blok ini di peruntukan bagi kita semua yang mau peduli dengan bahasa dan budaya bangsa

Senin, 03 September 2012

BAB 6 BAHASA INDONESIA KELAS 11

BAB 6 MEMBUAT PARAFRASA LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA A. Pengertian Parafrasa Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut. (1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya. (2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi. Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya. Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan. Memparafrasakan suatu tuturan atau karangan secara lisan bias dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu. Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahasa sendiri, bukan dengan bahasa asli penulis. B. Cara Membuat Parafrasa Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa dari sebuah bacaan. (1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan. (2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan. (3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut. (4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik bacaan. (5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa sendiri. Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini. Wacana asli Masalah-masalah yang dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita I adalah sangat berat dan mendesak. Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara berbagai jenis pendidikan. Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan. Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan, alat-alat peraga ataupun laboratorium dan tempat praktik. Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah. Wacana di atas dapat diparafrasakan sebagai berikut. Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I: masalah kurikulum, ketidak-seimbangan tingkat dan jenis pendidikan; penampungan murid dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga pendidikan, kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; kurangnya kerja sama dan tiada sistem informasi. Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di atas. Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut. (1) Membaca informasi secara cermat. (2) Memahami isi informasi secara umum. (3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri. (4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut. (5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokokpokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber. (6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri. (7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu: (a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya. (b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk membedakan dengan uraian aslinya. (c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat aktif menjadi pasif. (d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga. C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut. (1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama. (2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh. (3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi. (4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri. (5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan. Menyesal Pagiku hilang sudah melayang Hari mudaku sudah pergi Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi Aku lalai di hari pagi Beta lengah di masa muda Kini hidup meracun hati Miskin ilmu, miskin harta Ah... apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma Kepada yang muda kuharapkan Atur barisan di hari pagi Menuju ke arah padang Bakti Puisi Baru, Ali Hasyimi Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita parafrasa sebagai berikut. Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yang menyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta (tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak ada guna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke arah padang bakti. D. Pola Penyajian Informasi Lisan Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan adalah seperti berikut. 1. Pola Contoh Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau memberikan ilustrasi untuk menjelaskan ide pokoknya. Contoh: Pohon pisang merupakan pohon yang banyak fungsinya. Selain buahnya, daun dan batangnya dapat dimanfaatkan. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus, sedangkan batangnya dimanfaatkan untuk membuat perhiasan dalam pernikahan. 2. Pola Proses Parafrasa diuraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja, langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini berbentuk uraian ekspositoris. Contoh: Berikut ini adalah proses pembuatan lumpia. Pertama, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum. Kedua, masukkan daun bawang dan ayam cincang, masak selama kurang lebih tiga menit. Ketiga, masukkan jagung manis, jamur kancing, bayam, lada, gula pasir, dan bumbu penyedap secukupnya. Keempat, aduk sampai rata jagung dan bumbu-bumbu tersebut sampai layu. Terakhir, masukkan larutan maizena sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kurang lebih lima menit dan sisihkan. 3. Pola Sebab Akibat Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan suatu akibat. Contoh: Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya, banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci pakaian. 4. Pola Urutan/Kronologis Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis bersifat narasi. Contoh: Saya mendengar suara kentongan, sepertinya itu pedagang bakmi lewat. Saya pergi keluar dan membuka pintu pagar, lalu memanggilnya. Ia berhenti. Pedagang itu seorang laki-laki. Dia bertanya, “Mau pesan berapa porsi?” Saya jawab “Satu porsi saja.” Kemudian, laki-laki itu menyiapkan bakmi sesuai pesanan saya. Setelah bakmi selesai dibuat, saya memberikan uang lima ribu rupiah untuk membayar bakmi kepada pedagang keliling itu, kemudian saya masuk ke rumah, dan pedagang berlalu dari depan rumah saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar