blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa
Rabu, 01 Agustus 2012
RINGKASAN MATERI BAB1
BAB 1
MENYIMAK UNTUK MEMAHAMI
teks seni berbahasa dan teks ilmiah sederhana
A. Hakikat Apresiasi
Apresiasi dapat diartikan suatu langkah untuk mengenal, memahami, dan menghayati suatu karya sastra yang berakhir dengan timbulnya pencelupan atau rasa menikmati karya tersebut dan berakibat subjek apresiator dapat menghargai karya sastra yang dinikmatinya secara sadar.
Karya sastra dapat dikenal atau dipahami melalui unsur-unsur yang membangunnya atau disebut dengan unsur intrinsik.
Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik, yaitu tema, plot/alur, tokoh, watak tokoh, latar, setting, amanat/pesan, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Selain dari unsur intrinsik dan teks seni berbahasa, juga dapat diapresiasi dengan menelaah penggunaan atau pilihan kata serta istilah yang terdapat dalam teks tersebut. Termasuk dalam hal ini, mencari kata-kata kunci yang menjadi penanda tema teks yang bersangkutan.
Pengamatan terhadap unsurunsur ekstrinsik, yaitu hal-hal yang melatar belakangi terciptanya teks seni berbahasa tersebut. Hal-hal tersebut antara lain latar belakang pengarang, tujuan penulisan, latar sosial-budaya, lingkungan kehidupan pengarang, serta latar belakang pendidikan.
B. Proses Apresiasi
Sebelum melakukan apresiasi, umumnya seseorang memilih bentuk karya sastra atau jenis teks seni berbahasa yang disukai, misalnya bentuk karya sastra prosa, puisi, drama, atau film. Kesukaan itu akan melangkah pada upaya seseorang untuk mengetahui atau memahami lebih dalam karya yang dipilihnya. Sebuah karya sastra dapat disukai dan digemari oleh seseorang oleh karena karya tersebut dapat memberi kesan tersendiri yang menimbulkan empati bagi penggemarnya. Hal itu disebabkan proses penciptaan karya sastra meliputi hal-hal berikut ini.
1. Upaya mengeksplorasi jiwa pengarangnya yang diejawantahkan ke dalam bentuk bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain.
2. Upaya menjadikan sastra media komunikasi antara pengarang atau pencipta dan peminat sastra.
3. Upaya menjadikan sastra sebagai alat penghibur dalam arti merupakan alat pemuas hati peminat sastra.
4. Upaya menjadikan isi karya sastra merupakan satu bentuk ekspresi yang mendalam dari pengarang atau sastrawan terhadap unsur-unsur kehidupan. Dengan kata lain, merupakan hasil proses yang matang bukan sekadar diciptakan.
Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra atau teks seni berbahasa, perlu dilakukan aktivitas berupa:
(1) mendengarkan/menyimak
(2) membaca
(3) menonton
(4) mempelajari bagian-bagiannya
(5) menceritakan kembali
(6) mengomentari
(7) meresensi
(8) membuat parafrasa
(9) menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan karya tersebut
(10) merasakan seperti: mendeklamasikan (untuk puisi ) atau melakonkan (untuk drama )
(11) membuat sinopsis untuk cerita, dan sebagainya
Selain aktivitas merespons karya sastra seperti disebutkan di atas, langkah-langkah mengapresiasi sebuah karya sastra yang diminati secara umum meliputi hal-hal berikut
1. Menginterpretasi atau melakukan penafsiran terhadap karya sastra berdasarkan sifat-sifat karya sastra tersebut
2. Menganalisis atau menguraikan unsur-unsur karya sastra tersebut, baik unsur intrinsik maupun ekstrinsiknya
3. Menikmati atau merasakan karya sastra berdasarkan pemahaman untuk mendapatkan penghayatan
4. Mengevaluasi atau menilai karya sastra dalam rangka mengukur kualitas karya tersebut
5. Memberikan penghargaan kepada karya sastra berdasarkan tingkat kualitasnya
C. Jenis Apresiasi
Setelah melakukan pilihan kepada sebuah bentuk karya sastra yang menarik pikiran dan perasaan atau jiwa seninya, seseorang akan merespons karya tersebut dengan dua bentuk sikap atau jenis apresiatif, yaitu ;
1. apresiasi yang bersifat kinetik atau sikap tindakan dan apresiasi yang bersifat verbalitas Apresiasi bersifat kinetik, yaitu sikap memberikan minat pada sebuah karya sastra lalu berlanjut pada keseriusan untuk melakukan langkah langkah apresiatif secara aktif. Misalnya, untuk bentuk karya sastra berupa prosa fiksi seperti cerpen dan novel, tindakan apresiatifnya ialah memilih cerpen atau novel yang sesuai kehendaknya. Selanjutnya, membaca dan menyenangi novel sejenis, menyenangi tema atau pengarangnya, memahami pesan-pesannya, jalan ceritanya, serta mengenal tokoh-tokoh dan watak tokohnya, bahkan secara ekstrim ada yang berkeinginan mengindentifikasi diri menjadi tokoh yang digemari dalam karya prosa tersebut. Puncak dari sikap apresiasinya ialah ingin dapat membuat karya cerpen atau novel seperti itu. Setidak-tidaknya dapat memberikan komentar atau tanggapan tentang hal yang berhubungan dengan novel yang digemari.
Untuk karya puisi, memerhatikan pembacaan puisi, menyukai puisi-puisi tertentu, berusaha memahami makna puisi yang disukai, mengenal para penyair jenis puisi yang disukai, berusaha dapat membaca puisi dengan baik, dan puncaknya berkeinginan dapat membuat puisi sejenis serta menulis tanggapan atau ulasan mengenai puisi itu. Untuk karya sastra drama apresiasif kinetiknya menyukai pementasan drama, tertentu, mengenal karakter tokohnya, para kru di belakangnya, dan ingin melakonkan tokoh tertentu pada drama sejenis. Sekarang mungkin objeknya lebih kepada bentuk tayangan film yang memiliki unsur-unsur yang sama dengan drama.
2. Apresiasi bersifat verbal, yaitu pemberian penafsiran, penilaian, dan penghargaan yang berbentuk penjelasan, tanggapan, komentar, kritik, dan saran serta pujian baik secara lisan maupun tulisan. Dalam kaitannya dengan aspek kompetensi menyimak, apresiasi bermula pada proses mendengarkan penyampaian karya sastra secara lisan dengan serius dan saksama, kemudian berlanjut pada pencapaian langkah-langkah apresiasi yang telah dijelaskan di atas. Untuk pembelajaran tentang apresiasi sastra, semua bentuk karya sastra yang dapat diperdengarkan harus dipelajari.
Bentuk karya sastra tersebut berjenis prosa dan puisi.
D. Pengertian Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya, prosa terdiri atas prosa fiksi dan nonfiksi.
1. Prosa Fiksi
Prosa fiksi ialah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa fiksi disebut juga karangan narasi sugestif/imajinatif. Prosa fiksi berbentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan dongeng.
1. Cerpen adalah cerita rekaan yang pendek dalam arti hanya berisi pengisahan dengan fokus pada satu konflik saja dengan tokohtokoh yang terbatas dan tidak berkembang. Alur cerita sederhana hanya memaparkan penyelesaian konflik yang diungkapkan.
2. Novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti barang baru yang kecil. Kemudian, kata tersebut menjadi istilah sebuah karya sastra dalam bentuk prosa. Novel lebih panjang isinya dari pada cerpen. Konflik yang dikisahkannya lebih luas. Para tokoh dan watak tokoh pun lebih berkembang sampai mengalami perubahan nasib. Penggambaran latar lebih detail. Bersamaan dengan perjalanan waktu terjadi perubahan-perubahan hingga konflik terselesaikan.
3. Dongeng adalah cerita rekaan yang sama dengan cerpen atau novel. Hanya di dongeng, cerita yang dikisahkan adalah tentang hal-hal yang tak masuk akal atau tak mungkin terjadi. Misalnya,
orang dapat menjelma jadi binatang, binatang dapat berkata-kata, dan sebagainya. Dongeng biasanya menjadi sarana penyampaian nasihat tentang moral atau bersifat alegoris. Contoh dongeng: Kancil dan Buaya, Jaka dan Pohon Kacang Ajaib, Eneng dan Kaos Kaki Ajaib, dan lain-lain.
Di dalam prosa fiksi, terdapat unsur-unsur pembangun yang disebut unsur intrinsik. Yang termasuk unsur intrinsik, yaitu: tema, alur, penokohan, latar, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa.
a. Tema
Tema ialah inti atau landasan utama pengembangan cerita. Hal yang sedang diungkapakan oleh pengarang dalam ceritanya. Tema dapat bersumber pada pengalaman pengarang, pengamatan pada lingkungan, permasalahan kehidupan, dan sebagainya. Misalnya, tentang cinta, kesetiaan, ketakwaan, korupsi, perjuangan mencapai keinginan, perebutan warisan, dan sebagainya.
b. Alur/Plot
Alur ialah jalan cerita atau cara pengarang bercerita. Alur dapat disebut juga rangkaian atau tahapan serta pengembangan cerita. Dari mana pengarang memulai cerita mengembangkan dan mengakhirinya. Alur terdiri atas alur maju, alur mundur (flash back), alur melingkar, dan alur campuran. Tahapan-tahapan alur yaitu:
(1) pengenalan
(2) pengungkapan masalah
(3) menuju konflik
(4) ketegangan
(5) penyelesaian
Perhatikan skema berikut:
(4)
(1)
(3)
(2)
(5)
c. Penokohan
Penokohan ialah cara pengarang mengambarkan para tokoh di dalam cerita. Penokohan terdiri atas tokoh cerita, yaitu orang-orang yang terlibat secara langsung sebagai pemeran sekaligus penggerak cerita dan orang-orang yang hanya disertakan di dalam cerita. Dan watak tokoh, yaitu penggambaran karakter serta perilaku tokoh-tokoh cerita. Untuk menimbulkan konflik, biasanya di dalam cerita ada tokoh yang berperan penting dengan kepribadian yang menyenangkan dan ada tokoh yang berseberangan tindak-tanduk dan perilakunya dengan tokoh sentral tersebut. Tokoh utama disebut dengan tokoh protagonis dan lawannya adalah tokoh antagonis.
Cara pengarang menggambarkan para tokoh cerita ialah dengan secara langsung dijelaskan nama tokoh beserta gambaran fisik, kepribadian, lingkungan kehidupan, jalan pikiran, proses berbahasa, dan lain-lain. Dapat juga dengan cara tidak langsung, yaitu melalui percakapan/dialog, digambarkan oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan pikiran, atau tindakan saat menghadapi masalah.
d. Latar/Setting
Latar cerita adalah gambaran tentang waktu, tempat, dan suasana yang digunakan dalam suatu cerita. Latar merupakan sarana memperkuat serta menghidupkan jalan cerita.
e. Amanat
Amanat cerita adalah pesan moral atau nasehat yang disampaikan oleh pengarang melalui cerita yang dikarangnya. Pesan atau nasehat disampaikan oleh pengarang dengan cara tersurat yakni dijelaskan oleh pengarang langsung atau melalui dialog tokohnya; dan secara tersirat atau tersembunyi sehingga pembaca baru akan dapat menangkap pesan setelah membaca keseluruhan isi cerita.
f. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang atau point of view ialah posisi pengarang dalam cerita. Posisi pengarang dalam cerita terbagai menjadi dua, terlibat dalam cerita dan berada di luar cerita.
a. Pengarang terlibat di dalam cerita. Terdiri atas pengarang sebagai pemeran utama (orang pertama), isi cerita bagaikan mengisahkan pengalaman pengarang. Selain itu, keterlibatan pengarang dalam cerita juga dapat memosisikan pengarang hanya pemeran pembantu. Artinya, pengarang bukan tokoh utama atau sentral namun ia ikut menjadi tokoh, misalnya cerita tentang kehidupan orang-orang terdekat pengarang, ayah, ibu, adik, atau sahabat seperti roman sastra berjudul “Ayahku” yang dikarang oleh HAMKA.
b. Pengarang berada di luar cerita, terdiri atas pengarang serbatahu. Ia yang menciptakan tokoh, menjelaskan jalan pikiran tokoh, mengatur dan mereka semua unsur yang ada di dalam cerita. Selain itu, pengarang berada di luar cerita dapat hanya menjadikan pengarang sebagai pengamat atau disebut sudut pandang panoramik. Pengarang menceritakan apa yang dilihatnya, sebatas yang dilihatnya. Ia tidak mengetahui secara bathin tokoh-tokoh cerita. Posisi pengarang seperti ini biasanya terdapat pada cerita narasi yang berupa kisah perjalanan.
g. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bagaimana pengarang menguraikan ceritanya. Ada yang menggunakan bahasa yang lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari. Ada juga yang bercerita dengan gaya satire atau sindiran halus, menggunakan simbol-simbol, dan sebagainya. Penggunaan bahasa ini sangat membantu menimbulkan daya tarik dan penciptaan suasana yang tepat bagi pengembangan tema serta alur cerita. Setiap pengarang besar biasanya sudah memiliki ciri khas penggunaan bahasa dalam ceritanya.
2. Prosa Nonfiksi
Prosa nonfiksi ialah karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang, tetapi berisi hal-hal yang berupa informasi factual (kenyataan) atau berdasarkan pengamatan pengarang. Karangan ini diungkapkan secara sistematis, kronologis, atau kilas balik dengan menggunakan bahasa semiformal. Karangan ini berbentuk eksposisi, persuasi, deskripsi, atau campuran. Prosa nonfiksi disebut juga karangan semiilmiah. Yang termasuk karangan semi ilmiah ialah : artikel, tajuk rencana, opini, feature, tips, biografi, reportase, iklan, pidato, dan sebagainya.
a. Artikel
Artikel ialah karangan yang berisi uraian atau pemaparan yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
(1) isi karangan bersumber pada fakta bukan sekadar realita
(2) bersifat faktual dengan mengungkapkan data-data yang diketahui pengarang bukan yang sudah umum diketahui (realita)
(3) uraian tidak sepenuhnya merupakan hasil pemikiran pengarang, tapi mengungkapakan fakta sesuai objek atau narasumbernya
a. isi artikel dapat memaparkan hal apa saja seperti, pariwisata, kisah perjalanan, profil tokoh, kisah pengalaman orang lain, satir, atau humor.
b. Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah karangan yang bersifat argumentative yang ditulis oleh redaktur media massa mengenai hal-hal yang factual dan aktual (sedang terjadi atau banyak dibicarakan orang). Isi tajuk merupakan pandangan atau tanggapan dari penulisnya mengenai suatu permasalahan atau peristiwa. Tajuk rencana juga diistilahkan dengan editorial.
c. Opini
Opini adalah tulisan berisi pendapat, pikiran atau pendirian seseorang tentang sesuatu. Opini termasuk bentuk prosa faktual karena meskipun masih bersifat pendapat penulisnya, namun tetap dalam opini diungkapkan berbagai alasan yang dapat menguatkan pendapat tersebut.
d. Feature
Feature atau ficer ialah sejenis artikel eksposisi yang memberikan tekanan aspek tertentu yang dianggap menarik atau perlu ditonjolkan dari suatu objek atau peristiwa yang memiliki daya tarik secara emosional, pribadi, atau bersifat humor. Isi feature bukan berita yang aktual, tapi kejadian yang sudah berlalu.
e. Biografi
Biografi adalah kisah atau riwayat kehidupan seorang tokoh yang ditulis oleh orang lain. Biografi ditulis dengan berbagai tujuan. Salah satunya untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar belakang kehidupan seorang tokoh dari sejak kecil hingga mencapai karir di kehidupannya kemudian. Jika tokoh itu sendiri yang menulisnya disebut otobiografi. Biografi termasuk prosa naratif ekspositoris atau prosa faktual yang mengungkapkan fakta-fakta nyata.
f. Tips
Tips ialah karangan yang berisi uraian tentang tata cara atau langkahlangkah operasional dalam melakukan atau membuat sesuatu. Disajikan dengan ringan, sederhana, dan bahasa yang populer. Karangan ini termasuk jenis artikel ekspositoris.
g. Reportase
Reportase ialah karangan yang berupa hasil laporan dari liputan suatu peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung atau belum lama berlangsung untuk keperluan berita di media massa. Bersifat informasi aktual. Contoh reportase, yaitu berita langsung tentang kejadian bencana alam gempa jogja, atau janjir di Jakarta.
h. Jurnalisme Baru (New Journalism)
Jurnalisme Baru (new journalism) ialah semacam berita yang dituliskan ke dalam bentuk novel atau cerita pendek. Karena berbentuk cerita, unsur-unsur pembangun sebuah cerita seperti, alur, tokohtokoh, latar, dan konflik, dipenuhi meskipun isinya merupakan fakta atau kejadian yang sebenarnya. Isi jurnalisme baru merupakan hal-hal kejadian luar biasa yang menghebohkan atau menggemparkan seperti kejahatan sadis, peperangan, dan musibah besar yang menarik perhatian masyarakat atau dunia. Dalam jurnalisme baru, diungkapkan hal-hal dari peristiwa tersebut yang belum terungkap ialah pemberitaan media massa, seperti latar belakang, motif, tujuan, jalan pikiran, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penulis jurnalisme baru harus berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya data dari narasumber, tokoh yang terlibat atau para saksi dari kejadian yang akan diungkapkan.
Contoh tulisan jurnalisme baru, yaitu perang Vietnam, Perlharbour, In Cold Blood (peristiwa pembunuhan sadis–berdarah dingin–terhadap empat keluarga petani di Kansas Amerika Serikat), atau kisah Kusni Kasdut, penjahat besar di era tahun 60-an di Indonesia, dan sebagainya.
i. Iklan
Iklan ialah informasi yang disajikan lewat media massa, bulletin atau surat edaran yang ertujuan untuk memberitahukan atau mempromosikan suatu barang atau jasa kepada khalayak untuk kepentingan bisnis, pengumuman, atau pelayanan publik. Iklan terdiri atas iklan keluarga, undangan, pengumuman, penerangan, niaga, lowongan pekerjaan, dan sebagainya.
Ciri-ciri bahasa iklan:
(1) Kalimatnya singkat; hanya menonjolkan bagian-bagian yang dipentingkan,
(2) Uraian bersifat informatif dan persuasif,
(3) Menggunakan kata-kata yang terpilih dan menarik perhatian orang untuk mengetahui, mencoba, atau ingin memiliki,
j. Pidato atau khotbah.
Pidato ialah aktivitas mengungkapkan pikiran, ide, gagasan secara lisan dalam bentuk rangkaian kata-kata atau kalimat kepada orang banyak dengan tujuan tertentu. Pidato biasanya dilakukan dalam acaraacara resmi, seremonial, dan pertemuan-pertemuan ilmiah. Pidato merupakan bentuk komunikasi satu arah karena terdiri atas pemberi pidato satu orang dan orang banyak sebagai pendengar. Bahasa dan isi pidato disesuaikan dengan pendengar (audience) berdasarkan, tingkat pemikiran atau pendidikan, usia, dan topic pembicaraan. Bagian-bagian pidato ialah seperti berikut.
1. Bagian pembukaan berisi:
(1) salam pembuka
(2) ungkapan sapaan
(3) puji syukur kepada Tuhan
(4) penegasan konteks pertemuan atau acara
2. Bagian isi berisi uraian pidato sesuai dengan yang telah direncanakan atau ingin disampaikan.
3. Penutup pidato, berisi:
(1) kesimpulan isi pidato
(2) harapan-harapan atau himbauan
(3) ucapan terima kasih dan permohonan maaf
(4) salam penutup
Beberapa hal berikut harus diperhatikan dalam menyimak pidato.
1. Simaklah isi pidato dengan saksama dari awal hingga akhir.
2. Pahami gagasan, pendapat, atau pesan yang disampaikan dalam pidato.
3. Ingatlah atau catatlah hal-hal penting yang terdapat dalam uraian pidato dan beri komentar.
H. RESENSI
Resensi jika dari bahasa Latin, revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”
Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.
Pada Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.
Apa sih tujuan Resensi Buku itu?
Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.
Pembuat resensi disebut resensator. Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.
Ada beberapa syarat untuk meresensi (membuat resensi) buku
1. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.
2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau
hal yang berhubungan dengan tema atau isi.
3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.
4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.
I. RINGKASAN
Ringkasan (Precis) merupakan suatu cara yang efektif untuk mengungkapkan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Ringkasan bertolak dari suatu naskah asli, secara singkat.Maka dari itu ringkasan disebut reproduksi.
Kata précis berarti ‘memotong atau memangkas.’ Oleh karena itu membuat ringkasan dari sebuah karangan yang panjang dapat diumpamakan seperti memotong atau memangkas batang pohon, sehingga tinggal batang, cabang-cabang, dan ranting-ranting, serta daun-daun yang diperlukan. Jadi esensi dari pohon tersebut tetap dipertahankan.
Dalam ringkasan, gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan yang rinci dihilangkan. Sari karangan dibiarkan tanpa hiasan. Walaupun bentuknya ringkas, précis tetap mempertahankan pikiran pengarang dan pendekatannya yang asli. Seorang pengarang atau penulis sebuah ringkasan, berbicara dengan suara pengarang/penulis asli.
Oleh sebab itu, ia tidak boleh memulai ringkasannya, misalnya dengan mengatakan: Dalam karangan ini pengarang berkata … tetapi ia harus langsung mulai dengan membuat ringkasan karangan itu, berupa meringkaskan kalimat-kalimat, paragraf-paragraf, bagian-bagian, dst.
Selain tetap mempertahankan keaslian sudut pandang pengarang/penulis, ringkasan juga tetap mempertahankan urutan isi karangan tersebut. Dengan kata lain, ringkasan tetap sesuai dengan urutan isi dari pengarang asli, hanya saja dipersingkat. Adapun cara membuat ringkasan ialah sebagai berikut:
1.Membaca naskah asli beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang/penulis.
2.Mencatat gagasan utama atau gagasan yang penting atau menggarisbawahinya.
3.Membuat reproduksi atau menyusun kembali suatu karangan singkat, berdasarkan gagasan-gagasan utama seperti yang dicatat atau digarisbawahi di atas.
Berbeda dengan ringkasan, ikhtisar tidak perlu mempertahankan urutan isi karangan asli. Selain itu ikhtisar juga tidak perlu memberikan isi dari karangan secara profesional. Penulis ikhtisar dapat langsung mengemukakan inti atau pokok masalah dan problematika pemecahannya. Sebagai ilustrasi, beberapa bagian atau isi dari beberapa bab, dapat diberikan untuk menjelaskan inti atau pokok masalah tersebut. Sementara bagian atau pokok yang kurang penting dapat dihilangkan. Bentuk ikhtisar lebih bebas daripada ringkasan.
Tujuan membuat sinopsis, ikhtisiar, dan ringkasan adalah sebagai suatu usaha bagaimana cara meningkatkan minat pembaca dalam membaca buku, karena dengan begitu dapat meningkatkan pengetahuan mereka.
Sinopsis
Menurut Moeliono (1988) sinopsis adalah karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli. Yang menjadi dasar sinopsis itu adalah ringkasan dan abstrak.
Cara membuat sinopsis adalah sebagai berikut :
a) Membaca naskah asli terlebih dahulu untuk mengetahui kesan umum penulis.
b) Mencatat gagasan utama dengan menggarisbawahi gagasan yang penting.
c) Mmenulis ringkasan cerdasarkan gagasan-gagasan utama sebagaimana dicatat pada langkah kedua. Gunakanlah kalimat yang padat, efektif, dan menarik untuk merangkai jalan cerita menjadi sebuah karangan singkat yang menggambarkan karangan asli.
d) dialog dan monolog tokoh cukup ditulis isi atau garis besarnya saja.
e) synopsis tidak boleh menyimpang dari jalan cerita dan isi dari keseluruhan karya yang asli.
Ikhtisiar
Menurut Juhara (2003). Ikhtisiar adalah penulisan pokok-pokok masalah penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema sebuah wacana. Ikhtisiar berfungsi sebagai garis-garis besar masalah dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.
Ikhtisiar yaitu penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional.
Cara membuat ikhtisiar adalah sebagai berikut :
a) Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya dua kali).
b) Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokokj yang terdapat dalam naskah.
c) Menulis ihtisiar.
Ringkasan
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap di pertahankan dalam bentuknya yang singkat.
Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Kata précis berarti memotong atau memangkas.
a) Membaca naskah asli
b) Kalau perlu diulang beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tantang karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.
c) Mencatat gagasan utama
d) Pencatatan itu dilakukan dengan tujuan. Pertama, untuk tujuan pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak; kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi pengolahan selanjutnya. Tujuan terpenting dari pencatatan ini adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali untuk menyusun kembali untuk menyusun sebuah ringkasan dengan mempergunakan pokok-pokok yang telah dicatat.
e) Mengadakan reproduksi
f) hal yang harus diperhatikan bahwa dengan catatan tadi, ia harus menyusun suatu wacana yang jelas dan dapat diterima akal sehat, dan sekaligus menggambarkan kembali isi dari karangan aslinya.
g) Ketentuan tambahan
h) Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai suatu tulisan yang baik. => A). Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat tunggal dari pada kalimat majemuk. Kalimat majemuk menunjukan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat paralel. Bila kalimat majemuk telitilah kembali apakah tidak mungkin dijadikan kalimat tunggal. => B). Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya diganti dengan suatu gagasan sentral saja. => C). Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan. Alinea yang mengandung ilustrasi, contoh, deskripsi, dan sebagainya dapat dihilangkan, kecuali yang dianggap penting. => D). Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang. Kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang terdapat dalam naskah.
E. Memahami Puisi
1. Pengertian Puisi
Belum ada definisi yang baku untuk memaparkan pengertian puisi. Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dari bentuk sastra lain seperti prosa dan drama.
Puisi terikat oleh
(1) baris dalam tiap bait,
(2), banyak kata atau suku kata dalam setiap baris,
(3) rima, dan
(4) Irama.
Bahkan pada jenis puisi tertentu ada keterikatan pada persajakan seperti, a,a,a,a atau a,b,a,b, misalnya pantun dan syair. Puisi dengan persyaratan seperti di atas merupakan bentuk puisi lama. Puisi yang berkembang saat ini tidaklah lagi mematuhi persyaratan atau keterikatan pada hal-hal tersebut. Puisi lebih diartikan pada wujud ekspresi pikiran dan batin seseorang melalui kata-kata yang terpilih dan dapat mewakili berbagai ungkapan makna sehingga menimbulkan tanggapan khusus, keindahan, dan penafsiran beragam.
Dalam pengertian bebas yang lain, puisi disebut juga ucapan atau ekspresi tidak langsung atau ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi (Pradopo, 2005: 314).
Pemilihan kata dan penataan kalimat yang terdapat dalam puisi bertujuan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan atau pengalaman bathin yang utuh. Hal itu menjadikan puisi mengandung unsure kepadatan, keselarasan, dan keterpaduan. Puisi yang hanya terdiri atas beberapa baris atau satu bait jika mengungkapkan makna yang utuh dan selaras mungkin lebih bernilai daripada sajak yang panjang namun tak utuh dan selaras. Perhatikan contoh puisi di bawah ini.
SENYUM DAN TAWAMU
Dalam senyummu yang khas
ternyata pikiranmu seperti benang kusut
Dalam tawamu yang riang
ternyata pikiranmu penuh berbagai urusan
Oh .....Papa, jangan bohongi aku.
(Anita, Jakarta Jakarta. Jakarta : Anita Marta, 1980)
Bandingkanlah dengan puisi berikut ini:
ANGIN
Ketika aku kecil
aku hanya tahu
angin yang suka menerbangkan kertas-kertasku
Mama bilang, itu angin nakal
Dan aku tidak boleh seperti angin itu
Lalu mama bercerita
tentang angin
yang meniup bunga-bunga mawar
di kebunku
Sekarang aku sudah tahu
angin dapat juga membuat
aku sakit
Kalau aku berangin-angin
dan badanku sedang berkeringat
Kemarin, papa bercerita
tentang angin yang sangat nakal
angin itu bernama angin topan
Papa bilang, angin itu dapat
merobohkan rumah-rumah
Oh .....
aku takut sekali
Papa membelaiku
kau tidak usah takut
jika kau rajin berdoa dan tidak nakal
Papa
aku berjanji tidak nakal
dan rajin berdoa
Agar Tuhan tidak meniup
angin yang sangat menakutkan itu
(Sumber Tugas Siswa Lucia Marian Djunjung, SMP Ricci kelas 2A Jakarta Barat)
Puisi modern tidak terlalu mementingkan bentuk fisik atau tipografi
tertentu. Sebuah uraian disebut puisi meskipun bentuknya mirip prosa
tidak berbentuk bait atau baris, tetapi mengandung pengertian yang
dalam dari sekadar ungkapan bahasanya, seperti contoh puisi atau
sajak Sapardi Djoko Damono di bawah ini.
AIR SELOKAN
“Air yang di selokan itu mengalir dari rumah sakit,” katamu pada
suatu hari Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama istrimu yang
sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.
Dulu di selokan itu mengalir pula air yang digunakan untuk
memandikanmu waktu kau lahir: campur darah dan amis baunya.
Kabarnya tadi sore mereka sibuk memandikan mayat di kamar mati.
*
Senja ini ketika dua orang anak sedang berak di tepi selokan itu, salah
seorang tiba-tiba berdiri dan menuding sesuatu: “Hore, ada nyawa lagi
terapung-apung di air itu—alangkah indahnya!” Tetapi kau tak mungkin
lagi menyaksikan yang berkilau-kilauan hanyut di permukaan air yang
anyir baunya itu, sayang sekali,
2. Hakikat Puisi
Puisi bukan lagi sebuah bentuk karya sastra yang kaku dan penuh persyaratan. Puisi dalam pengertian modern adalah puisi yang bebas. Puisi merupakan aktualisasi ekspresi dan ungkapan jiwa penulisnya. Oleh sebab itu, siapa saja dapat membuat puisi, meskipun tentu tetap ada bentuk khas sebuah puisi sebagai ukuran standar yang membedakannya dengan bentuk karya sastra yang lain. Artinya setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana kepuitisan seperti rima, irama, diksi, dan lainnya untuk mengintensitaskan ekspresi dan pengalaman jiwanya, bukan menjadikannya syarat pengikat. Sebagai sebuah karya sastra, puisi tetap harus memiliki kemampuan menampung segala unsur yang berkaitan dengan kesastraan. Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk memahami hakikat puisi. Tiga aspek tersebut, yaitu: sifat seni, kepadatan, dan ekspresi tidak langsung.
