. Ada tekanan keras atau lembut dalam ucapan, tempo, dan tekanan nada menaik atau menurun.