blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Selasa, 19 Mei 2015

CERITA PENDEK "SENIN TERAKHIR"

SENIN TERAKHIR Pagi itu.., seperti biasa, aku bangun pukul 4 pagi untuk menjalani aktivitasku di awal pekan. Ya hari senin. Saat itu..., aku belum menyadari bahwa hari itu 2Maret 2015 akan menjadi hari yang sangat tragis bagi seluruh umat manusia. Setelah mandi, sarapan, dan berpakaian seragam, aku berangkat sekolah bersama Ayahku yang juga sekalian berangkat kerja di daerah Menteng Jakarta Pusat. “Ayo Kal, sudah jam 5 nih.., buruan, nanti telat...! ini kan hari senin, jalanan macet” kata Ayahku. Itulah kata – kata yang sering diucapkan ayahku ketika hari senin dan jam 5.10 belum berangkat juga. Dalam perjalanan, ayahku memacu sepeda motornya dengan kecepatan >60Km/jam. Sampai suatu keramaian memperlambat dan menghentikan laju motor kami. “Ada apa ini...?” Aku melihat di jembatan penyebrangan Stasiun Tanjung Barat, ada sekitar 3 orang yang mengejar sepasang suami istri yang raut wajahnya ketakutan. Sesampainya di bawah ke – 3 orang tersebut, langsung diamankan oleh polisi dan warga di sekitarnya. Namun ke – 3 orang tersebut, memberontak dan menggigit 1 orang polisi dan 2 orang lainnya, yang tentu saja meninggalkan bekas luka robek yang lebar di tangan. Warga yang melihat langsung histeris, dan akhirnya terdengar suara tembakan. Ya, ke – 3 orang aneh itu mati ditembak oleh tentara yang kebetulan melintas. “Ayo semuanya bubar...!! keadaan sudah dapat di kontrol” kata salah satu petugas polisi. Kami langsung bergegas dari tempat itu, agar tidak terkena masalah lain. Aku melihat ambulance dan mobil polisi mulai berdatangan ke tempat tadi. Akhirnya jam 6.10 menit aku tiba di sekolahku SMKN 20 yang terletak di daerah Fatmawati Jakarta Selatan. Sesampainya disana, aku langsung menceritakan peristiwa mengerikan yang tadi aku alami. “Ah masa siih....?” “Bohong lo, ya kalliii..., sampai gigit – gigitan begitu” seru teman – teman saya. “Seriusss, gw lihat pakai mata kepala gw sendiri...!” kata saya. “Waah, Kael.., Jangan – jangan, itu zombie...?” kata Andre. “Memangnya, ada zombie...?” jawab shohibul. “Ada di film” sahut Satria. “Eettttt.....!!!” balas semua yang ada disana. “yaaa, mungkin itu cuma pasien sakit jiwa yang lepas” kata agoy menambahkan. Tidak terasa sudah pukul 6.20 kami bergegas ke lapangan untuk mengikuti Upacara Bendera. Di tengah upacara, tepatnya saat pembina sedang menyampaikan pidatonya, terdengar suara ledakan yang besar dan membuat kami kaget. “DUARRRRR.......!!” “WAAH, apaan tuhh...?” “Dari mana itu....??” “Kabuuurrr.....!!!” Kami panik, karena kami tahu asal ledakan itu pastinya sangat dekat karena suaranya yang menggelegar. “Semuaaa, TETAP TENANG....!” Pembina upacara kami, Pak Heri Mulyanto mencoba untuk menenangkan keadaan. “Duaaarrrr.....!” “Deeeerrrrr........!” “Booooom.......!!!!” Kali ini, terdengar 3 kali ledakan yang keras. Saking kerasnya ledakan tersebut, membuat kaca jendela sekolah kami pecah. Lalu diikuti lagi dengan suara gemuruh Jet Tempur yang melayang sangat dekat dengan tanah tempat kami berdiri. Dan terdengar lagi suara ledakan yang menggemuruh, lalu diikuti suara ledakan yang tampaknya jauh dari tempat kami. Keadaan sudah tidak dapat dikontrol lagi. Semuanya panik dan berhamburan keluar sekolah termasuk juga para guru yang ada. Semua berlarian tanpa arah. Terlihat dari tempat parkir sekolah, bangkai pesawat tempur yang dimakan api berada di kompleks perumahan depan sekolah. Tampaknya itulah yang menyebabkan ledakan besar tadi. Lalu datang sebuah helikopter milik Polisi tepat diatas kepala kami. “Semua, tetap ditempat kalian....!!! berlindung, dan jangan keluar sampai pemberitahuan lebih lanjut.....!!!!! Seru orang yang ada pada helikopter itu. Lalu helikopter itu pergi meninggalkan kerumunan kami. “Ya, Allah bagaimana nih....?? apa kita lagi perang....???” teriak Fitri. “Ya, perang sama siapaa tapi....???” jawab shohibul. “Lu, pada dari pada ribut, mending kite pergi cepet - cepet dari sini” kata Assyfa. “Ya, bener tuh mending kite cabut cepet – cepet dari sini” tambah Gilang. “Eh, lu gak denger tadi Polisi bilang apa...? kite disuruh stay disini sampai pemberitahuan lebih lanjut” shohibul memperingati. “Eh, iya bener juga” gumam yang lain. “Tapi disini gak aman” bantah Agoy. “Lebih bahaya diluar Koplak....!! lu gak denger tuh, suara tembakan dicampur ledakan....??!?” bentak Satria. “Yaudah, jadi maunya gimana nih...?” tanya Humairoh. “Lebih baik, kite diem disini aja, dari pada jadi korban salah tembak diluar..,” kata saya. “Yaudah gua mau pergi aja dari sini mau cari bantuan. Yang mau pergi juga, ayo ikut gua” Kata Gilang. “Hati – hati Lang...,” kata Andre Akhirnya di tempat itu, tinggal tersisa Aku, Andre, Satria, Shohibul, Arif, Karina, Fitri, Hunairoh, Dita, Afita, Fanny, Intan serta Mita. “Dari 34 orang, sekarang tinggal 13 orang aja....? yaudah, lebih baik kite berlindung di dalem Masjid aja. Bangunan lantai 3 bahaya” kataku. Lalu kami langsung bergegas ke dalam Masjid, berharap kami aman di dalam. Sementara itu, kami mendengar banyak sekali suara ledakan yang terdengar dari jauh dan terdengar juga ledakan yang sepertinya dekat dengan tempat kami. Sesekali dicampur dengan suara letusan tembakan yang bersahut – sahutan. Di dalam kami berdoa dan ada juga yang menelpon orang tuanya masing – masing. Saat aku mencoba menelpon ayahku yang bekerja di daerah Menteng, aku mendapat informasi bahwa Ayahku dan warga lainnya sedang dipaksa untuk dievakuasi. Dan sekarang berada di Bandara Soekarno Hatta. “Kal, kamu tenang, jangan takut nanti ada pasukan militer yang bakalan menjemput di daerah situ buat dievakuasi ke Bandara Halim P.K. pokoknya, jangan takut dan tenang ya Haekal, maafin bapak gk bisa jemput. Selalu jaga diri” kata Ayahku. Namun, pembicaraan terputus ketika aku mendengar suara beberapa letusan tembakan. Lalu aku menelpon Ibuku yang berada di Depok. Aku mendapat Informasi bahwa, ibuku telah dievakuasi juga dengan Truk pembawa Militer menuju Bandung. Tapi, pembicaraan terputus karena baterai HP-ku yang telah habis. “Siaallll....!!!!!” kataku. “Kenape lo Kal...? eh, gua barusan menghubungin orang tua gua, katanya mereka udah dievakuasi menuju ke bandara Soekarno Hatta” kata Satria “Yang lain juga sudah menghubungin keluarganya....?” tanyaku. “Iya, sudah aman dalam perjalanan ke Bandara” kata yang lain. “Sebenarnya, ada apa sih ini....???” Tanya Shohibul “Gak tau..., nanti kite coba keluar kalau keadaan diluar sudah tenang” kataku. Sudah hampir 1 jam kami berada di dalam Masjid. Sekarang, waktu menunjukan pukul 9.12 pagi. Keadaan diluar sudah mulai tenang, hanya terdengar suara gemuruh Pesawat Jet Tempur yang dari tadi berlalu lalang dan terdengar sesekali bunyi ledakan. Kami pun memutuskan untuk pergi keluar. “Eh, perasaan gw gak enak nih. Lebih baik kita keluar bawa senjata aja...?” Arif menyarankan. Lalu kami mengambil benda apapun yang dapat dijadikan senjata. Seperti, gagang sapu, tralis besi, pisau apapun yang dapat kami jadikan senjata. Aku mengikatkan pisau ke gagang sapu dan, membuatnya jadi seperti tombak. Kami pun keluar sekolah lewat pintu gerbang yang berada di dekat Masjid. Aku, Arif dan Shohibul memimpin paling depan, Andre dan Satria berjaga di belakang dan yang lainnya di tengah. Keadaan diluar sangat kacau. Banyak mobil, sepeda motor dan bis hancur serta terbakar di jalanan. Banyak kawah – kawah yang sepertinya bekas bom yang jatuh. Banyak ceceran darah dan tubuh manusia yang tidak dapat dikenali bergelimpangan di jalan. “Astaghfirullah.....” gumam kami. Kami selalu beristighfar sembari menelusuri jalan. “Menurut lo, kenapa para militer membunuh orang – orang disini...?” Kata Shohibul. “Ini aneh banget, kalau memang militer nembakin warga sipil, harusnya kita udah mati di bombardir pasti ada alasan tertentu” jawabku. “Ahh, sok tau lo.., tapi bener juga sih” balas lagi Shohibul. “Woy, lu disaat kayak gini masih aja debat...! tu liat didepan kayaknya ada anak pakai pakaian seragam sekolah” kata Dita Benar saja, itu Agoy yang sendirian berdiri diantara bangkai mobil yang terbakar. “Oooy....! Agoyy....!! Lu gak knapa – knapa kan....???” Teriak kami. Kami langsung berlari menghampiri Agoy, sampai aku memerintahkan untuk berhenti, karena ada kejanggalan pada Agoy. Bajunya berlumuran darah, dan di tangannya terdapat luka lebar serta sedikit luka pada lehernya. “Agoy.., lu knapaa...?!?? Umah.., ambil kotak P3K....!!!” kata Fitri Anak perempuan yang lain mulai Histeris, melihat Agoy dengan keadaan seperti itu. “Goy..., ada apa Goy....?? Lu knapa...? yang lain dimana....??” Aku mulai menghampiri Agoy dengan perlahan. Dari belakang, Andre tiba – tiba menghampiri Agoy dengan cepat, dan tiba – tiba juga Agoy melotot tajam kearahnya dan langsung melompat ke arah Andre. Mereka berdua bergumul di atas aspal dan entah apa yang dipikirkan oleh Agoy. “Weeyyy, Goy....! Lu Ngapa Goy....?!?!?? Tolooong” Aku melihat Agoy melukai tangan Andre dengan cakarnya. Aku dan yang lainnya mencoba memisahkan mereka berdua. Setelah dipisahkan, tingkah Agoy semakin beringas saja, dan Ia mencoba menggigit apapun yang ada di depannya. “Astaghfirullah...! Goy Istighfar Agoy Istighfarr....!!! Kata kami Namun perkataan kami tidak digubris olehnya. Melihat keadaan yang lain semakin histeris, maka aku dan Arif memutuskan untuk memukul tengkuk lehernya agar Agoy segera pingsan. Namun usaha kami itu, tidak membuahkan hasil. Agoy semakin beringas dan kami tidak dapat menahannya. Akhirnya, Satria dan Shohibul menghajar Agoy tepat di kepala dengan gagang sapu, hingga Agoy terkapar. Lalu keadaan mulai menjadi panas. Anak – anak perempuan histeris dan diantara mereka ada yang menangis. “Astaghfirullah...! Lo pikir apa yang lo lakuin....?? lo udah ngebunuh Agoyy...?!?!? dasar pembunuh...!!!” bentak Fitri “Ehh, lo gak liat Agoy tadi...? Dia bukan Agoyy...!!! Dia Zombie...!!! Agoy sudah gak ada Fit....” kata Shohibul “Lu disaat kayak gini jangan bercanda ya...?” jawab Fitri “Woy, udah lu jangan pada berantem....!!! Itu gak berguna sekarang. Apapun yang terjadi disini, lebih baik kite nyusun rencana buat pergi ke tempat yang lebih aman” kataku. “Oh, Yaa....? terus rencana lo apaan....?!?” kata Fitri “Woy, lu denger sesuatu gak....?” Kata Satria “Iya, kaya suara tembakan....” Kata Andre Ternyata itu adalah suara dari mobil Panser milik TNI Angkatan Darat. Dan diatasnya ada orang yang menembakkan senjata berat M249 SAW. Kendaraan itu berhenti tepat di depan kami. “Hey, dari mana kalian...??? Cepat naik kalu ingin tetap Hidup....!!!! coba lihat ke belakang...!” teriak salah satu orang yang naik di bagian depan Panser tersebut. Benar saja, segerombolan makhluk yang mulai kami sebut dengan sebutan “Zombie” berlari tepat ke arah kami. “CEPAAATTTT.....!!!!!” kata tentara di dalam panser tersebut. Kami semua langsung bergegas masuk ke dalam. Setelah kami semua sudah masuk, sang pengemudi langsung tancap gas. Di dalam Panser, ada 3 orang warga sipil, 4 tentara yang salah satunya sedang menembaki gerombolan zombie yang masih mengejar di belakang kami. Salah satu dari tentara itu mulai menanyakan banyak hal kepada kami. “Kalian beruntung menemui konvoi kami. Karena kami adalah tim Evakuasi terakhir yang berangkat menuju Bandara Halim P.K” kata dia “Alhamdulilaah.....,” kata kami serempak “Sebenarnya apa yang sedang terjadi sih Pak....???” kata Shohibul “Entahlah, bapak juga tidak tahu, bapak ini Cuma sersan yang mendapat perintah lagsung dari atasan untuk mengevakuasi daerah ini” jawabnya. “Ada desas – desus bahwa pasien terduga Ebola yang ada di RS Fatmawati dan seluruh RS yang ada di Jakarta, mengamuk dan menyerang orang – orang yang berada di RS” tambahnya. “Lalu, orang – orang yang terluka akibat gigitan mereka, juga ikut menyerang orang lain yang ada di dekatnya” “Tidak hanya itu, Seluruh RS di seluruh Indonesia juga begitu bahkan di seluruh dunia” kata salah seorang warga sipil yang berseragam dokter. “Memangnya, Indonesia sudah dimasuki Ebola...? tanya Humairoh “Sudah, tapi, pemerintah menutupinya agar masyarakat tidak panik itu, juga merupakan perintah dari WHO dan PBB” kata salah seorang prajurit sambil mengecek senapannya. “Ya Allah....?? bagaimana dengan para warga sipil yang lain di luar Jakarta pak...? apa mereka telah di evakuasi...? orang tua saya dievakuasi menuju Bandung” tanyaku. “Tenang..., seluruh kota di Pulau Jawa telah dievakuasi, dan kita adalah rombongan terakhir yang akan berangkat dari Jakarta menuju Selandia Baru” jawabnya. “Selandia Baru sedang mengalami musim dingin, dan penelitian terakhir menunjukan bahwa Virus Ebola lemah terhadap suhu dingin, dan tempat dingin terdekat dari sini adalah Selandia Baru” kata prajurit itu. “Alhamdulillaah ya Allah..., pak terimakasih sudah menyelamatkan kami....!” kata Fitri. “Iya, sama – sama dek, sudah menjadi tugas kami” katanya. Sudah hampir 1 Jam kami berada di dalam Kendaraan Lapis Baja ini satu – satunya senjata yang dapat menjaga kami dari mereka hanyalah M249 SAW yang dioperasikan di atas atap Panser oleh prajurit TNI. Sampai Ia berkata, “Lapor Pak, keadaan diluar sudah aman. Tidak ada lagi zombie untuk ditembaki” “Tetap siaga di pos prajurit....” kata Sersan. “Siap pak....!!!” jawabnya dengan tegas. Waktu sudah menunjukan pukul 12.23 siang. Panser kami berhasil menuju ke kompleks Halim P.K sampai mimpi buruk kami datang. “Siaaallll.....!!!!” seru supir yang mengoperasikan panser ini. “Ada apa Prajurit....???” tanya sersan. “Kita tidak bisa masuk lebih dalam lagi...! jalanan rusak banyak mobil dimana – mana panser ini akan terbalik” kata supir itu. “Cepat, hubungi Bandara....!!!” perintah sersan. Kami menunggu kabar dari tentara itu, berharap itu kabar baik. Namun, ternyata kami terlalu berharap. “Mereka tidak mau menjemput kita dengan apapun, seluruh bahan bakar, hanya cukup untuk sampai ke Selandia Baru. Jika kita tidak sampai di Landasan dalam waktu 30 menit, maka, mereka akan meninggalkan kita” kata supir itu dengan berat hati. Keadaan mulai bertambah panas dan semua menjadi histeris. Malah diantara kami, ada yang menangis juga. “Semua, jangan berputus asa masih ada cara lain untuk selamat dari tempat ini...!! kalau kita cepat, kita bisa jalan kaki dari sini” kata Sersan. “Itu mustahil...!! jaraknya, masih sekitar 3 KM lagi, sedangkan diluar sana ada segerombolan Zombie pemakan daging manusia....!!” Kata salah seorang warga sipil. “Kita punya senjata yang cukup disini, dan jika kita bisa bekerja sama, maka kita pasti akan sampai landasan tepat waktu dan selamat” kata salah seorang prajurit. “Benerr itu, lebih baik kita berangkat sekarang juga, karena waktu terus berjalan” perintah Sersan. Sang Sersan kemudian membagikan senjata kepada kami, seluruh anak laki – laki dan warga sipil dibagikan senjata laras panjang dengan amunisinya yang lebih dari cukup, dan beberapa teman perempuan kami dibagikan senjata berupa pistol. Aku mendapat senapan serbu SR – 25 buatan PT. Pindad. Setelah mendapat briefing yang sangat singkat, kami langsung berjalan kaki menuju Bandara Halim P.K “Semua, jangan berpencar...!! tetap bersama dan CEPAAT....!!!” perintah sang Sersan. Seperti dugaan, jumlah mereka yang menggerombol dan kecepatan mereka yang seperti pelari olimpiade membuat kami kikuk. Kami terus bergerak cepat ke depan sementara mereka, mengejar di belakang kami. “Tahan posisi.......!!!!!!” Perintah sersan Kami pun menahan posisi kami, dan menahan gerombolan Zombie itu, sementara anak – anak perempuan dipimpin oleh prajurit TNI tetap bergerak ke depan mengamankan jalur. Kami menahan para Zombie itu dengan sekuat tenaga sampai salah satu Zombie itu hampir menggigit Andre. Untungnya disaat yang tepat, Sersan menembak Zombie itu tepat di kepala. Setelah, dirasa gerombolan itu sudah habis dan terpecah, kami berlari melanjutkan perjalanan. Kami melakukan itu terus selama ada gerombolan Zombie mengejar di belakang kami. Sampai akhirnya, kami sampai di depan gerbang Bandara Halim P.K “Kita berhasil, kita telah sampai....” kataku sambil menghela nafas karena kelelahan. “ALLAHUAKBAR.....!!!!!” Kata Fitri. “Ada apa Fit....?” tanyaku. “Lihat itu dibelakang....!!!” jawabnya. Mimpi buruk kami terjadi lagi. Itu ternyata adalah kerumunan Zombie yang jumlahnya sangat banyak dan tidak dapat dihitung sedang berlari tepat ke arah kami. “Kopral...!!! Pimpin Anak – anak perempuan ini ke dalam...!! Peringatkan petugas yang lain untuk segera bersiap lepas landas...!! Tunggu kami, dan kirimkan bantuan untuk menahan Makhluk ini. CEPATT.....!!!!!” Perintah Sersan. Kami pun, mundur perlahan masuk ke dalam gedung Bandara sembari menembaki mereka satu per - satu. Jumlah Zombie yang kami tembaki tidak dapat dihitung lagi. Mereka sangat banyak. Mulai dari tua & muda, lelaki & perempuan semua bercampur aduk dengan kondisi tubuh mereka yang mengenaskan. Sampai akhirnya bala bantuan dari TNI yang sedang berjaga di Landasan datang. “Semua....!!! cepat lari ke pesawat....!!” kata salah seorang petugas itu. Salah seorang dari mereka membawa senjata berat untuk menahan mereka dan ditutup oleh tembakan RPG – 7 yang mengenai struktur bangunan tersebut dan meruntuhkan atap dari gedung ini. Kami berlari sekuat tenaga menuju pesawat, sampai aku mendengar teriakan tolong. “Pak....!! sebentar pak...!! saya denger orang minta tolong di belakang” teriakku. “Hah...?? siapa...? semua berhenti.....!!!” “Toloong Sayaaa....! Kaki saya nyangkut...!! Ooy, Tolong gua oooy....!!” “Ya Allah....!!! itu Satria Pak, teman saya...!” teriakku. “SEMUA tahan di posisi....!! berikan tembakkan perlindungan....! Kamu, ayo bantu saya” perintah Sersan Semua menahan gerombolan Zombie yang datang itu. Semakin lama semakin banyak Zombie yang datang. Sementara aku dan Sersan memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelamatkan Satria. “Makasih ya Kael, Pak Sersan udah dateng kesini” kata Satria. “Woles aja Sat....!” “Ayo pak...!! angkat tiangnya” kataku. Sesuai dengan aba –aba Sersan.., “ 1 2 3 ANGKAT.....!!!” “Hufff...., Ya Allah berat amat ni tiang....! kataku. “Ya iyalah, namanya Tiang Lampu Bandara” Jawab Satria. “Woy, lu masih aja bisa becanda ya dek....???” Kata Sersan. Setelah kami berhasil mengangkat tiang itu, kami membopong Satria menuju pesawat, sementara Gerombolan Zombie itu sangat dekat berada di belakang kami. “Tahan mereka teruss...!!!” perintah Sersan. Yang lain mulai mundur perlahan sembari menembaki kerumunan Zombie itu. Sementara kami berdua dengan cepat membopong Satria masuk ke dalam pesawat. Sesampainya kami di pesawat sudah ada petugas medis dan teman kami Mita yang menunggu kami di pintu dan langsung membawa Satria masuk. “SEMUAA.....!!! Cepat naik ke dalam....!!!!” Teriak Sersan. Aku dan Sersan menahan Zombie itu dari atas pintu pesawat. Setelah semuanya masuk, kami dengan sigap langsung mengunci pintu pesawat sebelum salah satu dari mereka masuk ke dalam pesawat. Pilot kami mengatakan bahwa pesawat, akan segera lepas landas. Oleh karena itu kami langsung mencari tempat duduk. Aku dapat melihat dengan jelas kerumunan mereka mengerumuni pesawat kami dan mencoba melompat ke pesawat kami. “CEPAT periksa bagian kargo di bawah....!!!” Perintah Sersan. Lalu 4 orang prajurit TNI langsung bergegas menuju ke ruang kargo. Akhirnya detik – detik menegangkan pesawat lepas landas berlalu. Waktu menunjukan pukul 13.14. Aku dapat melihat Kota Jakarta dihiasi awan kelabu. Asap mengepul dimana – mana. Kami meninggalkan Tanah Air kami yang kami cintai menuju Selandia Baru. Memulai kehidupan baru. Menyusun rencana untuk mengambil kembali peradaban yang telah manusia buat dalam waktu ratusan tahun. Dan telah direbut hanya dalam waktu kurang dari 12 jam. Aku sangat ingin memejamkan mata di bangku pesawat yang empuk ini. Karena rasa lelah yang membunuhku. Sampai aku mendengar suara teriakan dan diikuti oleh suara tembakan. Setelah semua senyap, aku sadar bahwa itu berasal dari ruang kargo yang tepat berada di belakang kursiku. Prajurit TNI sudah bersiaga di depan pintu. Dan tiba – tiba pintu ringan itu terbanting keluar, dan nampaklah Prajurit TNI yang telah berubah menjadi Zombie dengan keadaan yang mengenaskan. Ia menggeram dan melompat kearahku lalu menggigit leherku, dan sontak aku kaget mendengar Alarm HP-ku. Aku melihat, waktu menunjukan pukul 4 pagi. Keringat dingin bercucuran dari tubuhku. Aku sadar itu hanyalah sebuah mimpi. “Ya Allah...., Astaghfirullah...., Mimpi yang sangat buruk” gumamku. Setelah mengumpulkan kesadaran, aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk mandi. Karena aku sadar..., Ini adalah Hari Senin. (2 – 03 – 2015)