3. Unsur-Unsur di dalam Puisi
Selain memiliki unsur-unsur yang tampak seperti diksi (penggunaan ungkapan, majas, peribahasa), tipografi (pola susunan puisi seperti larik, bait) dan rima/ritme (persamaan bunyi), puisi juga memiliki unsur batin. Unsur batin di dalam puisi meliputi: tema, rasa
(feeling), nada ,dan amanat.
a. Tema
Tema adalah landasan atau dasar pijakan bagi penyair untuk mengembangkan puisi. Tema juga merupakan gagasan pokok yang diungkapkan dalam sebuah puisi. Jika tema mengenai Tuhan, untaian kata-kata, majas, serta idiom yang digunakan mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Begitu pula bila temanya tentang cinta, pilihan kata (diksi) yang digunakan oleh penyair berkaitan dengan permasalahan cinta.
Contoh:
PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rinda rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku gula sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku....
Karya: Amir Hamzah
b. Perasaan /Rasa
Rasa adalah ungkapan atau ekspresi penyair kepada sesuatu yang dituangkan ke dalam puisinya. Rasa juga merupakan cara bagaimana penyair mengejawantahkan bentuk perasaan dan pengalaman batinnya kepada keahlian untuk memilih kata-kata figuratif yang dianggap dapat mewakili perasan atau ekspresinya terhadap sesuatu. Keahlian menuangkan gejolak batin, gairah, kerinduan, atau bentuk ungkapan lain berupa pilihan kata dan simbol-simbol gaya bahasa menjadikan puisi makin terasa indah dan punya kedalaman makna. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh lariklarik penggalan puisi Tuhan karya Bahrun Rangkuti di bawah ini.
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan bawalah aku
Meninggi ke langit ruhani
c. Nada dan Suasana
Nada adalah bentuk sikap atau keinginan penyair terhadap pembaca. Apakah penyair lewat puisinya ingin memberikan nasihat, menyindir, mengkritik, atau mengejek pembaca. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan puisi terhadap jiwa pembaca.
Nada dan suasana memiliki kaitan yang erat. Nada puisi yang bersifat kesedihan dapat membuat perasaan pembaca merasa iba. Nada yang mengandung kritikan membuat suasana hati pembaca merasa ingin memberontak dan sebagainya.
d. Pesan atau Amanat
Pesan atau amanat adalah hal yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca lewat kata-kata dalam puisinya. Makna dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat juga dapat tersirat dari susunan kata-kata yang dibuat oleh penyair. Perhatikan puisi Chairil Anwar yang berjudul Diponegoro, di bawah ini.
DIPONEGORO
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi rapi
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselimpang semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang bertalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas di tinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Amanat atau pesan yang tersirat dari puisi ini ialah bagaimana semangat Pangeran Diponegoro dapat hadir pada jiwa-jiwa manusia modern yang hidup di zaman sekarang. Meskipun yang dihadapi bukan lagi penjajah melainkan berbagai masalah yang terjadi pada bangsa yang sedang berkembang seperti masalah pengangguran, pemerataan, dan keadilan, namun tetap semangat membela kebenaran khususnya bagi para kaum yang tertindas jangan pernah punah.
D. Pengertian Prosa
Prosa ialah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, tidak terikat oleh rima, irama, dan kemerduan bunyi seperti puisi. Bahasa prosa seperti bahasa sehari-hari. Menurut isinya prosa terdiri atas prosa fiksi dan nonfiksi.
I. Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan benar!
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Prosa?
2. Sebutkan bentuk-bentuk karya sastra!
3. Apa perbedaan prosa dan puisi?
4. Sebutkan macam-macam prosa fiksi!
5. Sebutkan jenis-jenis prosa nonfiksi!
6. Sebutkan unsur-unsur intrinsik karya sastra!
7. Apa yang dimaksud dengan ficer atau featur?
8. Jelaskan ciri bahasa iklan!
9. Sebutkan sistematika pidato!
10. Sebutkan unsur-unsur batin yang ada di dalam puisi!
II. TUGAS
Carilah satu buah novel, baca novel tersebut, lalu buat resensi buku tersebut.
Waktu penyerahan tugas dua minggu dari waktu pemberian tugas ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar