blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Selasa, 22 Maret 2011

KATA, FRASA, KLAUSA, dan KALIMAT

Keempat istilah yang menjadi judul tulisan ini sering membingungkan orang yang belum sempat mempelajari linguistik: termasuk saya. Definisi yang diperoleh pada KBBI seperti yang tercantum di bawah ini pun tidak menolong menyembuhkan kebingungan tersebut.
• Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri.
• Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
• Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
• Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Jadi apa bedanya?
Dari definisi yang diberikan, terlihat bahwa urutan satuan tersebut, dari yang terkecil sampai yang terbesar, adalah (1) kata, (2) frasa, (3) klausa, dan (4) kalimat. Agar lebih jelas, ada baiknya kita bedah suatu contoh seperti di bawah ini.
Pejabat itu pernah mengatakan bahwa Indonesia dapat berperan aktif dalam perdamaian dunia.
Kalimat dan kata paling mudah dikenali. Contoh tersebut adalah satu kalimat yang relatif berdiri sendiri dan memiliki intonasi final. Kalimat tersebut tersusun dari 12 kata yang dikenali sebagai satuan yang dipisahkan oleh spasi.
Klausa dikenali dari bagian yang memiliki subjek dan predikat serta memiliki potensi menjadi kalimat. Kalimat itu memiliki 2 klausa yang dihubungkan dengan kata bahwa, yaitu (1) pejabat itu pernah mengatakan dan (2)Indonesia dapat berperan dalam perdamaian dunia.
Menguraikan frasa sedikit lebih sulit. Frasa paling sedikit harus terdiri dari dua kata dan tidak memiliki subjek-predikat. Kalimat tersebut memiliki 4 frasa: (1) pejabat itu, (2) pernah mengatakan, (3) dapat berperan aktif, (4)perdamaian dunia. Kata bahwa, Indonesia, dan dalam tidak dimasukkan dalam frasa karena memiliki fungsi sendiri dalam bentuk tunggal.
Pengertian Klausa
A. Dalam Bahasa Indonesia
Klausa merupakan tataran didalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat. Dalam berbagai karya linguistik mungkin ada perbedaan konsep karena pengunaan teori analisis yang berbeda. Sebagaimana para ahli saling berbeda dalam mendefinisikan klausa. Di dalam makalah ini kami akan mencoba menghadirkan beberapa pengertian klausa menurut para ahli, sebagai penambah wawasan kita:
• badudu
klausa adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian daripada kalimat yang lebih besar
• Prof. Drs. M. Ramlan
klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari P (predika), baik disertai oleh S (subjek), O (objek), Pel(aku), dan ket(erangan) ataupun tidak.
• Jos Daniel Parere
Klausa adalah sebuah kalimat yang memenuhi salah satu pola dasar kalimat inti dengan dua atau lebih unsur pusat.
• Kridalaksana
Klausa adalah satuan gramatik berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.
• Tarigan
Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (p).
Pada pengertian-pengertian klausa yang dikemukakan para ahli diatas, kita bisa membandingkan antara satu pengertian dengan pengertian lainnya. Badudu mengatakan bahwa kalau klausa dilepaskan dari kalimat, maka bagian yang dipisahkan masih nampak sebagai kalimat. Antara pengertian yang dikemukakan Ramlan dengan Parere memiliki titik perbedaan. Pada definisi yang dikemukakan Ramlan jabatan predikat sebagai unsur kalimat sangat menentukan, sedangkan menurut Parere, kalimat yang dianggap klausa haruslah memenuhi salah satu dasar pola kalimat inti. Dengan demikian, satuan melompat bukanlah klausa menurut Parere tapi, menurut Ramlan merupakan sebuah klausa.
Pengertian-pengertian yang dikemukakan para ahli memang sedikit berbeda namun, kita masih dapat menarik benang merah dari definisi-definisi diatas, yaitu klausa adalah satuan gramatik yang bersifar predikatif. Berikut kami sediakan contoh :
• Nenek mandi
Contoh diatas merupakan sebuah kluasa sebab bersifat predikatif. Namun, akan timbul kembali pertanyaan, kalau begitu apa perbedaan klausa dengan kalimat? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul linguistic umum menjelaskan, bahwa sebuah konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstruksi itu diberikan intonasi final atau intonasi kalimat (Abdul Chaer : 2007).

2 komentar: